NovelToon NovelToon
KISAH TAK BERUJUNG Bad Senior In Love

KISAH TAK BERUJUNG Bad Senior In Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:6.8M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

SUDAH TERBIT CETAK


"Aku mau riset ke Jepang."

Menjadi awal dari kandasnya mimpi indah Anggi bersama Dio, the first love never die.

Ditambah tragedi yang menimpa kedua orangtua Dio, membuat masa depan yang sejak lama diangankan harus pupus dalam sekejap.

Namun ketika Anggi masih berusaha menata hati yang retak, Rendra datang hanya untuk berkata,

"I just simply love you."

"Gimme a chance."

A romantic story about Dio-Anggi-Rendra

--------------

Season 1 : Kisah Tak Berujung Bad Senior in love

Season 2 : Always Gonna be You

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Sekaleng Bear Brand

Anggi

Berkali-kali ia harus membetulkan letak topi yang miring karena longgar. Rupanya terdapat perbedaan lingkar topi dan lingkar kepala yang lumayan. Sampai harus berulang kali mengatur ulang clipper, agar topi bisa melekat pas di kepala. Ya, minimal topi putih beraroma buah ini, bisa melindungi kepalanya dari kemungkinan berjemur setengah harian di bawah terik matahari. Thanks to.

Di tengah lapangan, para maba masih berlatih membentuk formasi, flashmob, selebrasi pompom, dan menghafal anthem. Teriknya sengatan matahari tak mengurangi semangat mereka. Meski ada beberapa yang tumbang karena kelelahan.

Ia bersama Zaki dan cofas lain, masih memantau jalannya gladi bersih dari pinggir lapangan. Sesekali turut membantu subdiv seremonial, memberi aba-aba pada maba yang berada di sekitar mereka.

"Semangat anak muda!"

"Kalian telah sampai di kampus kerakyatan!"

"Selangkah lagi! Ayo semangat!"

"Jangan lupa senyum, De!"

Begitu kira-kira Zaki dan sejumlah cofas berteriak memberi semangat. Di bawah pengawasan mata elang Komdis, yang siap sedia menegur maba jika berulah.

Dan tim medik menjadi panitia tersibuk di sesi ini. Bersiaga di setiap sudut lapangan. Membantu maba yang kelelahan, memberi pertolongan pertama bagi yang sakit bahkan pingsan, mengingatkan maba untuk sering meminum air putih yang mereka bawa, sekaligus mendampingi maba yang memiliki riwayat sakit tertentu.

Meski anggota gugus mereka aman dari keluhan, ia dan Zaki tetap setia mendampingi dari pinggir lapangan.

'INDONESIA

MERAH DARAHKU, PUTIH TULANGKU

BERSATU DALAM SEMANGATMU

INDONESIA

DEBAR JANTUNGKU, GETAR NADIKU

BERBAUR DALAM ANGAN-ANGANMU

KEBYAR-KEBYAR PELANGI JINGGA'

(Gombloh, Kebyar-kebyar)

Suara koor ribuan maba berhasil membuat bulu kuduknya merinding. Ditambah aksi para penerjun payung dari alumni menwa dan TNI, yang juga ikut berlatih. Semakin menambah semarak suasana.

-Tanpa sadar- matanya sesekali mencari sosok berjaket hijau di antara kerumunan panitia di pinggir lapangan, -hmm, Anggi stop it-. Namun sosok yang dicari tetap tak kunjung ia temukan.

Terakhir, ia sempat melihat sekelebatan punggung berbalut jaket hijau di sudut lain lapangan. Tengah berbincang serius bersama Aji, Kaprodi, Perwira Menengah TNI, serta seorang berseragam Tim Aerobatik TNI AU.

Rendra terlihat mencolok karena memiliki tinggi tubuh yang di atas rata-rata. Tak kalah dengan anggota tim aerobatik yang berdiri di samping Rendra.

