Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.
Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.
Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 3
Hubungan antara Nayla dan Dhana semakin dekat, apalagi selama 2 hari ini melakukan liburan bersama meskipun ada beberapa temannya Nayla juga turut ikut.
Nayla yang begitu tergila-gila dengan pesona dan kebaikan yang diberikan Dhana membuat dirinya akhirnya memberanikan diri mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa ia ingin bertunangan dengan Dhana.
Mendengar permintaan putrinya tentunya menjadi kabar mengejutkan bagi Andreas dan Yuna.
"Nay, kalian belum kenal seminggu. Kamu sudah menyuruh kami untuk meminta dia bertunangan. Jangan aneh, ya, Nak!" kata Yuna dengan lembut.
"Sayang, apa yang sudah dilakukan dia sehingga kamu tiba-tiba minta bertunangan?" tanya Andreas.
"Aku merasa nyaman, Pa. Dia begitu perhatian kepadaku," jawab Nayla menjelaskan sosok Dhana yang memang tak pernah jauh darinya kecuali saat tidur karena mereka memang tak 1 kamar.
"Kamu yakin dia hanya memberikan perhatian? Dia tidak meniduri kamu 'kan?" tanya Yuna yang curiga jika Dhana melakukan hal tidak senonoh.
"Astaga, Ma. Dia sama sekali tak menyentuhku, dia berbeda dari pria lainnya yang aku kenal. Bahkan, dia tidak mau menerima uang dariku," jawab Nayla ketika mereka makan dipinggir jalan, Dhana membayar makanannya sendiri tanpa memakai uang Nayla.
"Mama tidak setuju kamu bertunangan dengannya!" tegas Yuna.
"Ma...."
"Nay, kamu jangan mudah tertipu. Bisa saja dia ingin menipu kamu," kata Andreas menjelaskan kepada putrinya.
"Aku sangat yakin, Dhana itu berbeda, Pa!" ucap Nayla.
"Panggil Dita ke sini!" perintah Andreas menyuruh istrinya.
Yuna kemudian berjalan memanggil Dita yang sedang berada di dapur menyiapkan makan malam.
Yuna dan Dita menghampiri Andreas dan Nayla di ruang keluarga.
"Dita, apa yang dilakukan pria itu sehingga Nayla menjadi berubah?" tanya Andreas kepada anak pembantunya.
"Tidak ada, Tuan." Jawab Dita.
"Kamu yakin? Apa Nayla sedang mengancam kamu?" tanya Andreas lagi.
"Saya tidak diancam Nona Nayla. Selama di sana Dhana menjaga jarak agar tidak bersentuhan langsung dengan Nona Nayla. Selama di sana juga Dhana benar-benar menjaga Nona Nayla, bahkan ketika temannya yang lain sedang beristirahat di kamar hotel. Dhana tetap mengikuti kemanapun Nona Nayla melangkah," jawab Dita panjang lebar.
"Papa dengar sendiri 'kan? Dhana tidak mengambil keuntungan apapun," ujar Nayla.
"Papa dan Mama akan memikirkan lagi keinginan kamu itu," ucap Andreas kemudian berlalu.
"Apa dia hanya seorang sopir taksi, Mama dan Papa tidak mengizinkan pertunangan ini?" tanya Nayla ketika Yuna hendak menyusul langkah suaminya.
"Tidak, Nak. Kamu bahagia saja, itu sudah membuat kami senang. Pekerjaannya tidak kami permasalahkan, tetapi perkenalan kalian yang masih singkat membuat kami harus berpikir lagi," jawab Yuna menjelaskan alasan dirinya dan suaminya menolak permintaan putrinya.
Setelah mengungkapkan keinginannya kepada kedua orang tuanya, Nayla memilih tidak menikmati makan malam bersama. Mengendarai mobilnya sendirian, Nayla pergi ke sebuah hiburan malam.
"Tuan, Nyonya, saya melihat Nona Nayla keluar membawa mobil sendirian," kata Dita.
"Kenapa kamu mengizinkan dia berkendara di malam hari?" Andreas bertanya kepada istrinya.
"Dia tidak mengatakan apa-apa kepadaku," jawab Yuna, ia kecewa suaminya malah menuduhnya membiarkan Nayla sesuka hatinya.
"Pasti karena kita menolak permintaannya!" kata Andreas yang menyesal memarahi putrinya.
"Dita..!" Yuna sedikit meninggikan suaranya memanggil gadis yang sebaya dengan Nayla.
"Iya, Nyonya. Ada apa?" Dita yang tak jauh dari kedua paruh baya itu mendekat dan bertanya dengan sopan.
