NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Ketua Geng Pembuat Onar

Suara langkah kaki yang semakin

mendekat, membuat Alvin dan Mingyu

mengibaskan tangannya, untuk

menghilangkan bau dari asap rokok yang

mereka hisab.

Bukan tanpa sebab, di SANG JUARA

menghisap rokok termasuk pelanggaran

berat, point yang berkurang juga besar

sekali jika sampai ketahuan. Jika

keduanya murid biasa, mungkin hanya

akan dihukum skors, tapi bagaimana

dengan murid beasiswa seperti Alvin

dan Mingyu?

Beasiswa dicabut dan diminta

mengembalikan dana yang telah

dikeluarkan oleh sekolah untuk mereka,

jika tak bisa tentu saja akan di keluarkan

begitu saja. "Sekolah favorit, tak butuh

perokok. Merokok hanya merusak tubuh dan konsentrasi belajar" salah satu kalimat

yang di lontarkan kepala sekolah saat

penerimaan siswa baru kemarin.

"Boss! Sepertinya ada tikus kecil yang

bermain di tempat kita nih" ujar salah

seorang yang mendekat ke arah Alvin

dan Mingyu.

Alvin yang mendengar suara

tersebut merasa sedikit lega, paling tidak

yang datang bukanlah seorang guru,

batinnya.

"'Ayo pergi Ming!" ajak Alvin.

Mingyu pun mengangguk, keduanya

berjalan hendak meninggalkan tempat

tersebut, tepat saat 2 orang siswa lain baru

sampai.

"Oh ini tikus yang sedang mampir"

ucap siswa tadi.

Mingyu sedikit terkejut dengan

kedatangan 2 Kakak kelas, yang terkenal

sebagai gang biang onąr sekolah. Jangan

salah, meski SMA SANG JUARA terkenal

dengan murid pintarnya, tetap saja akan

selalu ada yang namanya murid nakal.

"Permisi mas, kami mau balik ke

kelas" ucap Mingyu yang merasa jalan

keluarnya terhalang.

"CK murid beasiswa, abis ngapain

kalian disini?" tanya Bakir atau yang biasa

dipanggil Badak. Siswa kelas 3, ketua dari

gang pembuat onar.

"Cuma nyantai aja kak, tadi disuruh

nunggu diluar soalnya" jawab Mingyu

sedikit takut. Sementara Alvin tampak

menatap Badak dengan tatapan tajam.

"Nyapo! Plilak plilik AE matane!"

hardik Badak pada Alvin, namun tak

mengendurkan sorot mata Alvin yang

masih terlihat mengamati.

"Mereka abis ngerokok bos!" ucap

Kevin, pengikut Badak, sembari mengorek

putung rokok bekas Alvin dan Mingyu dengan kakinya.

"Bagus! Anak baru, murid beasiswa,

udah berani ngerokok di tempat senior,

ngelamak e tala" ucap Badak, sembari

mengeluarkan sebungkus rokok dari saku

celananya.

"Anak mana kamu?!" tanya Badak

sedikit membentak pada Alvin.

"Anak SANG JUARA mas, kan lagi

disini" jawab Alvin tanpa rasa takut,

sementara Mingyu sudah tampak bingung

dan sedikit khawatir.

"Woy jawab yang bener, rumahmu

dimana!?" sahut Kevin.

"Oh, kampung Delima mas" jawab

Alvin tegas.

"'Apanya haji Maliki?" tanya Badak.

"Selisih satu gang mas" jawab Alvin.

"Yawes, sana balik kelas, jangan aneh-

aneh. Kapan kapan ikut gabung aku yo!"ujar Badak seraya menepuk pundak

Alvin 2 kali.

"Siap mas, tapi gak janji ya" jawab

Alvin.

Alvin pun segera merangkul

Mingyu untuk membawanya segera pergi

dari sana.

"Kok dibiarin bos, gak biasanya.

Biasanya kasih pelajaran dulu" ucap Kevin

begitu Alvin dan Mingyu berlalu.

"Biarin, bukan anak mami yang rese',

mentalnya kuat gak menye menye, gak

perlu cari gara-gara dengan anak mental

kayak gitu, malah lebih baik dijadikan

temen" ujar badak membuat Kevin

bingung, tak biasanya bosnya itu bisa

lunak.

Sebagai ketua gang pembuat onar,

Badak cukup tau reputasi kampung

Delima, tempat tinggal Alvin. Kampung

yang dijuluki sebagai zona merah, sebab seperempat warganya terdiri dari mantan

preman, tentu membuat Badak harus

berfikir ulang jika ingin membuat masalah

dengan Alvin.

Badak hanya sedikit heran, bagaimana

bisa anak dari kampung pinggiran seperti

kampung Delima bisa masuk SANG

JUARA, apalagi jalur beasiswa, yang jika

orang lain saja pasti sangat kesulitan.

"Itu tadi ketua geng pembuat onar

disini Vin" ucap Mingyu saat berjalan

menuju ke kelas.

