NovelToon NovelToon
Cherish My Love!

Cherish My Love!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Teen Angst / Keluarga
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Writle

Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.

Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cuma Mimpi?

...🍒🍒🍒...

“Kenapa kalian baru datang? Cepat berbaris!"

Adalah kalimat pertama yang Ara dengar saat memasuki ruang perpustakaan. Ternyata sudah ada si ketua OSIS di dalam sana. Mereka jadi bertiga, Ara berdiri bersisian dengan si lelaki yang ia temui di depan pintu tadi.

“Iya kak Arya Lokatara,” jawab Ara.

“Sudah mau pulang kamu baru bisa mengucapkan nama saya dengan benar, lamban sekali,” kata Arya dengan ketusnya.

‘Ketua OSIS ini hobi sekali memancing emosi,’ gerutu Ara dalam hati.

Arya menunjuk tumpukkan kotak di sudut ruangan, “Kalian lihat kardus-kardus itu? Isinya buku pegangan kurikulum baru, tugas kalian adalah menyusun buku itu di rak dan memasukkan buku lamanya ke kardus tadi.”

Mereka berdua melihat kardus yang ditunjuk si ketua OSIS dan ada sekitar 10 kardus besar di sana, tangan Ara rasanya melemas melihat sebanyak apa buku yang harus ia tata.

“Kenapa bengong? Ayo kerja!” bentak Arya lagi.

Ara mulai melihat kardus mana yang sedikit lebih kecil, itu yang akan dia kerjakan terlebih dahulu.

*Tap!

Namun ternyata orang yang dihukum bersama Ara juga hendak mengambil kardus yang sama, tangan mereka tak sengaja bersentuhan.

Ara refleks menoleh, sialnya itu membuat wajah Ara berdekatan sekali dengan wajah orang itu. Salah tingkah, Ara segera mundur dan menarik kembali tangannya.

“Gue mau ngerjain yang ini, lu cari yang lain.” Kata laki-laki itu santai seolah tak terjadi apa-apa, tak menunjukkan ekspresi berarti di wajahnya, semakin meyakinkan Ara kalau laki-laki itu lupa padanya.

Ara mengambil kardus lain dan segera mengerjakan bagiannya.

30 menit berkutat menyusun buku dari kotak, mereka berdua berhasil menyelesaikan 6 kardus buku.

“Kerja kalian lumayan cepat,” komentar Arya saat melihat hampir setengah dari semua buku telah ditata di tempatnya.

“Saya tinggal mengambil tinta cap sebentar, jangan coba-coba kabur,” lanjutnya lagi, lalu kemudian pergi meninggalkan Ara dan si laki-laki.

Suasana yang sebelumnya diisi oleh suara Arya yang sedang membubuhkan cap pada dokumen, kini berganti hening yang tidak nyaman, hanya ada suara buku yg ditaruh ke rak sesekali.

Mereka berdua mengisi satu rak yang sama namun di sisi yang berseberangan. Ara sesekali mencuri pandang pada laki-laki di sisi seberang sana, tinggi laki-laki itu tidak menguntungkan bagi Ara, karena yang terlihat oleh Ara darinya di antara buku-buku dan rak adalah bibir si lelaki yang kemerahan, membuat Ara semakin tidak karuan.

“Siapa nama Lo?” Bibir yang tengah Ara perhatikan itu tiba-tiba tergerak bertanya.

“Kamu bicara sama aku?” Ara memastikan.

“Nggak, sama cicak.”

“Oh cicak,” jawab Ara acuh.

“Ya sama Lo lah gila.” Suara lelaki itu terdengar sebal

“Oh? Aku Shahara Konayuki.”

Hening kembali, tidak ada suara lagi dari keduanya. Saat Ara hendak mengambil kardus ke 8 nya ia kembali mendengar lelaki itu berbicara.

“Lo nggak mau nanya nama Gue gitu?”

“Oh kamu mau ditanya?” kata Ara jahil

“Udahlah lupain,” potong laki-laki itu jengkel, sambil mengangkat kardus ke 9 untuk dirapikan.

“Nama kamu siapa?” Tanya Ara akhirnya

“Nggak penting.” Ketus laki-laki itu

“Oh nama kamu nggak penting, yaudah aku panggil tingting aja.”

“Apaan lo kira gue Ayu tingting.”

Ara tertawa kecil mendengarnya

“Ya terus siapa namanya?”

“Irsyam.”

‘Nama yang bagus’ ucap Ara dalam hatinya

“Irsyam Andhanu Rifqi.”

“Oh salam kenal ya Syamsyi.”

Jawab Ara sambil muncul dibalik rak yang membatasi mereka dan menyodorkan tangan kanannya.