"Apa kamu punya nomor telepon pria itu?" tanya Yuna.
"Punya, Nyonya. Kebetulan saya memintanya ketika kami pergi liburan," jawab Dita.
"Hubungi pria itu dan suruh dia mencari Nayla. Jika dia berhasil dan membujuk Nayla pulang, dia boleh bertunangan dengan Nayla!" perintah Yuna.
"Kenapa kamu malah setuju mereka bertunangan?" Andreas tampak marah.
"Tidak ada pilihan, Pa. Nayla sangat menyukai Dhana, tak pernah dirinya marah seperti ini," kata Yuna.
Andreas membenarkan ucapan istrinya, tak pernah putrinya itu bercerita mengenai teman dekat pria selain Dhana.
Dita lalu menghubungi Dhana, ia sengaja membesarkan volume suaranya agar kedua orang tuanya Nayla mendengarkan percakapan mereka.
Sementara itu ditempat lain setelah mendapatkan telepon dari Dita, Dhana bergegas mencari keberadaan Nayla.
Tempat hiburan malam yang pertama dikunjungi Dhana tak jauh dari kediaman Dita. Karena dari pesan Dita, majikannya itu beberapa kali mengunjungi tempat tersebut.
Tak butuh lama Dhana akhirnya dapat menemukan Nayla yang sedang menegak minumannya. Dhana menghampiri gadis itu dan menutup tubuh Nayla yang bagian punggungnya terbuka dengan jaket miliknya.
"Nay, kenapa kamu di sini?"
Nayla mengangkat wajahnya dan menatap samar pria dihadapannya. "Kamu siapa?"
Dhana menghela napas, tanpa banyak bertanya Dhana segera menggendong Nayla dan membawanya keluar dari tempat hiburan malam.
"Hei, kamu siapa? Jangan macam-macam kepadaku!" Nayla berusaha turun dari gendongan Dhana.
Dhana membuka pintu mobil dan meletakkan Nayla di bagian depan. Ia juga memasang sabuk pengaman karena Nayla sedang dalam keadaan mabuk.
Tanpa bicara, Dhana segera menyalakan mesin mobilnya dan melesat ke kediaman Nayla.
Sesampainya di kediaman Andreas, Nayla sudah tertidur. "Menyusahkan saja!" gumam Dhana.
Dengan terpaksa, Dhana kembali menggendong tubuh Nayla. Ia membawa Nayla ke kamarnya dan merebahkannya di ranjang tidur.
"Kami perlu bicara dengan kamu!" ucap Andreas yang juga ikut mengantarkan Nayla ke kamar.
Dhana mengangguk mengiyakan.
Dhana kemudian duduk dihadapan orang tuanya Nayla, pria itu siap-siap di sidang.
"Siapa nama kamu sebenarnya?" tanya Andreas.
"Kavi Wardhana," jawab Dhana.
"Kami tidak belum mengenal kamu dan keluargamu, bisa kamu jelaskan!" pinta Andreas.
Dhana lalu menjelaskan mengenai keluarganya dan di mana tempat tinggalnya.
"Apa benar kamu bekerja sebagai sopir taksi?" tanya Yuna.
"Benar, Nyonya." Jawab Dhana.
"Putri kami ingin bertunangan dengan kamu. Apa kamu belum memiliki istri?" tanya Andreas.
"Saya belum mempunyai istri ataupun kekasih, Tuan." Jawab Dhana lagi.
"Apa kamu bersedia bertunangan dengan putri kami?" tanya Yuna.
Dhana terdiam, ia tak segera menjawab.
"Nayla adalah harta kami satu-satunya, dia sangat berharap bertunangan dengan kamu," ucap Andreas dengan mata berkaca-kaca.
"Kami ingin melihat Nayla bahagia, apa kamu bersedia menerima Nayla?" tanya Yuna lagi.
"Saya memang menyukai Nayla, Nyonya, Tuan. Tapi, saya sadar diri bahwa diantara kami tidak mungkin bisa bersatu," jawab Dhana.
"Kenapa tidak bisa bersatu? Apa kekurangan putri kami?" Andreas tampak tak suka dengan jawaban pemuda dihadapannya.
"Nayla tidak memiliki kekurangan, bahkan dia sangat sempurna. Dia bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari saya," kata Dhana.
"Berapa yang kamu minta?" tanya Andreas tanpa basa-basi.
"Saya tidak menginginkan apapun kecuali Nayla," jawab Dhana.
"Jadi, kamu bersedia menerima permintaan kami bertunangan dengan Nayla?" tanya Andreas lagi.
"Saya tidak bersedia bertunangan, tapi saya mau menikahinya!" jawab Dhana.