"Oh ya?" sahut Alvin.

"Iya, denger denger biasanya orangnya

senggol bacok, alias kalau kita bikin

masalah dikit gak bakal dilepasin. Tapi

kenapa tadi kita aman aman aja yah vin"

lanjut Mingyu sementara Alvin tampak

mengedikkan bahu.

"Udah yuk masuk, itu Bu Desi udah

celingukan, pasti lagi nyari kita" jawab Alvin.

Alvin dan Mingyu pun segera

masuk ke dalam kelas, benar saja proses

tes seleksi dadakan itu telah selesai,

namun hasilnya masih belum diketahui.

"Oh ya, mulai besok bagi peserta

lomba olimpiade diwajibkan mengikuti

jam pelajaran tambahan, jadi mulai besok

kalau pulang jangan langsung pulang,

kalian ke perpustakaan karena ada

pelajaran tambahan sekaligus bimbingan

untuk lomba" ujar wali kelas sebelum

meninggalkan kelas.

Mendengar penuturan wali kelas

barusan membuat kening Alvin

berkerut, jika ia harus pulang terlambat,

berarti pekerjaannya pun akan terlambat

pula.

"Ah biarin lah, besok mulainya lebih

pagi aja, biar yang sore tinggal dikit" batin

Alvin sebelum meninggalkan kelas usai pelajaran berakhir.

Di sore hari, usai pulang sekolah,

Alvin melanjutkan pekerjaannya yang

memang belum selesai. Tinggal 3 RT 1lagi,

mulai jam setengah 4 Alvin sudah

menarik gerobak sampahnya lagi.

Jam 5 lebih Alvin telah

menyelesaikan pekerjaannya. Selain

karena fisik mudanya yang masih kuat,

Alvin juga sangat bersemangat.

Kampung Alvin memang terdiri 7 RT,

setiap RT hanya satu gang, membuat

Alvin cukup cepat mengerjakannya.

Usai meletakkan sampah di TPA

setempat, Alvin menyempatkan diri

untuk membeli makan, setelah

mendengar apa yang dikatakan Bu Novi

tadi pagi, Alvin mulai bertekad untuk

tak akan makan di rumah lagi.

"Tapi kalau makan diluar begini terus,

uangku pasti akan cepet habis" gumam Alvin, usai menghabiskan sebungkus

nasi di warung dekat TPA.

"Tukang sampah baru le?" sapa nenek

pemilik warung kecil, tempat Alvin

singgah.

"Enggeh nek" jawab Alvin sedikit

terkejut, sebab barusan sedang

melamun.

"Rumahmu mana le?" tanya nenek

tersebut.

"Masih disini aja nek, di RT 2" jawab

Alvin.

"Panggil Mak Na aja le, biasa yang beli

disini juga panggil Mak Na, kamu tadi pagi

lak ya wes buang sampah toh le, kok

sekarang lagi" tanya Mak Na seolah

menginterogasi.

"Iya Mak, soalnya tadi pagi belum

selesai, saya keburu berangkat sekolah,

jadi saya lanjut sore ini. Ini Alhamdulillah

selesai semua" jawab Alvin. Percakapan Alvin dan Mak Na pun

terus berlanjut, Mak Na yang penasaran

dengan pemuda itu, dan Alvin yang

enggan segera pulang ke rumah, membuat

keduanya terus berbincang hingga adzan

Maghrib berkumandang, mendengar itu

Alvin pun segera bangkit dan

berpamitan untuk segera pulang.

"Baru pulang le" sapa pak Rohman

yang berdiri di depan rumah seolah siap

menyambut Alvin.

"Enggeh pak, Alvin mandi dulu ya"

jawab Alvin seraya menyalami pak

Rohman.

Pak Rohman pun mengangguk.

"Kamu itu keluyuran terus vin, pagi

keluyuran sore keluyuran, mana pulang-

pulang bau gini lagi" sentak Ibu Tirinya

seraya menutup hidung.

"Sudah langsung mandi aja Vin, abis

itu langsung sholat terus makan" sahut pak Rohman.

Alvin pun mengangguk, kemudian

segera berlalu dan mandi.

Sementara Bu Eleano tampak

mencebikkan bibir tanda kesal pada sang

suami.

Usai sholat, Alvin beranjak keluar

rumah untuk duduk di bawah lampu

depan rumahnya, sembari membawa buku

pelajaran yang dipinjami dari sekolah.

Meski Alvin sangat pintar, tentu hal itu

akan berkurang jika tak terus di asah.

"Loh, gak makan dulu vin?" tanya

pak Rohman melihat Alvin yang sudah

berada di ambang pintu.

"Tadi Alvin sudah makan diluar

pak" jawab Alvin.

"Liat tuh, anakmu itu yang gak mau

makan di rumah, bukan aku yang gak ngijinin makan" sahut Ibu Tirinya.

Sementara pak Rohman enggan

menanggapi.

