Menceritakan tentang seorang gadis cupu, berkacamata dan hobi membaca. Orang mengira dia lemah padahal tahu segalanya.
Sebuah kejadian aneh membawa Ratih Prameswari kembali ke jaman dulu, Dia bertransformasi menjadi seorang putri raja yang harus melakukan pernikahan demi keberlangsungan dinastinya.
Tidak bisa menolak saat sebuah kalung tersemat kuat dilehernya , kalung hadiah pertunangan dari sang calon suami. Semakin ingin dilepas justru semakin kuat.
Akhirnya Ratih Prameswari memilih untuk hidup berkompromi dengan segala keanehan atau keistimewaan yang dia alami. Bahkan ketika terbangun dari mimpi yang terasa sangat nyata, Kalung itu tetap ikut kembali bersamanya yang kebetulan berlatar tahun 2008.
Kalung milik seorang putri mahkota abad 8 dinasti Syailendra, Saling membantu memperbaiki karma satu sama lain supaya bisa terlepas dari ikatan belenggu masa lalu.
Bukan Romansa biasa, bagaimana kisah hidup seorang gadis cupu yang ternyata adalah reinkarnasi seorang Ratu ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweet_mochi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rakai Pikatan POV
Rakai Pikatan...
Rakai Pikatan adalah sebuah nama julukan berdasarkan tempat asal nya. Pria itu berasal dari wilayah Pikatan, masih satu wilayah dengan bumi mataram kuno yang masuk kedalam wilayah kekuasaan dinasty Syailendra.
Pria itu adalah keturunan asli dinasty Sanjaya yang kekuasaannya tergerus oleh kepercayaan baru yang dibawa oleh para penganut asli Budha mahayana.
Seorang pemuda ? bukan. Rakai Pikatan adalah seumuran dengan paman Dyah Pramodhawardani yang bernama Balaputeradewa. Selisih 17 tahun tepatnya. Ketika dia berhasil memenangkan sayembara pembangunan bumishambara.
Sebenarnya pria itu memiliki tujuan tersendiri, Rakai Pikatan ingin membangkitkan kembali ajaran yang dianut oleh dinasti Sanjaya, yaitu penganut ajaran Hindu aliran syiwa. Dia seorang penyembah dewa syiwa yang sangat taat. Sebelum menginjakkan kaki di wilayah kekuasaan dinasty Syailendra, dia menghabiskan waktu bertahun tahun untuk bertapa, mencoba menarik empati sang dewa junjungan nya.
Usaha tidak menghianati hasil, setelah melakukan pertapaan beberapa waktu lamanya, Mahadewa tertarik akan keteguhan hati seorang umat pemujanya, hingga akhirnya Mahadewa menemui Rakai Pikatan.
Pertemuan itu terjadi di sebuah hutan di gunung yang berada di dekat wilayah pikatan (nama wilayah) yang di masa modern terkenal dengan sebutan wilayah Temanggung, Jawa tengah.
diantara gunung Sindoro atau sumbing, Karena kedua gunung itu letaknya dekat dengan wilayah Pikatan,
(namun lebih dekat Sindoro kayaknya hehe..)
Seorang penyembah yang memiliki tekad yang kuat akan melakukan posisi bertapa dengan mengangkat kaki kiri yang ditekuk dan menempel pada lutut kaki kanan, serta kedua tangan mengatup keatas , mata terpejam dan hanya fokus dengan apa yang menjadi tujuannya.
Jika tidak memiliki tekad yang kuat niscaya orang tersebut tidak akan mampu bertahan dalam posisi seperti itu. Bukan tanpa alasan, posisi bertapa itu memang diajarkan langsung oleh mahadewa, ketika menemui seorang hamba di dekat puncak Himalaya, Mahadewa memberikan contoh sikap bertapa yang dia sukai dan barang siapa memiliki keteguhan hati pasti Mahadewa akan menemui sendiri umat tersebut.
