NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:211
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga

Zahra duduk termenung dengan wajah di tekuk galau, rambut panjangnya di cepol tinggi. Rambut Zahra yang hitam legam, terlihat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Wajah cantiknya terlihat cemberut, pesan ibunya barusan membuat zahra pusing tujuh keliling.

Kemana zahra akan mencari uang untuk membayar semesteran fadli, adik laki-laki semata wayangnya.

Sungguh zahra pusing dengan pola pikir ibunya, saat ini ia juga sedang berkuliah, bukan bekerja menjadi tkw di Dubai, zahra hidup hanya mengandalkan beasiswa. Dan dengan santainya sang ibu memintanya untuk memikirkan semesteran fadli tahun ini.

Alasan klise ibu selalu mengatas namakan rumah makannya yang sepi pengunjung, padahal zahra tahu, rumah makan ibu selalu ramai pengunjung.

Zahra menghembuskan nafasnya yang terasa sesak, tarikannya terdengar berat, hingga membuat adiba menoleh penasaran.

"kamu kenapa, ra?, keknya suntuk amat"

Zahra menggeleng lemah, tangannya memijit kepalanya yang mendadak pusing.

"kamu sakit?" tanya adiba lagi, seraya bangkit dari duduknya menghampiri zahra dan meraba kening. Wajah manis gadis tunisia itu terlihat mengernyit heran.

"nggak demam kok" sambungnya lagi seraya membandingkan dengan keningnya sendiri.

"aku nggak apa-apa adiba, hanya sedikit pusing saja" sahut zahra lemah, benaknya sedang sibuk menghitung berapa lama ia harus berpuasa untuk menutupi uang semesteran adiknya itu.

Adiba yang baik hati itu hanya bisa menggeleng heran, melihat zahra yang kelihatan sangat kebingungan itu. Zahra berusaha tersenyum manis, agar adiba tidak lagi khawatir.

Gadis hitam manis itu beranjak, namun sekali lagi ia menoleh, memastikan bahwa zahra tidak kenapa-kenapa.

Zahra menatap buku yang sudah penuh coretan itu, angka rupiah yang harus zahra kirimkan tertulis acak di kertas buram, yang malah membuat kepalanya semakin pusing.

Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi kencang, dan cukup mengagetkan, bukan hanya untuknya, tapi juga adiba yang sedang belajar di meja belajarnya.

Zahra mengernyitkan keningnya heran, nomor kontak yang tak tersimpan, penuh hati-hati zahra menggulirnya ke mode terima.

"assalamualaikum" sapa zahra dengan suara sedikit menggantung, terasa jika Zahra sedang hati-hati.

["waalaikumussalam, ini dengan zahratunnisa?"]

"ya benar.." sahut zahra,

"saya bicara dengan siapa yah?"

Adiba menoleh, menatap wajah Zahra yang terlihat penasaran.

["saya ommar!"]

"Ommar?, ommar siapa yah"

Mata adiba membelalak kaget, begitu zahra menyebut nama itu, mulutnya sampai menganga tak percaya.

"pangeran ommar ra" bisik adiba dengan bahasa bibir, zahra terkejut, dengan merubah nada bicaranya zahra juga terlihat duduk lebih sopan, adiba sampai tersenyum melihat perubahan zahra.

["saya ommar alhassan.."]

"maaf prof, saya tadi tidak mengenali suara anda" pinta zahra dengan suara lebih sopan.

["tidak apa-apa"] sahut pria itu ramah,

["apakah panggilan saya ini menganggu aktifitas kamu?"]

"tidak prof" geleng zahra cepat, walau ia tahu gelengannya tidak akan terlihat oleh pria itu. Adiba tersenyum di sampingnya, lucu melihat reaksi zahra yang terlihat gugup

["bisakah kita bertemu, zahra!, saya ingin membahas sesuatu denganmu, tentang beasiswa dari kementrian yang sudah saya sampaikan pada profesor khalid"]

Mata zahra memicing heran, seorang mentri meneleponnya langsung ingin membahas masalah beasiswa yang bisa saja di tangani staf khusus. Namun ini dengan sangat mencengangkan seorang menteri turun langsung menghubunginya. Namun Zahra tetap menjawab sopan,

"bisa Prof, insya Allah"

["baiklah Zahra, saya akan share alamatnya ke kamu, untuk waktunya nanti akan saya tentukan"]

Zahra mengangguk paham, namun dengan cepat ia menjawab, menyadari bahwa pangeran ommar tak bisa melihatnya.

"aneh..." gumam Zahra menatap layar ponselnya lama,

"kenapa ra?" tanya Adiba yang ternyata masih berdiri di samping mejanya.

Zahra menoleh, seraya menunjuk layar ponselnya.

"pangeran ini aneh, diakan seorang menteri yang tentunya sangat sibukkan?"

"he—um" angguk adiba masih belum mengerti, matanya memicing menatap Zahra penasaran.

"masa' dia sempat-sempatnya nelpon aku, dan ngajak ketemuan" wajah Zahra terlihat bingung dan keheranan. Adiba tersenyum lebar, matanya mengerjab lucu.

"menurutku ra, pangeran ommar pasti penasaran ama kamu"

"kok bisa?" zahra semakin mengerutkan keningnya.

"hadeuhhhh..." pukul adiba gemas ke lengan zahra lembut.

"pangeran ommar menyukaimu"

"whaaat?" zahra menjerit kaget, adiba sampai melotot kaget menatapnya.

"it's imposible, nggak mungkin adiba"

"yah udah kalau nggak percaya.." gadis itu mengedikkan bahunya,

"tapi aku yakin, 100% malah, beliau pasti suka kamu ra" ujarnya santai membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju tempat tidurnya

"mati aku..." gumam zahra syok,

"jangan dulu, masih muda" celetuk adiba tertawa ngakak, zahra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Matanya menatap adiba memohon pertolongan.

"tolongin aku adiba!"

"gimana caranya?" tanya gadis manis itu masih tersenyum lucu,

"lagian di sukain pria tampan yang masuk dalam majalah forbe*, udah kaya, seorang pangeran dan menteri pula, kok malah kebingungan sih?"

Zahra menggeleng syok, tubuhnya sampai bergidik ngeri

"dia udah punya istri adiba, mana 2 lagi istrinya"

"nggak, apa-apa zahra, di negara ini, jadi yang ketiga itu hal lumrah tahu?" adiba terlihat serius ketika mengatakannya, bukan membuat zahra tenang, gadis itu malah semakin ketakutan.

"ogaahhhh, aku nggak mau jadi yang ketiga, aku nggak mau ngerebut suami orang"

Adiba tertawa ngakak, melihat ekspresi zahra yang terlihat lucu di matanya.

"udah tidur saja, mudah-mudahan itu hanya dugaanku saja" ujar adiba menenangkan zahra yang terlihat masih syok.

"aamiin, semoga saja yah. soalnya, beneran aku nggak mau cari masalah di negeri orang, aku hanya ingin menuntut ilmu di sini"

Adiba mengangguk menenangkan zahra, gadis hitam manis yang cantik itu, menunjukkan jempolnya kepada zahra.

Zahra ikut mengangguk, mengafirmasikan ke dirinya sendiri, bahwa kemungkinan yang adiba ucapkan tadi semoga hanya dugaan adiba saja.

Zahra mematikan lampu belajarnya, membuka cepolan di kepala, dan melangkah ke ranjangnya. Mata zahra sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Pantesan matanya terasa perih, biasanya selesai salat isya,dan belajar sebentar, paling lama jam 9 zahra sudah terbang ke dunia mimpinya yang indah.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!