"Kalau gitu, besok jangan dikurangi

lagi jatah hariannya pak, Dina butuh saku

dan Rafi juga butuh jajan" keluh Bu Eleanor.

"Tapi dengan syarat Alvin boleh

sarapan dan beri dia uang saku!" jawab pak

Rohman.

"Yah kalau gitu, kurang dong uangnya

pak. Lagian Alvin juga sudah biasa gak

bawa saku, apalagi sekarang udah dikasih

sepeda sama haji Maliki, makin enak kan

ke sekolahnya" ujar ibu tirinya tak terima

dengan syarat yang diajukan pak Rohman.

"Kalau gitu, lebih baik jatah kamu

tetep seperti hari ini, separuh dari

biasanya!" ucap pak Rohman dengan nada

tegas, selama ini beliau terlalu

membiarkan apa yang dilakukan bu Eleanor,

tapi melihat tingkahnya yang semakin

keterlaluan, pak Rohman pun tak bisa tinggal diam.

"Ya sudah kalau gitu, mulai besok

Alvin bakal aku kasih saku! Tapi jatah

harian jangan dikurangi lagi!" Jawab Bu

Eleanor pada akhirnya.

Alvin yang kini sedang duduk di

depan rumah, tampak mengelus dadanya

sendiri, pertengkaran orang tuanya samar

terdengar dari luar, membuatnya merasa

tidak enak.

Namun ia tak ingin terlalu

memikirkannya, sebab ada banyak hal

yang perlu ia pikirkan saat ini. Terutama

lomba olimpiade yang sudah menantinya

bulan depan.

Alvin kembali memfokuskan diri, ia

larut dalam buku pelajaran yang berisi

teori dan rumus fisika, sebuah mata

pelajaran yang menjadi fokusnya kini.

Hingga suara sepeda motor berhenti

di depannya, tampak Dina turun dari

boncengan, sepeda motor yang dikendarai

oleh laki-laki yang tak di kenal Alvin. Ia

pun memicingkan mata mengamati laki-

laki tersebut.

"Ngapain liat liat, awas aja kalo sampe

ngadu sama bapak!" hardik Dina, gadis yang

baru duduk di bangku SMP itu tampak tak

menyukai tatapan Alvin.

"Hati hati kalo nyari temen, jam

berapa ini baru pulang" ucap Alvin.

"Bukan urusanmu lah!" jawab Dina

dengan malas kemudian segera berlalu

masuk ke dalam rumah.

Bu Eleanor pun tampak menyambut

kedatangan anak kesayangannya itu, tak

ada pertanyaan yang tak mengenakkan,

meski sudah jelas jika Dina baru pulang

keluyuran.

"Darimana saja Dina?" tanya pak

Rohman yang baru melihat keberadaan putrinya.

"Kerja kelompok ke rumah temen pak"

jawab Dina tentu saja berbohong.

Saat Dina menjawab berbarengan

dengan masuknya Alvin ke dalam

rumah, namun Alvin tampak seolah tak

peduli.

"Kerja kelompok kok sampe jam

segini" ucap pak Rohman.

"Ya namanya sekolah di SMP yang

bagus pak, pasti tugasnya makin banyak"

sahut Bu Eleanor membela.

"Iya pak, lagian Dina juga butuh laptop,

makanya kalau kerja kelompok gini, aku

sekalian pinjem laptop temen buat

ngerjain tugasnya" jawab Dina memelas.

Sementara pak Rohman hanya bisa

tampak menghela nafas.

"Ya sudah, cepet istirahat, lain kali

jangan pulang jam segini. Kamu itu anak

perempuan" pungkas pak Rohman.

Dina dan Bu Eleanor pun tampak lega, Pak Rohman sudah tak memperpanjang

memarahi Dina. Dina pun berlalu masuk ke

kamar sembari menatap sinis keberadaan

Alvin.

Bu Eleanor hendak menutup pintu,

namun beliau memicingkan mata, saat

melihat gerobak sampah yang berada di

depan rumahnya.

"Pak, bapak!!" teriak Bu Eleanor hendak

mengadu.

"Apa sih buk?" tanya pak Rohman

sambil berjalan keluar.

"Itu loh, di belakang pohon itu, kok

dari kemarin tak perhatian ada gerobak

sampah ya pak, usir dong yang punya itu,

bikin kotor aja" keluh Bu Eleanor.

"Lah itu kan punya Alvin buk" jawab

pak Rohman.

"Kenapa Alvin punya gerobak sampah pak?" Tanya bu Eleanor keheranan. Sejauh ini Ibu tirinya memang belum mengetahui mengenai pekerjaan baru

Alvin, selain karena kurang

memperhatikan, sebenarnya Bu Eleanor juga

tak peduli dengan apa yang Alvin

lakukan.

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Masak sih pemilik sekolah bisa di kadalin ma ora kepercayaan & kepsek harus di pecat donk.. Ttp semngt kak...
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!