Namun tidak semua yang melakukan pertapaan akan bertemu langsung oleh sang Dewa. Karena ketika Mahadewa muncul, maka itu artinya apapun keinginan mu akan dikabulkan, "apapun !"
Rakai Pikatan terkejut saat matanya merasakan silau yang amat sangat, padahal selama mata terpejam saat melakukan pertapaan tidak pernah sekalipun merasa sesilau ini, lebih silau dati sinar Sang surya.
"Ngger... buka matamu !" kata Mahadewa
"Sembah hamba hanya padamu Mahadewa.. " ucap Rakai Pikatan ketika menyudahi posisi bertapa nya.
"Katakan ngger, apa yang kau inginkan ?' kata Mahadewa ketika sebelumnya merubah dirinya menjadi sosok manusia sejajar dengan tubuh Rakai Pikatan.
"Hamba butuh restu darimu wahai dewa Agung, hamba ingin membangkitkan kembali ajaran Hindu aliran syiwa ditanah jawa !!" kata Rakai Pikatan yakin.
"Terkabul.." satu kata yang artinya apapun cara yang kamu lakukan akan menjadi seperti apa yang kami inginkan.
"Terima kasih Mahadewa" Rakai Pikatan mengatupkan kedua tangan saat Mahadewa menghilang begitu saja dari hadapannya.
***
Setelah pertapaan Rakai Pikatan berhasil, dia kembali ke wilayah asalnya untuk membersihkan diri setelah bertahun tahun melakukan pertapaan.
Tubuh penuh debu, rambut yang menggimbal dan panjang, kumis brewok yang terlalu lebat dan panjang.
Rakai Pikatan membersihkan diri disalah satu mata air, yang kini dikenal dengan nama mata air atau sendang Mudal, masih didalam wilayah yang sama, Pikatan (Temanggung).
Sendang Mudal adalah awal mula perjalanan seorang pria bernama Rakai Pikatan dengan misi Agung dan telah mengantongi restu dari Dewa junjungan nya yaitu Dewa syiwa atau Mahadewa.
Dalam sebuah perjalanan ke pusat pemerintahan dinasty Syailendra, Rakai Pikatan mendengar sebuah pengumuman sayembara di alun alun istana. Sungguh sangat kebetulan yang tidak terduga, sayembara itu berisi tentang titah paduka Raja Samaratungga.
Sebuah sayembara yang berisi tentang keinginan Maharaja Samaratungga yang ingin membangun sebuah bangunan megah di wilayah kekuasaan dinasty Syailendra, lebih tepatnya disebuah lahan yang dihibahkan oleh rakyat setempat sebagai wujud bakti terhadap Maharaja Samaratungga.
(daerah cepu..)
Namun Maharaja tidak memiliki satupun kenalan atau orang yang bisa mewujudkan keinginan nya tersebut. Maka disebarkan lah sayembara,
"Barang siapa bisa mewujudkan apa yang diinginkan Maharaja Samaratungga,
jika dia seorang wanita maka akan diangkat menjadi anak sekaligus saudari dari putri mahkota satu satunya.
dan Jika dia pria maka akan diangkat sebagai anak mantu "
Rakai Pikatan menyimak sayembara yang disampaikan oleh dua orang prajurit istana di alun alun. Ini adalah kesempatan satu satunya..
Dengan langkah mantap Rakai Pikatan kembali ke rumahnya, dia akan membuat sebuah rancangan bangunan yang penuh dengan makna Simbolis dan mencerminkan kepercayaan yang dianut Maharaja Samaratungga.
***
Seminggu setelah sayembara disebar, satu persatu peserta datang ke istana. Mereka menunjukkan sketsa rancangan kepada prajurit yang bertugas, Kala itu desain sketsa masih digambar di lembaran kulit hewan kambing atau kerbau.
Ada ratusan rakyat yang ingin berpartisipasi namun, hanya ada sebuah sketsa yang akan lolos.
prajurit membawa sketsa dari para warga kepada seorang patih kepercayaan Maharaja Samaratungga.
