Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03 [ Diberikan hukuman]
Setiap orang pasti sangat menginginkan kebahagiaan yang sempurna, entah itu memiliki kekasih yang bisa mencintainya dengan tulus, begitu pula memiliki keluarga yang utuh, diratukan oleh Papanya, begitu pula dijadikan Cinderella oleh saudaranya, tapi nyatanya semua keberuntungan itu tidak berpihak padaku, aku mungkin salah satu orang yang tidak beruntung karena tidak memiliki semuanya ...aku ...
Lagi-lagi Adara kembali teringat berapa banyak luka yang diberikan orang tuanya, hal itulah yang hingga kini tak bisa membendung air matanya agar tak kembali berjatuhan.
Teringat pula ketika ia masih kecil ia selalu diperhatikan Papa dan Mama kandungnya yang tak membiarkan ia terluka sedikitpun, entah itu luka kecil akibat terkena goresan setiap kali ia habis belajar bersepeda, ataupun bermain-main.
Teringat pula ketika ia kecil dialah anak yang paling dimanja oleh orang tuanya tidak akan dibiarkan ia menangis akibat dijahili oleh saudaranya, tapi kini semua kasih sayang itu runtuh sejak hadirnya Sandra seusai masuk kedalam kehidupannya.
Ia pula tak bisa lepas menyalahkan dirinya sendiri, dia pula sadar dialah dalang atas kehancuran nasibnya setelah dengan hati yang rendah Adara meminta bahkan memohon pada orang tuanya untuk Sandra diangkat sebagai saudara angkatnya, tapi apa boleh buat takdir sudah terjadi.
Belum juga tangisan Adara surut, Adara dikejutkan adanya seseorang yang tiba-tiba melemparkan satu kotak buah tissue tepat mengenai wajahnya, lirikan Adara berpaling pada arah depan benar adanya Sandra lah pelakunya.
"Ngapain kamu kesini?"
"Ternyata kamu bisa menangis juga ya? Ngomong-ngomong gunakan tissue kotor itu barang itu lebih lah pantas untuk seseorang sepertimu," ledeknya.
"Aku minta pergi!"
"Jika aku tidak mau gimana?"
"Baiklah terserah kamu, tapi ngomong-ngomong aku baru sadar sepertinya dirumah ini kedatangan tamu yang tak diundang? Lebih tepatnya seperti parasit! Tidak diundang, tapi dia muncul dengan sendirinya?"
"Kamu mengatai ku parasit?"
"Kenapa? Tidak terima?"sindir Adara sambil menjulurkan lidah, Sandra mengepalkan tangan ia tak terima ada orang akan seberani ini mengatainya dengan sebutan itu.
"Adara ...aku tau aslinya keberanian kamu ini hanya terlihat diawal kan? Akupun tau aslinya dalam hatimu kamu sangatlah takut berhadapan dengan aku? Oh iya gimana rasanya melihat kekasih yang kamu dambakan selama bertahun-tahun untuk menjadi Suamimu malah menikah dengan wanita lain? Sakit kah?"
"Tidak ada gunanya takut ataupun Iri pada seseorang apalagi jika orang itu dalam hidupnya hanya ada iri dan dengki. Oh iya bukankah sedari dulu kamu kurang mendapat kebahagiaan makanya kamu rebut kebahagiaan orang lain? Ataukah aslinya kamu dibuang orang tuamu karena mereka malu harus melahirkan anak tidaklah berguna sepertimu?"sindir balik Adara.
"Kurang ajar!"
Sandra akan melayangkan tamparannya terhadap Adara, tapi Adara terlebih dulu menangkap tangan Sandra dan menepisnya secara kasar.
"Jangan harap setelah apa yang kau lakukan padaku kau bisa menginjak-injak ku lagi, perlu kamu ingat! Adara yang dulu telah pergi dan yang ada dihadapan kamu adalah Adara yang baru, penuh dengan keberanian dan tak akan kalah melawan Wanita licik dan bajingan sepertimu, paham!"
Kembali Adara mendorong tubuh Sandra hingga tersungkur kelantai, tak terima Sandra mengepalkan tangannya, mendengar langkah kaki perlahan menuju kearah ruangan ini Sandra tersenyum sinis kearah Adara.
"Sayang ...."
