"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERAH DILEHER, SEPERTI BEKAS CENGKERAMAN
Hingga petang datang, aku kasihan melihat mama yang sepertinya mengantuk. Akhirnya aku menyuruh mama untuk pulang saja.
"Mas, tolong antar mama pulang ya. Kasihan mama jika harus bermalam disini." ucapku kepada mas Saka yang sedang bermain dengan Kiara di ranjang.
"Mama tidak papa kok Rey, sudah mama disini saja." ucap mamaku.
Padahal aku tahu sekali jika mama bete dan ngantuk.
"Sudah! Mama pulang saja di antar mas Saka. Besok kan mama harus ke kantor." ucapku lagi.
"Iya ma. Mama pulang saja, Saka antar ya." ucap mas Saka.
Aku pun menganggukkan kepala kepada mama.
"Tidak papa kamu mama tinggal Rey?" ucap mamaku itu.
"Tidak papa ma. Sudah mama pulang saja. Istirahat di rumah." tukasku.
"Yasudah. Mama pulang kalau gitu, cucu oma cepat sembuh ya sayang." ucap mamaku sambil mencium kening Kiara.
"Rey kamu titip apa? Biar sekalian aku belikan!" ucap mas Saka.
"Tidak mas. Aku hanya pesan kamu cepat kembali." ucapku.
Pasalnya tidak mungkin aku menjaga Kiara sendirian di rumah sakit jika mas Saka tidak kembali lagi.
"Pasti dong.." ucap mas Saka.
Akhirnya mama dan mas Saka pun berlalu keluar. Aku menghembuskan nafas lega.
"Bobo nak, biar kamu cepat sembuh." ucapku kepada Kiara.
"Tapi besok pulang kan ma? Kiara tidak betah disini lama-lama. Oma dan papa sangat memaksa sekali, kenapa sih ma? Padahal kan Kiara sudah tidak apa-apa." ucap gadis kecilku itu.
"Nak, oma dan papa itu maksudnya baik, agar kamu bisa cepat sembuh. Makanya di rawat di sini.. Dan untuk pulang besok, kita lihat saja besok ya sayang." ucapku.
Kiara hanya mengangguk saja. Dan waktu terus berputar, aku mengerjap dari tidurku di samping Kiara yang juga terlelap. Aku lihat jam, lok mas Saka belum datang juga ya? Padahal sudah sedari habis isya tadi mas Saka pergi! Namun mengapa sudah pukul l0 mas Saka belum kembali juga?
Aku bangkit untuk mengambil minum, sebab tenggorokanku sangat kering sekali. Sambil meraih hp aku duduk kembali ke atas sofa.
Tut tut tut.
"Ya sayang,,,," ucap mas Saka di sebrang telfon.
Ya, aku menghubungi mas Saka. Dan beruntungnya panggilanku langsung di angkat.
"Mas kok kamu belum datang ke rumah sakit sih?" ucapku sedikit gelisah.
Sebab suara mas Saka sangat parau sekali. Seperti orang habis bangun tidur. Apakah ini hanya perasaanku saja? Karena aku juga baru saja mengerjap dari tidurku.
"Emm, sayang. Aku sudah di jalan. Tapi malah kejebak macet seperti ini, akhirnya mas sedang berhenti ini di warung untuk membeli kopi." ujarnya.
Aku terbengong! Hujan? Tetapi kok aku tidak mendengar suara hujan di sebrang telfon. Dengan hape yang masih di telinga, aku berjalan ke arah jendela rumah sakit dan menyibaknya. Dan benar saja. Apa yang mas Saka katakan. Jika di luar sedang hujan besar.
Kok aku bisa tidak tahu ya? Mungkin karena aku sedang berada di dalam gedung. Sehingga aku tidak mendengar suara hujan.
"Oh.. Yasudah.. Kalau sudah reda langsung jalan lagi ya mas.. Soalnya keburu malam. Nanti malah kamu tidak di izinkan masuk." ucapku lagi.
"lya sayang, ah iya. Aku akan segera kesana juga, hujan nya sudah reda." ucap mas Saka dengan suara parau dan tercekat-cekat, seperti kelolotan biji nangka.
