NovelToon NovelToon
SENORITA DEL AMOR

SENORITA DEL AMOR

Status: tamat
Genre:Misteri / CEO / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:31.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #1

•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••

Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.

Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 : Langit Baru

...•••Selamat Membaca•••...

Selesai makan, mereka lanjut ke taman dengan satu es krim di tangan masing-masing. Duduk di bangku sambil senderan, seperti biasa—Maula menaruh kedua kakinya di atas paha Rayden dengan santai.

“Kau masih suka membunuh orang?” tanya Rayden serius, Maula mengangguk sambil menyuap es itu ke mulutnya.

“Aku tidak bisa menahan diri ketika melihat orang lain terancam. Anggap saja aku membantu pekerjaan pemerintah dalam membasmi orang-orang jahat.” Rayden tak kuasa menahan tawa, jawaban yang keluar dari mulut Maula sungguh di luar ekspektasi.

“Kau selalu punya ide gila di otak kecilmu itu ya?” Maula hanya menampakkan deretan gigi putihnya.

Puas di luar, mereka kembali ke rumah dan Rayden menginap di rumah Leo pastinya. Malam yang hangat bersama keluarga itu kembali Rayden rasakan.

Thalia yang dulunya masih bayi, kini sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang tak kalah cantik dari Maula. Memiliki hidung yang mancung dan mata yang terang. Mereka semua menuruni mata Maureen sedangkan Marlo lebih dominan ke wajah Leo.

“Gimana dokumen kamu sayang?” tanya Maureen yang kini mengusap lembut kepala Maula di atas pahanya.

“Udah selesai Ma, dua hari lagi aku udah bisa berangkat ke Spanyol.”

“Kamu fokus sama pendidikan, jangan aneh-aneh ya di sana.”

“Iya Ma. Jangan khawatir.”

“Mama sama Papa nggak bisa nganterin kamu ke sana, paling sebulan lagi baru kami bisa ke sana.” Maureen merasa kasihan pada Maula karena hari pertamanya tidak bisa ditemani.

“Uncle Ray kan ada, selama ada dia, aku aman aja.” Rayden yang sedang asyik bermain tebak gambar dengan Thalia langsung mengalihkan pandangannya pada Maula dan Maureen.

“Saya akan menjaga dia dengan baik Nyonya, lagian rumah Maula tak jauh dengan rumah saya. Aman saja.” Maureen dan Leo tersenyum, memang tidak salah mereka mempercayakan Rayden sebagai penjaga anak itu.

Tiba harinya untuk berangkat ke Spanyol, Leo membekali putri sulungnya dengan materi yang cukup. Ia memastikan kalau Maula tak kekurangan uang sama sekali, Leo dan Maureen mengantar kepergian Maula dan Rayden ke bandara.

“Selalu kasih kabar ke kami ya, jangan lupa makan dan tidak boleh keluyuran dengan bebas. Ingat! Kamu anak perempuan.” Maula memberikan hormat pada Maureen yang begitu khawatir dengan dirinya.

“Oke Mama.”

“Sebulan lagi kami akan menyusul, jaga dirimu baik-baik.” Kini Leo yang memeluk putrinya.

Lambaian tangan mengiringi kepergian Maula dan Rayden. Mereka menaiki pesawat dengan hati yang bahagia, Maula sendiri tidak menyangka bahwa dia akan ditemani oleh Rayden selama kuliah di Madrid.

...***...

Pesawat Qatar Airways mendarat di Aeropuerto Adolfo Suárez Madrid–Barajas pada pukul 09.12 pagi waktu setempat. Setelah hampir lima belas jam perjalanan dari Jakarta dengan transit di Doha, Maula Chulpan Maximillian akhirnya menginjakkan kaki di tanah yang hanya ia kenal lewat peta dan film. Spanyol. Tepatnya, Madrid—kota tua penuh gairah, dengan riwayat panjang dan jalanan yang bersuara dalam diam.

Ia mengenakan coat panjang berwarna krem dan sepatu boots kulit cokelat tua. Aroma udara kering dan dingin langsung menyambutnya saat ia keluar dari bandara.