Hanya saja, punggung berbalut jaket hijau itu terlihat lebih kurus. Serta kepala yang tak terlindung topi. Membuatnya sedikit merasa bersalah. Sebab justru dirinya yang terlindungi, sementara si pemilik topi harus berpanas-panasan.

Tapi rasa iba untuk Rendra langsung menguap tanpa bekas, begitu ia kembali teringat kejadian di dapur Pitaloka.

Come on, he's not worth it (ayolah, dia tak pantas -untuk mendapatkan rasa iba-).

'HARI INI KUAWALI HARI

BERTEMU DENGAN KAWAN BARUKU ....'

Menyanyikan anthem ospek menjadi sesi terakhir berlatih formasi. Agenda selanjutnya adalah mengecat caping, membuat pompom, mengevaluasi tugas-tugas, serta mengingatkan kembali jadwal kegiatan pada hari H.

Tepat pukul 16.00 WIB, seluruh rangkaian acara gladi bersih akhirnya usai. Para maba dipersilakan langsung pulang ke rumah masing-masing. Agar bisa menyimpan tenaga untuk hari H. Sementara ia dan seluruh cofas teknik masih harus kembali ke FT, guna melakukan evaluasi.

"Saya sangat berharap, konsep yang telah kita rumuskan bersama, bisa benar-benar diwujudkan dua hari ke depan," jelas Zaki di depan seluruh cofas cluster teknik.

"Terus semangat teman-teman! Kita kawal ospek tahun ini, dengan memberi teladan yang baik bagi para maba," imbuh Zaki.

"Agar rantai kebaikan bisa terus berlanjut. Sekaligus membantu mahasiswa baru, agar mereka siap dan mampu menghadapi tantangan di kehidupan perkuliahan ke depannya ...." pungkas Zaki.

Sesi evaluasi berikutnya dilanjutkan dengan membahas rundown acara, serta hal-hal teknis yang telah terjadi atau mungkin akan dihadap mulai dari H-, hari H, sampai hari H+.

Zaki menutup evaluasi dengan harapan besar pada seluruh cofas, agar cerdas dan tanggap secara situasional. Acara diakhiri dengan doa bersama, berharap diberi kelancaran saat hari H.

"Langsung pulang?" Zaki mendekatinya yang sedang berkemas. Berusaha menyusul teman-teman lain yang sudah beranjak pulang.

"Iya. Kenapa?" di kejauhan terlihat Nila sedang menunggunya. Mereka tadi sudah berjanji untuk pulang bersama.

"Dicariin tuh," Zaki memberi tahu.

"Sama?" tanyanya tak mengerti.

"Kamu yang namanya Anggi?" Seseorang tiba-tiba sudah berdiri di samping Zaki.

"Citra, ibu katering," seloroh Zaki. "Nah, sekarang ... karena udah ketemu. Jadi ... kenalan langsung aja ya. Aku mau ke sekre dulu," sambung Zaki sambil melambaikan tangan tanda pamit.

Termasuk Nila yang juga melambai dari kejauhan. Mulut Nila terlihat komat kamit membentuk kode pulang duluan. Nila pastinya tak ingin ketinggalan program sholat Maghrib berjamaah di kost.

"Iya, saya Anggi," jawabnya setelah Zaki pergi dan ia mengangguk menyetujui permintaan Nila.

"Ada apa ya, Mba? Ada yang bisa saya bantu?" seingatnya, Citra seangkatan dengan Zaki alias kating.

"Kamu tadi nggak kebagian makan siang?" Wajah Citra mendadak berubah menjadi masam.

"E ... iya," ia meringis, demi menyadari nada suara Citra berubah menjadi kesal. "Tapi saya udah makan di kantin kok tadi."

"Berarti nggak masalah kan?"

"Enggak, Mba," lagi-lagi ia meringis.