"Emm mas. Boleh tidak panggilan beralih ke video call. Aku juga mau nitip sesuatu. Mana tahu ada yang berjualan apa gitu." ucapku yang meminta beralih ke video call.
Sejujurnya aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin memastikan saja jika mas Saka tidak bohong.
"Aduh sayang, jangan aneh-aneh deh. Tidak dengar banyak petir seperti itu, sudah dulu deh ya. Sebentar lagi aku sampai. Menunggu hujan reda dulu." ucap mas Saka dan langsung mematikan sambungan nya.
Aku hanya diam saja. Tidak salah jika suamiku tidak mau. Sebab hujan memang sangat deras. Aku tidak tahu terdapat petir atau tidak, sebab aku memang tidak mendengar nya.
Bayangkan saja kalian sedang berada di ruangan bioskop. Di luar terdapat hujan petir. Dan pasti kalian tidak akan tahu, nahh seperti itulah aku saat ini. Jadi aku tidak mau mencurigai mas Saka lagi.
Akhirnya kami pun memutuskan sambungan telfonnya. Aku menarik nafas dan menghembuskannya lagi. Aku menutupi Kiara dengan selimut yang aku bawa dari rumah. Hingga berselang 20 menit, mas Saka telah kembali, bajunya sedikit agak basah. Mungkin karena terkena air hujan.
"Maaf ya sayang, kamu menunggu lama ya?" ucapnya sambil mengusap-usap bajunya sendiri yang basah.
"Tidak papa mas. Aku tahu kok, di luar hujan. Meskipun kamu pakai mobil tetapi aku tahu, kamu belum begitu mahir kan untuk melewati derasnya hujan." ucapku sambil mengusap baju mas Saka yang basah.
"kamu basah gini mas. Di lepas dulu deh. Takut kamu masuk angin." ucapku sambil melepas satu persatu kancing baju mas Saka.
"Iya sayang. Badan mas juga sepertinya sedikit meriang ini." ucap mas Saka.
"Yasudah. Ini baju kamu lepas dulu dan itu pakai selimut. Kebetulan aku membawa dua selimut." ucapku sambil membantu melepaskan baju mas Saka.
Namun saat mas Saka menatap ke atas. Mataku menyipit kala melihat merah-merah di leher mas Saka. Aku tidak tahu itu bekas apa. Tetapi yang aku lihat merah seperti bekas remasan atau semacamnya. Namun aku tidak tahu pasti.
"Mas, ini kenapa kok ruam merah begini?" tanyaku sambil mengelus leher merah suamiku.
Mas Saka langsung menatapku dan juga langsung memegang lehernya yang merah.
"Ah, em, ini. Tidak tahu sayang. Memangnya merah ya?" ucap mas Saka dengan gugup.
"Iya, ini merah mas. Seperti bekas cengkraman. Tapi kamu kenapa sini. Masa sih kamu tidak terasa!" ucapku.
Mas Saka tetap menggeleng. "Benar sayang, aku tidak merasakan apa-apa." jawab mas Saka..
"Sakit tidak?" tanyaku lagi.
Mas Saka menggeleng. "Tidak sayang. Sudah di bilang aku tidak tahu. Ah ya, mungkin saja aku garuk-garuk tadi." ucap mas Saka.
Aku pun mengangguk dan langsung memberikan minyak telon ke arah leher mas Saka. Waktu bergulir begitu cepat, kini sudah dua hari Kiara di rawat, dan saat nya hari ini putriku di pulang, sebab keadaannya juga sudah membaik
Aku, mama dan mas Saka juga Kiara sedang menuju arah pulang. Padahal kata mama hari ini sedang ada meeting bersama klien yang akan memborong makanan frozen mama. Namun mama menyempatkan diri untuk menjemput Kiara. Begitupun dengan mas Saka.
Padahal suamiku itu sudah dua hari mengalami batuk. Tetapi dia terus bekerja dengan alasan tidak enak dengan mama. Ya aku biarkan saja. Asalkan suamiku masih baik-baik saja.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek