Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Rahasia
Setibanya Laras di tempat lokasi. Laras merasa heran, kenapa tempat janjian pertemuan mereka adalah di lokasi hotel? Baru saja Laras menginjakan kakinya turun dari taxi online. Di belakang ia, kini sudah berada gedung tinggi yang menjulang keatas langit.
"Apa yang ingin ia katakan di tempat seperti ini?" -Laras
Beberapa saat kemudian, Riko datang. Menghampiri Laras yang berdiri di tengah jalan. Pintu kaca mobil berwarna hitam itu baru saja terbuka. Memperlihatkan sosok Riko yang ingin memberikan tumpangan kepada Laras.
Setelah melihat Riko, Laras masuk ke dalam pintu mobilnya. Mereka tidak langsung berangkat. Riko duduk sempat melamun beberapa saat ketika ia baru pertama kali melihat penampilan Laras seperti ini.
"Apa yang ingin kamu katakan?" -Laras
Riko masih saja melamun. Hingga, suara Laras yang berkata lebih keras menghancurkan lamunan Riko.
"Riko!" -Laras
"Eh, iyaa maaf ... Apa kamu sudah makan?" -Riko
Riko memberikan alasan agar dapat mengajak makan malam bersama Laras sekarang. Sebenarnya, ia hanya ingin lebih berlama-lama menghabiskan waktu saja dengan Laras.
Walaupun Laras sebenarnya sudah makan. Laras berbohong kepada Riko. Agar mereka, bisa makan malam berdua saat ini.
"Belum" -Laras
"Baiklah ... Kita cari makan malam saja sekarang!" -Riko
Malam ini mereka berdua akhirnya makan malam bersama. Duduk berdua di dalam sebuah restoran sederhana. Tidak ada obrolan yang terjadi disana. Ketika mereka berdua sedang menikmati makanan, hanya sesekali Riko yang ketahuan memperhatikan Laras berulang-ulang.
"Astaga .. Jika hanya untuk makan denganku, kamu tidak perlu menyebutnya penting" -Laras
Riko tidak tahu harus beralasan apa lagi di depan Laras yang tengah asik menikmati hidangannya. Ia merasa tidak percaya diri setelah bertatap mata dengan Laras.
"Aku ..."
"Aku hanya mencemaskan mu Laras" -Riko
Riko mengatakan itu seraya memandang Laras. Membuat Laras merasa malu dan mengalihkan pandangannya ke bawah. Berpura-pura kembali untuk mengambil makanannya. Laras berpura-pura tidak mendengar ucapan Riko ketika ia mengatakan.
"Kenapa beberapa hari kebelakang, pesan ku tidak kau balas?" -Riko
"Itu ..." -Laras
Tidak mungkin Laras mengatakan jika ia sebenarnya sedang belajar untuk menjauhi Riko. Walau kenyataannya sulit. Karena hati Laras, yang juga menyukai Riko. Buktinya, ia rela keluar malam-malam seperti ini hanya untuk bertemu dengan Riko.
Riko hanya memperhatikan Laras yang berada di hadapannya. Jawaban itu menggantung begitu saja. Sepertinya, Riko tidak ingin terlalu menunjukan sifat yang membuat Laras merasa tertekan saat ini.
Beberapa jam kemudian. Ketika Laras dan Riko sudah menyelesaikan makan malam mereka. Kini mereka tengah berada di dalam mobil Riko yang terparkir di belakang area restoran itu. Tempat yang baru saja mereka kunjungi. Laras kini hendak diantar pulang dengan Riko.
Sejak awal perkenalan mereka, sampai saat ini Riko bahkan tidak mengetahui. Apakah Laras sudah bersuami atau belum. Hal itu tidak pernah di bahas oleh mereka. Tapi seharusnya, Riko menyadarinya. Karena sebuah cincin pernikahan Laras, tidak pernah ia lepaskan. Bahkan saat sedang bersama Riko.
Kini mereka hanya duduk berdua di dalam mobil Riko. Di bekakang Area restorant yang sepi. Hanya ada beberapa baris mobil yang berbaris memanjang. Riko lama menatap Laras yang sedari tadi melamun duduk di sebelahnya.
Entah kenapa, pakaian yang Laras pakai saat ini. Sangat membuat Riko ingin menci*mnya. Tapi ia ragu apakah hal itu di perbolehkan oleh Laras atau tidak. Hingga, di beberapa detik kemudian tiba-tiba saja pandangan mereka bertemu.
Sebelum pandangan mereka bertemu. Keduanya saling menyebutkan nama masing-masing. Seperti ada sesuatu yang ingin mereka ungkapkan secara tidak sengaja bersamaan.
"Laras ..."
"Riko ..."
Setelah pandangan mereka bertemu. Keduanya tidak ada yang menoleh sedikitpun. Hingga perlahan, deru nafas mereka mulai terdengar masing-masing karena Riko semakin mendekatkan wajahnya. Laras tahu betul apa yang bakal selanjutnya terjadi.
Laras memejamkan kedua matanya. Mencoba untuk tidak memikirkan semua masalahnya yang ada di dalam rumah tangganya untuk saat ini. Tiba-tiba saja Laras merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bib*rnya.