Patih tersebut memilah dan memilih sketsa mana yang mendekati kriteria yang diinginkan Maharaja Samaratungga.
Setelah melalui seleksi ketat, akhirnya terpilihlah sketsa milik Rakai Pikatan. Ada kode nama (tanda tangan) dibagian pojok bawah lembaran sketsa dari kulit kerbau, sehingga utusan istana lebih mudah menemukan tempat tinggal Rakai Pikatan.
***
Tiba diistana, Rakai Pikatan disambut oleh beberapa patih. Menunjukkan dimana Rakai Pikatan bisa beristirahat sembari menunggu kedatangan Maharaja Samaratungga.
Sebuah pendopo yang luas, Rakai Pikatan duduk bersila dengan tenang, dalam hatinya tidak sedikit pun berhenti melantunkan doa pada dewa syiwa supaya diberikan kemudahan dalam menjalankan rencananya.
***
Maharaja Samaratungga langsung jatuh cinta pada sketsa bangunan yang diciptakan oleh seorang pria biasa bernama Rakai Pikatan.
"Sketsa yang luar biasa " puji Maharaja Samaratungga
"Jelaskan padaku apa arti setiap bentuk ini.." lanjut nya
"sendiko dawuh kanjeng gusti Raja Samaratungga" mengatupkan kedua tangan lalu berjalan jongkok mendekat,
Rakai Pikatan menjelaskan bagian pertama yaitu stupa puncak yang menyerupai Lonceng raksasa, ini merupakan poros dari perputaran jagad,
perputaran kehidupan (samsara) yang terbelenggu oleh keinginan dan bersifat semu. Untuk menghindari perputaran hidup, manusia harus mencapai kehidupan yang kekal, yang disebut pembebasan diri dari reinkarnasi.
"Aku setuju dengan hal ini, lanjutkan !" titah sang Raja.
Bangunan akan dibangun dilahan luas berbentuk persegi. Bentuk struktur seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil dengan empat buah tangga yang terdapat di setiap sisi mata angin (timur, selatan, barat, dan utara).
Struktur bangunan terdiri atas 9 teras berundak yang terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran. Di antara bentuk teras tersebut terdapat lantai yang disebut plateau.
Rakai Pikatan melanjutkan tentang filsafat agama Buddha mahayana, Candi Borobudur merupakan tiruan alam semesta yang terdiri dari tiga tingkat secara vertikal, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Kamadhatu merupakan bagian bawah candi yang melanggar alam bawah, menggambarkan perilaku manusia yang masih ditentukan oleh nafsu duniawi (tempat manusia biasa).
Rupadhatu merupakan bagian tengah candi yang membagi alam antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, tetapi akan tetap dipertahankan oleh dunia nyata.
Arupadhatu merupakan bagian atas candi yang milik alam atas, tempat para dewa. Simbol dari tidak berwujud dan sebagai tanda tingkat yang telah meninggalkan duniawi.
Setiap tingkatan memiliki filosofi sendiri berbeda satu dengan lainnya.
Penyampaian yang gamblang dan detail dari Rakai Pikatan membuat Maharaja langsung menyetujui rancangan nya.
"Buatlah seperti yang kau jelaskan padaku !!" kata Raja
"Jika kau berhasil maka aku akan jadikan kau anak mantu ku satu satunya !!" titah Maharaja Samaratungga
"sendiko dawuh kanjeng..." mengatupkan kedua tangan.
Selangkah lebih dekat mencapai tujuanku.
batin Rakai Pikatan.
***
Cerita ini tidak sepenuhnya nyata ,juga tidak sepenuhnya halu
Like, komen, hadiah ..
vote dan favoritkan untuk update selanjutnya
Sugeng Rahayu 🙏
🤔🤔🤔
mampir dulu...
baru nrmu ini ceritanya....
kok berasa ikutan timetravel yaaa....
keren kereennnn....
👋👋👋✌️✌️✌️