Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Dilamar
Waktu tak terasa berjalan sangat cepat. Tidak ada kabar berita dari Arvin dan Tamara. Mereka dinyatakan menghilang. Cherika sudah mengikhlaskan kepergian mereka. Cherika selalu mengirimkan doa di manapun mereka berada. Cherika masih berharap akan bertemu dengan kedua orang tuanya.
Cherika kini tinggal bersama keluarga Susi. Sikap Susi dan keluarga sangat tulus kepada Cherika. Susi dan suaminya menganggap Cherika seperti anak mereka. Begitu juga dengan Rian dan Laudya yang selama ini baik padanya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan biaya kuliahnya bersama Laudya dan kakak sepupunya, Cherika terpaksa menjual konveksi punya papanya.
Cherika bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji. Cherika juga memberikan sebagian gajinya kepada Susi. Kenapa Cherika melakukan itu karena Cherika ingin membalas kebaikan Susi dan keluarganya.
Saat makan malam, di rumah Susi kedatangan tamu. Tamu itu seorang pria seusia suami Susi bersama anaknya yang seusia kakak sepupu Cherika. Mereka makan malam bersama.
Setelah makan malam berakhir, semua keluarga dan tamu berkumpul di ruang tamu. Tamu itu adalah Om Ravi dan anaknya bernama Dhika.
Cakra suaminya Susi, mengenalkan Cherika pada Ravi. Dan maksud kedatangan mereka malam itu adalah untuk melamar Cherika. Sontak saja Cherika kaget mendengarnya.
Tanpa persetujuan Cherika, Cakra dan Ravi sudah menentukan hari pernikahan mereka. Ravi sudah memesan undangan, katering dan tempat resepsi sudah disiapkan. Bahkan baju pengantin dan seragam untuk keluarga jauh-jauh hari sudah dipesan.
Cakra dan Susi sangat berterima kasih kepada calon besan. Mereka sangat menghargai kebaikan Ravi dan keluarga. Kemudian Dhika dan Cherika dibiarkan berduaan agar mereka saling mengenal satu sama lain.
Dhika dan Cherika saling berpandangan. Dhika memang terlihat menarik. Tubuhnya yang tinggi, sawo matang, bugar dan berotot. Belum lagi wajahnya yang begitu terawat.
Berbeda sekali dengan Cherika. Karena kuliah sambil bekerja, Cherika tidak sempat melakukan perawatan ataupun membeli skincare. Uangnya Cherika berikan untuk Susi mengurus rumah tangga.
Dhika duduk di samping Cherika. Dhika menggenggam tangan Cherika. Merasa tidak nyaman, Cherika perlahan menarik tangannya dan sedikit duduk bergeser.
"Kenapa? Kita sebentar lagi menjadi suami istri," Dhika dengan tajam memandangi Cherika.
"Hmm, maaf. Aku belum mengatakan iya. Kita baru saja bertemu dan belum saling mengenal," Cherika juga menatap tajam ke arah Dhika.
"Pokoknya kamu harus jadi istri aku! Aku gak mau tau!" Paksa Dhika.
"Kalo aku menolak?"
Tiba-tiba saja, Dhika yang tadi tersenyum manis berubah menjadi sangar. Dhika mencekik leher Cherika.
"Jika kamu menolak, Om dan Tantemu akan masuk penjara. Karena apa? Mereka banyak berhutang kepada Ayah!"
Dengan kasar Dhika melepaskan cengkeramannya. Cherika terbatuk sambil memegang lehernya. Cherika sedikit menjauh. Cherika menghirup udara sebanyak mungkin.
Saat itu Ravi kembali ke ruang tamu. Ravi melihat Cherika yang kesakitan. Ravi segera menenangkan Dhika. Ravi membisikkan sesuatu kepada Dhika. Dhika yang tadinya sangar kini kembali menjadi lembut.
Dhika melihat ke arah Cherika. Dhika langsung memeluk Cherika dan mengucapkan maaf. Cherika nampak terkejut melihat perubahan dari Dhika yang begitu cepat.
Ravi dan Dhika berpamitan. Mereka akan menunggu tiga hari akan datang. Susi segera menemui Cherika di ruang tamu. Susi meminta maaf karena tidak memberitahu kepada Cherika tentang pertunangan itu.
"Tante, pernikahan bagiku sekali seumur hidup. Pernikahan bukan untuk main-main. Kalo begini, aku belum siap," ucap Cherika.