Di kejauhan, deretan pegunungan Sierra de Guadarrama tampak membiru seperti garis ilusi di ujung cakrawala. Sopir pribadi yang disewa Leo telah menunggu sejak pagi, berdiri di samping Mercedes hitam mengilap dengan kertas bertuliskan: Senorita Maula Chulpan Maximillian.

“Papa tidak bilang kalau dia menyuruh orang untuk menjemput aku ke bandara,” lirih Maula yang membuat Rayden ikutan bingung.

“Kamu yakin?” Maula mengangguk mantap. Rayden yang curiga, langsung menghampiri sopir tersebut.

Setelah beberapa menit berlalu, Maula menerima pesan di ponselnya dan dengan cepat ia lihat.

[Selamat datang di negaraku, Senorita]

Maula mengerutkan dahi, ia tidak mengetahui siapa pengirim pesan tersebut.

“Apa dia lagi? Tapi ini Spanyol. Oh come on Maula, abaikan saja, kau bukan gadis yang mudah untuk diteror begini.” Maula menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

Rayden kembali dan mengangguk, menandakan kalau sopir tersebut memang suruhan Leo.

“Papamu memang meminta dia, hanya sopir hari ini saja. Mengantarkan kamu ke rumah yang sudah disewa Tuan Leo selama kamu di sini.” Maula mengangguk lega, dia tidak memberitahu perihal pesan tadi pada Rayden karena baginya tidak penting.

Tujuan mereka bukan apartemen sempit di pusat kota, melainkan sebuah rumah sewaan mewah yang terletak di La Moraleja, distrik elite di wilayah Alcobendas, sekitar 17 kilometer utara pusat Madrid.

Dikenal sebagai kawasan paling prestisius dan aman di seluruh kota, La Moraleja dihuni oleh para ekspatriat kaya, diplomat, pengusaha, dan bahkan beberapa bintang sepak bola.

Rumah-rumah besar dengan pagar tinggi dan taman tersembunyi berderet di balik jalan-jalan yang tenang dan lebar.

Rumah itu berdiri di Calle de Azalea, tak jauh dari lapangan golf dan taman alami. Bangunannya bergaya kontemporer dengan sentuhan klasik Spanyol, dinding putih gading, jendela besar berpola lengkung, dan halaman belakang seluas hampir 800 meter persegi yang dilengkapi kolam renang dan paviliun kecil.

Dalamnya lebih memukau dengan lantai marmer Italia, langit-langit tinggi dengan lampu gantung dari Murano, dan perpustakaan pribadi yang dipenuhi buku-buku berbahasa Spanyol, Inggris, bahkan Latin.

Leo menyewakan rumah itu untuknya selama masa studi—bukan hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga perlindungan. Ia tahu, di tengah dunia baru yang asing dan penuh tekanan, anaknya butuh ruang yang aman untuk tumbuh.

Leo juga menempatkan beberapa anak buahnya untuk berjaga di kawasan tersebut. Secara, Maureen adalah ibu yang selalu cemas dengan semua anak-anaknya. Apalagi Leo yang begitu protektif dengan Maula.

Maula juga diberikan sebuah mobil pribadi yang mewah dan berkelas, cukup  baik untuk dia yang baru di negara tersebut.

Dari La Moraleja ke kampus Universidad Autónoma de Madrid (UAM), yang terletak di kawasan Cantoblanco, jaraknya hanya sekitar 10 kilometer.

Dengan mobil pribadi atau taksi, waktu tempuhnya sekitar 15–20 menit lewat Autovía M-607, jalan bebas hambatan yang menghubungkan Madrid dengan kota-kota di utara. Rutenya langsung, melewati hutan pinus dan lahan terbuka yang jadi pembeda nyata antara dunia sibuk kota dan wilayah akademik yang lebih tenang.

Maula memasuki rumah barunya, semua fasilitas dirinya begitu lengkap.

“Papa, Mama, I Love You. Kalian memang yang terbaik.” Maula sangat mengagumi rumah tersebut. Rayden membantunya untuk menyusun beberapa barang dan menatanya dengan rapi sehingga Maula nyaman.

“Rumahku tidak jauh dari sini, aku akan melihat keadaanmu setiap hari dan memberi laporan pada Tuan Leo.” Maula terkekeh.

“Kau tidak perlu segitunya padaku, kau juga memiliki kehidupan sendiri, uncle.” Rayden mendekat dan memegang dagu Maula.