Kata yang tiba-tiba muncul dari arah samping, hadirnya Mama dan Papa Adara yang begitu terkejut melihat kondisi Sandra sudah bersimpuh dilantai, ditatap secara tajam Adara, sebaliknya Adara tak menunjukkan penyesalan ataupun tindakan untuk membuat mereka percaya, sebaliknya Adara menyilangkan kedua tangannya tak peduli sekalipun pada wanita yang berada dibawahnya.
"Kau kah pelakunya?"seru Papa Adara.
"Iya! Kenapa?"
"Rupanya kau masih tidak pernah berubah, kau masih bisa kasar sama Sandra? Apa salah dia?" Mamanya ikut naik darah, Mama Adara membantu Sandra berdiri.
"Bukankah ini yang kalian mau? Kalaupun aku membela diri, itu juga tidak akan ngaruh kan? Bahkan sekalipun dengan cara bunuh diri dihadapan kalian langsung, itu juga tidak akan membuahkan hasil agar kalian bisa mempercayai ku? Katakan! Apa iya?"
"Adara ...apa seperti ini cara kamu bicara pada kedua orang tua kamu?"
Sandra menunjukkan wajah memelasnya, ia menunjukkan cara bersimpati agar manusia dibelakangnya akan selalu berpihak padanya, dianggap dialah wanita yang tertindas dirumah ini.
"Aku tidak ingin durhaka apalagi berani melawan. Akupun masih ingat dan menganggap jika kalian orang tuaku, tapi jika kalian sendiri tak menganggap ku Putri kandung lagi. Apalagi yang perlu diharapkan?"
"Kau?"
Papa Adara tak bisa berkata apa-apa lagi tak percaya jika Adara akan bisa berkata se'lancang ini.
"Kamu harus Papa beri hukuman."
Ditarik pergelaran tangan Adara dengan kasar, dibawa pergi, Pria tua itu mengabaikan rintihan sakit yang Putrinya rasakan. Tubuh lemah itu didorong hingga tersungkur diatas batu kerikil itu, lututnya yang akhirnya berdarah tapi tak sedikitpun rasa kasihan yang ditunjukkan Pria tersebut.
Lelaki itu pergi layaknya tak memiliki perasaan bahkan iba pada gadis yang kini masih bersimpuh lutut, bahkan gadis yang memiliki hubungan darah dengannya.
"Awasi dia sampai bisa menuntaskan hukuman yang ia dapatkan, ayo Ma kita pergi!"
Diajak, wanita sedikit tua itu bahkan tak menunjukkan respon terhadap derita sang Putri.
"Baik Tuan."
Sandra lalu mendekatinya, ia ikut berlutut, tapi bukan untuk menyemangati, melainkan ....
"Lihatlah seperti ini caraku jika kau ingin bermain-main denganku mengejutkan, bukan?"
Sandra menyindir, Adara tak ingin dianggap lemah dengan berani ia meludahi wanita licik itu, tapi Sandra hanya membalas senyumannya yang amat licik, ia sangat puas, tak berkata lagi ia lalu pergi.
Awan hitam sepertinya tak mendukung akan derita yang dialami Gadis malang itu. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi, lalu rintik-rintik itu berubah menjadi buliran yang bahkan tak terhitung berapa banyak jumlahnya.
"Aku lega! Setidaknya turunnya hujan, aku bisa menangis tanpa diketahui seorang pun akan derita yang aku alami, terima kasih Tuhan ...terima kasih."
Adara tak menoleh lagi, ingin rasanya ia menangis bahkan menjerit sejadi-jadinya, tapi sepertinya tangisannya sudah tak mau mengeluarkan air mata yang hampir setiap hari ia keluarkan secara cuma-cuma.
"Kamu harus kuat Adara ...kamu tidak boleh menangis! Kamu harus kuat!"
Ia bertahan, namun tidak dengan hatinya yang penuh dengan penekanan dan teriakan yang ingin ia keluarkan secara berbarengan.
Rintik-rintik hujan mulai berdatangan, ribuan tetesan itu sepertinya ikut menjadi saksi atas malangnya nasib yang dialami Wanita seperti Adara, masih memiliki orang tua, tapi kenapa tak ada kebahagiaan yang bisa ia rasakan dengan sempurna.
Kenapa ia hidup masih memiliki keluarga yang utuh, tapi seperti hidup dalam kurungan yang sangat rapat bahkan seperti tak ada cahaya yang menerangi
BERSAMBUNG.
lanjut thor