"Dengar ya, urusan sama tugasku banyak. Bukan cuma ngurusin cofas yang nggak kebagian nasi box."

"Iya Mba, saya nggak pernah mempermasalahkan," ia sungguh heran, kenapa Citra bisa mengetahui perihal ia tak mendapat jatah makan siang. Padahal, ia tak menceritakannya pada orang lain. Kecuali Kurnia.

"Bagus. Besok-besok ... kalau kamu nggak kebagian nasi box lagi, nggak usah ngadu," ucap Citra sinis.

"Ngadu? Maksudnya gimana, Mba?" kini ia benar-benar tak habis pikir. Keningnya kian mengernyit tak mengerti. Feelingnya mengatakan, ada sesuatu yang tidak beres.

"Kamu ngadu ke Rendra ... kalau nggak dapat makan siang kan?" tuduh Citra to the point.

Membuatnya terkejut.

"Enggak, Mba," ia menggeleng. "Ketemu juga enggak. Maksudnya gimana saya nggak ngerti?"

"Nggak usah pura-pura," Citra mengkerut. "Jangan sok merasa kecantikan deh, karena lagi deket sama Rendra!"

"Sebentar ...." ia benar-benar bingung sekarang. "Kayaknya Mba Citra salah orang. Saya sama sekali nggak ...."

"Udah deh," Citra mengibaskan tangan. "Aku harap ini yang pertama, sekaligus terakhir. Besok-besok nggak ada kejadian kayak gini lagi!" gerutu Citra, yang langsung berbalik pergi sebelum ia sempat menyanggah.

"Haduh," ia mengembuskan napas panjang karena bingung. Ini ada apalagi, cape-cape selesai gladi bersih, malah senggolan sama kating begini.

"Citra udah minta maaf?" sebuah suara yang tiba-tiba datang dari belakang punggungnya berhasil mengejutkannya. Suara itu ....

"Nih," tanpa permisi, Rendra mengangsurkan sekaleng Bear brand ke arahnya.

Dan tanpa meminta persetujuan, kaleng itu kini telah berpindah ke dalam genggaman tangannya.

"Gimana rasanya ... kepanasan seharian?" seulas senyum muncul di wajah Rendra. "Besok pas hari H, jangan lupa bawa topi."

"Kalau nggak mau pingsan," imbuh Rendra dengan wajah jenaka.

Namun reaksi alami yang diberikannya justru bertolak belakang dengan wajah ramah yang Rendra tampilkan.

Matanya menyipit, intensitas degup jantungnya langsung melonjak tajam. Sementara hatinya kesal bukan kepalang, demi menyadari kehadiran Rendra.

"Maksudnya apa?" tanyanya sama sekali tak ramah.

"Hah?" wajah senyum Rendra mendadak berubah menjadi kaget.

"Kamu nyuruh Mba Citra minta maaf ke aku?" ia jelas tak mampu mengontrol nada suara yang tiba-tiba meninggi dengan sendirinya.

"Iya," jawab Rendra yang kembali tersenyum.

"Kamu tadi sampai nggak kebagian makan siang karena keteledoran anak buahnya Citra. Jadi, sebagai pemimpin yang baik, Citra harus minta ma ...."

"Berlebihan!" geramnya tak lagi mampu menahan amarah.

"Gimana?" Rendra mengernyit.

"Nyuruh Mba Citra minta maaf ke aku, itu terlalu berlebihan! Sama aja kamu ... lagi gali kuburan buat aku! Memangnya aku siapa? Sampai harus dimintai maaf segala?!" protesnya campur kesal.

Rendra tak menjawab. Tapi ia bisa menangkap dengan jelas, rahang Rendra yang berubah mengeras.

"Lagian ya ... aku sama sekali nggak mempermasalahkan. Aku bisa cari makan sendiri!" lanjutnya cepat.

"Dan tadi, aku juga udah makan. Jadi ... Mba Citra nggak perlu mint ...."