“Bisakah kau memanggil namaku saja? Jika nanti teman-temanmu mendengar kau memanggil ‘uncle’, bisa ditertawakan aku,” protes Rayden yang disambut tawa hangat oleh Maula.

“Siap Ray. Apa itu terdengar sopan?”

“Sangat sopan dan... akrab.”

“Oke.”

Selesai berkemas, Rayden membawa Maula untuk membeli perlengkapan makanan ke supermarket. Sudah seperti seorang suami yang menuntun istrinya berbelanja, mereka membeli begitu banyak sehingga Maula tidak perlu belanja untuk dua minggu ke depan.

Malamnya, Rayden dan Maula memasak bersama, Rayden mengajarkan Maula mengolah beberapa bahan makanan.

“Aku pulang dulu, jaga dirimu dan jangan keluyuran malam-malam. Jika kau perlu sesuatu, hubungi saja aku.” Maula mengangguk, mereka berpisah untuk malam ini.

“Hati-hati di jalan Ray, temani aku tidur malam ini, oke.” Rayden menyusun kelima jarinya ke dahi lalu tersenyum pada Maula.

Dia menggunakan helm dan menaiki motor besar kesayangannya. Maula menutup pintu dari dunia luar malam ini dan siap menyambut hari esok.

...***...

Saat pertama kali memasuki kawasan kampus, Maula merasa seperti berada di universitas dalam film-film Eropa. Gedung-gedung kampus luas, didesain fungsional tapi tetap estetik, dikelilingi taman dan pepohonan. Fakultad de Medicina berdiri megah di sisi timur kompleks, dengan kaca tinggi yang memantulkan langit dan langit-langit aula anatomi yang menjulang seperti basilika modern.

Ia berdiri di pelataran, menatap tulisan Universidad Autónoma de Madrid. Dadanya sesak oleh rindu, kagum, dan tekad yang mulai menajam. Dunia barunya bukan lagi mimpi atau peta. Dunia itu sekarang ada di depan mata.

“Aku akan lulus dengan nilai terbaik di sini,” tekad Maula penuh keyakinan.

...•••Bersambung•••...

1
Radella
good
Syaqilla
awesome
Naxed2448
👍
Dewi Dejiya
awesome
Dinda Kirana
Awesome
Khadijah Jaelani
amazing
Iguana Scrub
luar biasa
adi_nata
motor itu kenapa tiba tiba ada ? sudah ada di rumah itu sebelumnya atau diantar seseorang ?
adi_nata: ya .. mungkin memang imajinasiku yang terbatas jadi terkadang agak bingung menangkap alur cerita. cuma bisa fokus pada satu titik keterangan.
🌺Shella BTS🌺: Oh ya beda pandangan ya, tapi kalo dri segi alur sih, mereka kan beberes di rumah dulu dan Rayden sempat bilang kalo rumahnya deket. Jadi ke supermarket ya pake kendaraan Rayden, deket lah bolak balik ke rumah dia 😁
total 6 replies
Khaira Delisya
ada lanjutannya gak Thor🥹🥹
Vebi Gusriyeni: Ada kakak, judulnya SENORITA PERDIDA
total 1 replies
adi_nata
lha dianya sendiri juga biadab.
Vebi Gusriyeni: Namanya juga psikopat
total 1 replies
adi_nata
seorang gadis belia bisa melalukan tindakan brutal semacam ini. luka seperti apa yang mendorongnya ?
adi_nata: oke siap author Vebi
Vebi Gusriyeni: Hehe aman, ntar baca aja dari awal biar gak bingung ya ☺ btw nanti kalo ada salah alur atau kekeliruan di tengah cerita bisa kasih respon dan saran, ntar aku perbaiki. Makasih udah kasih dukungannya ☺☺
total 4 replies
Yuyun Asrifani
Suka🥰
Bunda Rian Putra
terbaik
Ukhty Hawa
Baca dari season 1 sampai ke series ini benar2 menghayati, terbawa suasana hingga susah move on dari tokohnya 👍
Cherry Clode
good
Miami Zena
Awesome
Sader Krena
Amazing
Inay Inayah
keren
Flo Teris
awesome
Alya Nurhidayat
Best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!