"Maaf sayang. Tante dan Om sangat sayang sama kamu. Kamu sudah melakukan banyak hal untuk keluarga ini. Itulah mengapa kami menerima pinangan dari Dhika. Mereka orang kaya. Kami ingin masa depan yang cerah untuk kamu," Susi meneteskan air mata.
"Ma, seandainya Cheri menolak gimana?" Rian duduk di samping Cherika.
"Tidak bisa! Semua sudah dipersiapkan!" Cakra juga bergabung di ruang tamu.
"Tapi, Pa ...." belum lagi Rian menyelesaikan kalimatnya, Cakra dengan cepat memotongnya.
"Jangan bikin malu keluarga kita! Cheri, dalam tiga hari, persiapkan dirimu," Cakra dan Susi meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamar mereka.
Laudya yang berdiri di depan pintu kamarnya tersenyum melihat kesedihan Cherika. Beberapa minggu yang lalu, Laudya tanpa sengaja mendengar obrolan Cakra dan Susi di dalam kamar mereka.
Ternyata, Cakra dan Ravi melakukan taruhan bola. Entah apa yang Ravi dan Cakra pertaruhkan. Dan akhirnya Cakra kalah taruhan. Cakra membawa Ravi ke restoran tempat Cherika bekerja. Di sana Ravi melihat Cherika.
Setelah melihat Cherika, Ravi langsung menjodohkan anaknya. Tanpa izin dari Cherika, Cakra membuat kesepakatan dengan Ravi. Cakra sungguh tidak menyangka, Ravi rela mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan Dhika dan Cherika.
Susi sempat bertanya kepada Cakra, kenapa tidak memilih Laudya. Cakra bilang, Dhika itu sakit. Walaupun Dhika anak orang kaya, Cakra ingin punya menantu yang sehat. Laudya sempat bertanya dalam hati, apakah Dhika mengidap penyakit yang menular.
Laudya tidak perduli. Pasti Cakra melakukan itu karena ingin melindungi Laudya. Laudya tersenyum bahagia. Laudya masuk ke dalam kamarnya.
Sementara itu, Rian masih menemani Cherika di ruang tamu. Rian mengajak Cherika ke teras rumah. Rian bertanya apa yang baru saja terjadi. Cherika dengan cepat menceritakan semuanya.
Rian memeriksa leher Cherika, terlihat merah bekas cekikan. Rian merasa kasihan. Rian menyuruh Cherika agar menolak pernikahan itu. Tapi Cherika mengatakan tidak bisa menolak karena Cakra dan Susi bisa dijebloskan ke penjara.
Rian menarik tangan Cherika untuk masuk ke dalam kamarnya. Rian meminta Cherika mengambil beberapa lembar pakaian, uang dan barang yang dianggap penting. Cherika yang masih bingung, menurut saja apa yang diperintahkan Rian.
Setelah dirasa cukup, Cherika memasukkan beberapa barang ke dalam ranselnya, Rian diam-diam bersama Cherika pergi meninggalkan rumah. Mereka pergi menggunakan motor Rian.
Rian melaju kencang. Cherika berpegangan erat di pinggang Rian. Di sepanjang perjalanan Rian bingung mau pergi ke mana. Rian memutar otak mencari tempat bersembunyi. Tidak mungkin Cherika bermalam di rumah orang tuanya, sudah pasti tentu akan mudah ditemukan.
Dari belakang motor Rian, ada sebuah mobil putih membunyikan klakson berulang-ulang kali meminta Rian untuk menepikan motornya. Rian mengintip dari balik kaca spion. Rian tidak perduli dan terus menarik full gasnya.
Aksi kejar-kejaran terjadi. Rian dengan lincahnya berkelok-kelok menghindari kejaran mobil putih. Rian masuk ke dalam gang sempit. Rian bersembunyi di halaman rumah kosong yang gelap dan mematikan mesin motornya.
Rian memeriksa keadaan. Perlahan Rian menarik gas motornya. Rian menyusuri gang sempit dan keluar menuju jalan raya.
Mobil putih yang tadi mengejar Rian dan Cherika, melihat cahaya lampu motor dari dalam gang sempit. Dia menunggu apakah yang keluar Rian dan Cherika.
Dan yang dia tunggu ternyata memang Rian dan Cherika. Tanpa pikir panjang, dia menginjak pedal gasnya. Mobil putih melaju dengan kencang dan menabrak bagian belakang motor Rian.
BRAAAAAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...