Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Perlu Melawanmu
“Mas, ini sangat tidak adil untukku. Aku sedang mengandung anak kamu. Apa kamu mau menyia-nyiakan anak kamu sendiri?” Laura merengek dengan menarik lengan Arlan.
“Jadi aku harus apa? Aku tidak punya apa-apa karena semua sudah menjadi hak Maysha,” balas Arlan acuh tak acuh. Seolah seluruh hartanya yang sudah berpindah atas nama Maysha bukan masalah baginya.
"Bagaimana bisa kamu bersikap sesantai ini padahal semua harta kamu sudah menjadi milik orang lain?"
Arlan mendesahkan napas panjang sembari melepas tangan Laura yang sedari tadi melingkari lengannya. "Maysha bukan orang lain, Laura. Dia istriku sebelum kamu ada di antara kami."
Entah mengapa jawaban itu langsung keluar dari mulut Arlan. Ingin sekali Andre tertawa melihat wajah Laura yang seketika merah padam.
"Tapi sekarang ada aku yang juga istrimu. Aku juga sedang mengandung anak kamu. Setidaknya kamu bisa merubah wasiat itu, kan?"
"Tanyakan ke Andre!" sahut Arlan, menunjuk Andre dengan ekor matanya.
"Maaf, aku hanya menjalankan perintah. Wasiat itu kamu buat secara sadar dan tanpa paksaan siapapun. Jadi keabsahannya tidak bisa diragukan."
Laura menyeka air mata yang membanjiri kedua sisi pipinya. Jika perlu ia akan melakukan cara apapun untuk meminta haknya sebagai istri. “Kamu harus melakukan sesuatu untuk aku, Mas!”
"Kamu dengar sendiri bahwa surat wasiat itu tidak bisa diganggu gugat," balas Arlan lagi.
“Begini saja, kalau kamu mau aku bisa membuatkan kartu kredit dengan batas tertentu. Tapi tetap harus dengan seizin Maysha,” tawar Andre.
Laura menatap laki-laki itu dengan sorot tajam. “Jadi artinya aku harus meminta dari Mbak Maysha begitu?”
“Itu kalau kamu mau. Tapi kalau tidak ya terserah.”
Napas Laura terasa semakin berat. Andre baru saja memberinya pilihan sulit. Akan sangat memalukan bagi Laura jika harus meminta izin kepada Maysha hanya untuk membuat sebuah kartu belanja. Padahal selama ini Laura begitu percaya diri menunjukkan kepada Maysha bahwa dirinyalah prioritas utama bagi Arlan.
"Kalau begitu aku akan bicara dengan Mbak Maysha nanti!"
Laura menyambar tas miliknya. Kemudian tanpa permisi meninggalkan gedung super megah itu dengan menelan kekecewaan. Karena baik Arlan atau pun Andre tak dapat melakukan apapun untuknya.
“Apa benar aku pernah membuat wasiat seperti itu untuk Maysha?” tanya Arlan beberapa menit setelah kepergian Laura.
"Benar. Kamu memindahkan semua asetmu atas nama Maysha dan membuat wasiat sebelum menghilang. Waktu itu kamu bilang mau melindungi Maysha agar tidak ada yang bisa merampas haknya."
“Memangnya ada yang mau berbuat jahat terhadap Maysha?”
Andre mengangguk sambil membereskan berkas-berkas yang tadi diacak oleh Laura dan memasukkan kembali ke dalam map. “Banyak! Salah satunya keluargamu sendiri.”
Arlan menatap Andre serius. “Tunggu—tunggu! Kamu pernah mengatakan bahwa untuk bisa menikahi Maysha aku sampai rela dicoret dari keluarga. Memangnya kenapa?”
“Yang aku tahu mami kamu tidak menyetujui hubunganmu dengan Maysha. Untuk alasannya mungkin kamu bisa tanya kepada Maysha sendiri. Aku tidak enak membahasnya.”
Jawaban Andre membuat Arlan semakin penasaran apa alasan orang tuanya menentang pernikahannya dengan Maysha. Sebab setahunya, Maysha berasal dari keluarga terpandang.
"Oh ya, soal surat wasiat itu, berhubung kamu masih hidup jadi sebenarnya kamu masih bisa merubahnya dan memberikan sebagian untuk Laura. Tadi aku sengaja tidak memberitahu Laura karena dulu kamu adalah orang yang sangat berhati-hati dalam segala hal."
Arlan terdiam sejenak memikirkan segala kemungkinan. Menerka dalam hati secinta itukah dirinya terhadap Maysha sampai rela meninggalkan keluarga dan memberikan seluruh hartanya untuk Maysha.
"Tidak. Bukankah pengalihan aset itu kubuat dalam keadaan sadar?"
"Benar."
"Kalau begitu jangan rubah apapun dan biarkan semuanya tetap menjadi milik Maysha."
Andre tertawa kecil. "Itu baru Arlan Alviano!"
*
*
*
Waktu menunjukkan pukul lima sore ketika Maysha tiba di rumah. Kedatangannya pun di sambut oleh Bik wiwin yang sedang menyirami tanaman di teras.
“Mas Arlan sudah pulang, Bik?” tanyanya.
“Belum, Non. Tapi kalau Non Laura ada di kamarnya."
"Oh. Kalau begitu saya ke kamar dulu."
"Iya, Non."
Maysha beranjak menuju kamar. Namun, baru akan masuk, sudah terdengar suara sinis Laura menyapa telinga.
“Mbak Maysha serakah juga ya sampai mau menguasai seluruh harta Mas Arlan."
Maysha membalikkan tubuhnya. Kini Laura berdiri tepat di hadapannya. Kemarahan terlihat jelas dalam matanya yang merah dan sembab.
"Ingat, Mbak! Aku juga berhak atas apapun yang dimiliki Mas Arlan karena di perut aku ada anaknya.”
Mendengar ucapan Laura, Maysha pun sudah dapat menebak ke mana arah pembicaraan wanita itu. Laura pasti sudah tahu perihal seluruh harta Arlan yang sudah berpindah atas namanya.
“Aku tidak pernah meminta apapun dari Mas Arlan. Soal pengalihan nama itu adalah keputusan Mas Arlan sendiri tanpa dipengaruhi oleh siapapun.”
“Mbak Maysha pikir aku akan percaya?” pekik Laura, jemarinya menunjuk ke wajah Maysha. “Mas Arlan tidak mungkin sebodoh itu menyerahkan seluruh hartanya tanpa sisa kalau tidak dijebak oleh Mbak Maysha!”
Maysha malah tersenyum. Hal itu membuat kemarahan dalam hati Laura semakin membuncah.
“Bukankah aku sudah peringatkan sebelumnya bahwa kamu tidak tahu apapun tentang Mas Arlan sebelum dia kehilangan memorinya. Perlu kamu tahu, aku tidak perlu melawan kamu untuk mendapatkan Mas Arlan. Karena kamu yang akan membuktikan sendiri seperti apa Mas Arlan di masa lalu."
Tanpa permisi Maysha membuka pintu kamar, namun detik kemudian ia kembali menoleh.
"Yang kamu temukan hari ini baru sebagian kecil. Siapkan mental karena kedepannya kamu akan melihat yang lebih dari ini.”
...****...