Cup~
Laras tidak berani membuka matanya ketika kejadian ini sudah terjadi. Ia hanya bisa terus fokus menikmati sensasi yang tengah ia rasakan. Kemesraan yang Riko berikan, membuat Laras terlelap jauh jatuh kedalam. Ini merupakan first kiss pertama mereka.
Riko membuka matanya. Selagi terus berci*man, Riko terus memperhatikan wajah cantik Laras ketika terpejam seperti ini. Kedua sebelah tangan mereka kini bercengkrama. Riko sedikit menaiki tempo adegan mesra itu seraya menurunkan jok mobilnya sedikit kebawah.
Ketika Laras sudah setengah berbaring. Riko mulai menjalar menelurusi leh*r putih Laras yang mulus. Laras tidak sengaja mengeluarkan suara aneh.
Ngghh~
Ketika ia merasakan lid*h Riko yang berjalan merambat dari telinga kiri dan kanan, Laras sedikit merasakan tubuh-nya gemetar. Dan kini, Laras berani melihat apa yang terjadi di depan matanya. Sesekali, Riko mengh*sap leher dan bib*r Laras.
Cup~
Hmm~
Sshh~
Ketika pandangan mereka bertemu sebentar, Riko kembali melum*t bib*r Laras. Dengan penuh kemesraan yang mereka buat, lagi-lagi Laras mengeluarkan suara aneh ketika tangan Riko, menyentuh dan menekan bukit kembar Laras.
Ngghh~!
Laras tidak menolak hal itu, dan terus menikmati seraya menutup matanya. Ketika seperti mendapat lampu hijau, Riko mulai lebih berani menelusupkan tangannya. Menyentuh langsung kulit Laras yang bersih menggunakan tangan kanannya.
Cup!
Wajah pria yang berada di atas wajah Laras ini semakin membuat Laras sedikit sulit mengambil oksigen yang ada di dalam mobil mereka.
Sshh~
Mata Laras terbuka lebar. Ketika tangan yang sudah menyentuh kulit Laras itu, mengusap ujung bukitnya.
Ngghh ... Ah!
Mendengar Laras mengeluarkan kata-kata yang erotis seperti ini semakin membuat Riko bersemangat. Ia kini lebih cepat melakukan kegiatannya. Sehingga membuat Laras merasa sulit mengikuti rakusnya Riko saat menci*m Laras. Tangan kanan Riko, terus begantian menekan bukit kembar Laras yang masih terbungkus.
Hmm ...
Ssh~
Ngghh~
"Tidak .. Riko!"
Badan Laras semakin gemetar ketika Riko sulit membuatnya bernafas. Hingga tiba-tiba, Laras mendorong tubuh Riko yang terlihat semakin berada di atasnya.
Dug!
Riko menghentikan kegiatan gil* nya. Ia memandang Laras yang masih terengah-engah mengatur nafasnya. Jika kemarin Laras melakukan ini secara tidak sadar dengan Riko. Namun kali ini Laras terlihat sangat sadar. Bahwa kegiatan ini tidak bisa terus berlanjut.
"Apakah kamu ingin menghentikan ini lagi?" -Riko
"Iyaa. Kita harus ..." -Laras
Sebelum Laras melanjutkan perkataannya, Riko dengan cepat melakukan kegiatannya. Ia menci*m Laras dengan penuh nafs*. Membuat Laras sedikit kesulitan untuk yang kesekian kalinya.
Tangan Riko kini memegang penuh atas kendali bukit kembar yang masih terbungkus itu. Membuat Laras benar-benar merasakan kenikmatan sesaat ini.
"Tidak ... Ah, Hmm~"
Nggh~
"Riko!"
Suara Laras terdengar putus-putus ketika Riko terus menci*m bib*r Laras. Ketika tangan Riko mulai mengusap-usap perut Laras dan ingin menuju kebawah. Laras benar-benar mendorong tubuh Riko dan berhasil menghentikannya.
Riko sedikit terpental menjauh dari Laras yang berada disebelahnya. Kini keduanya sedang mengatur nafas mereka masing-masing. Berusaha untuk mengontrol emosi yang belum meledak itu.
"Jika kamu seperti ini, jangan harap bisa bertemu aku lagi!" -Laras
Kalimat itu terdengar seperti ancaman bagi Riko. Dan ia pun menuruti keinginan Laras yang terlihat sedang merapihkan bajunya. Kini keduanya tidak saling memandang. Seperti menahan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi diantara mereka. Khususnya Laras.
Dalam keheningan itu, Riko meminta maaf sebelum akhirnya mengantar Laras pulang kerumahnya. Laras tidak ingin memberitahu Riko alamat rumahnya, maka ia hanya ingin diantar di depan perumahannya.
"Maafkan aku Laras ..." -Riko
Riko menunduk seperti merasa menyesal telah melakukan itu terhadap Laras. Dan Laras memaklumi hal ini, karena ia juga sebenarnya tidak bisa mengontrol sesuatu seperti ini.
"Tidak apa-apa. Aku mengerti ... Sekarang, tolong antar aku pulang saja." -Laras
"Baiklah." -Riko
Bersambung ...