"Oke, kamu udah makan. Tapi usaha kamu nyari makanan, bikin kamu nggak ikut briefing," Rendra menatapnya tajam. Jenis tatapan yang sama seperti di dalam forum.

"Aku bisa tahu point briefing meski nggak ikut!" geramnya seraya balas menatap Rendra.

"Nggak ikut briefing jelas kesalahan," Rendra tersenyum sinis. "Meski akhirnya kamu bisa tahu point yang dibahas."

"Lupa ... dengan esensi kepanitiaan yang pernah kita bahas kemarin?" Rendra menatapnya dengan pandangan meremehkan.

"Kamu itu ...." ia harus menghela napas untuk menurunkan kadar kekesalan yang kian memuncak.

"Kamu seenaknya nyuruh-nyuruh orang lain buat minta maaf!" ujarnya cepat. Sebelum Rendra kembali angkat bicara.

"Tapi kamunya sendiri, justru nggak bisa minta maaf. So pathetic!" sambungnya berapi-api.

Rendra mendengus kesal. "Maksudnya apa nih?"

"Kamu ... jelas-jelas tipe orang yang nggak bisa bilang maaf. Jadi, jangan pernah nyuruh orang lain untuk minta maaf. Apalagi untuk hal pribadi yang bukan urusan kamu!"

Rendra jelas ingin membantah kalimatnya, namun diurungkan. Rendra terlihat lebih memilih untuk menahan diri. Ditandai dengan rahang yang semakin mengeras.

"Kamu masih hutang maaf ke aku!" ia benar-benar tak mampu menyembunyikan emosi.

Tanpa bermaksud menunggu reaksi Renda, ia segera meraih tas. Lalu mencangklongnya dengan kasar di pundak. Dan langsung berbalik pergi.

Berusaha berjalan secepat mungkin, agar bisa segera keluar dari ruangan. Dan menjauh dari orang paling menyebalkan yang bernama Rendra.

Tapi begitu sampai di luar, ia justru merasa semakin kesal. Saat menyadari, jika ia masih mengenakan topi warna putih milik Rendra, sekaligus memegang sekaleng bear brand pemberian dari Rendra.

Ya ampun. So stupid, batinnya dengan dada yang hampir meledak.

***

1
Lugiana
reread ping suwidak jaran panggah 😢😢😭😭😭😭😭
Umi Fauzan
cerita terbaik
Tutik Winarsih
baca lagi dan tak ada bosannya
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
Alhamdulillah punya teman yang baik y Nggi dan bisa diandalkan
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
the one and only ya Nggi
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
ayo Dio, keluar dari novel tanganin deh tekhnologi di negeri ini biar menjadi nomor satu di dunia
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
salting ya Nggi 😁
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
emang enak dikacangin 🤣
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
malah cubit2an
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
apa ya oleh oleh Dio
peuyeum kali ya
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
tu mah, camannya datang
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
caman idaman mama Nggi😁
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
mendengar namanya disebut aja bikin panas dingin ya nggi
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
cemilan legend yang masih eksis sampai sekarang
famita
mau baca ke berapa kalipun tetep mewek 😭
Afidatul Rifa
menyerahkan, menitipkan dgn sepenuh hati wanita yg qta cintai kepada laki" yg mencintai wanita itu, rasanya pasti nyesek tapi Dio bisa legowo itu loh yg bikin q banjir air mata, meski dah baca berulang-ulang 😭😭😭
Afidatul Rifa
udah baca lama banget sampe lupa alir ceritanya jadi mampir lagi deh
Devi Safitri
baca ulang 2025
Nita_Ria Nita
mampir lagi aku ,sdh baca yg ke 5 kli abis nya kngen SM Abang Rendra🤭🙈
Emiliya Wati
aku slalu memimpikan novel ini dibuat filmnya.. kira2 aktor yg cocok jadi Rendra siapa ya??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!