“Hmm, iyaa salam kenal juga Kayu.”

Balas irsyam menyambut uluran tangan itu sekejap lalu melepasnya.

“Kok Kayu?”

“Lagian nama Lo susah, Lo juga manggil Syamsyi, orang nama gue Irsyam.”

“Okay fair enough, you can call me whatever you want.”

“Hmm”.

Ara kembali ke sisi raknya, menata buku terakhir di bagiannya. Tersisa satu kardus lagi yang harus ditata kardus paling besar dan bagian rak Ara sudah penuh, ia harus menatanya di sisi bagian Irsyam.

Ara mengangkat kardus itu dan berjalan ke sisi rak satunya, namun sialnya ia tidak melihat sebuah anak tangga kecil, membuatnya terhuyung hendak menjatuhkan sekardus buku baru milik sekolah barunya itu, namun bukannya terjatuh Ara merasa tangannya yang menggenggam sisi kanan dan kiri kardus ikut digenggam tangan lain. Irsyam membantu Ara.

“Hati-hati” Katanya.

Irsyam mengambil alih kardus buku dari tangan Ara.

“Lo udah kerjain 5 box kan, ini bagian Gue,” katanya lagi.

“Okay thank’s” jawab Ara.

Ara memilih duduk lesehan tak jauh dari Irsyam yang tengah menyusun buku-buku itu di Rak, kepalanya ia sandarkan pada meja, rasa lelah yang mendera membuat Ara ingin sejenak memejamkan mata, pandangannya mulai memburam, sambil masih memperhatikan gerak gerik laki-laki itu.

...🍒🍒🍒...

(Ara’s_Point_Of_View)

Irsyam yang telah selesai menyusun buku di kardus terakhir, menghampiriku dan duduk di sampingku, ia memperhatikan wajahku lekat-lekat, tangannya terangkat hendak mengelus rambutku namun dia urung melakukan itu.

Alih-alih sekarang dia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahku, menyelipkan ke belakang telinga helaian yang mengganggu itu. Lalu ia kembali menarik tangannya.

“Ternyata benar itu kamu.” Katanya sambil terus menatapku.

“Masih bulet kayak cherry.” Katanya lagi tanpa mengubah posisi.

Tatapan matanya yang semula memperhatikan wajahku, kini mulai terpaku pada sesuatu, bibirku. Ia menatap tajam, tangannya tidak tinggal diam, tangan itu dengan takut-takut dan pelan mulai menyentuh belahan bibirku, nafasku tercekat, tapi tak ada yang bisa kuperbuat, seolah seluruh bagian tubuhku memberat.

Ibu jarinya semakin gencar mengelus-elus bibir bagian bawah milikku, sedangkan jemari sisanya ia taruh di pipi kiriku, dejavu, suasana ini sama seperti saat itu, tiga tahun yang lalu.

Dan benar saja, Irsyam mendekatkan kepalanya, ini sama tapi berbeda. Jika dulu Aku tidak tahu nama lelaki itu sekarang kami sudah berkenalan, jika dulu kami bertemu disaat hendak perpisahan sekarang kita bersua di awal permulaan. Aku ingin menolak, namun lagi-lagi tubuhku tak mau bergerak.

Wajah itu semakin mendekat sampai aku dapat mencium hembusan nafasnya, jika dulu baunya manis seperti cotton candy, sekarang baunya lebih maskulin seperti campuran mint dan dark chocolate.

Hidungnya kembali menyentuh ujung hidungku, pipiku kembali ditangkup, aku merasa seperti tengah dilingkupi kelembutan yang familiar.

*Cup!

Jika dulu kecupan itu tak berlangsung lama kali ini berbeda, lelaki itu memberiku kecupan kedua, ketiga, dan ia bahkan mulai menggerakkan bibirnya, mengecap bibir bawah dan atas milikku bergantian. Pening, kepalaku tidak karuan, rasanya melayang layang, kecupnya manis dan lembut ingin ku sambut, namun,

“Ditinggal sebentar, udah zina aja kalian.”

Aku terkejut dan refleks membuka mataku. Yang kulihat pertama kali adalah Irsyam yang tengah menghadap kepadaku sambil memejamkan mata di atas meja berbantalkan lengannya. Sepertinya ia tengah tidur juga.

...🍒🍒🍒...

(Author’s_Point_Of_View)

“Ngapain kalian?”

Ara menoleh ke sumber suara, melihat si ketua OSIS yang menatapnya tidak suka, dan wakilnya yang juga ada di sana menatap Ara dengan tatapan jahilnya.

“Saya tanya kalian ngapain?!” Kata Arya lagi meninggikan suaranya.

Ara menoleh ke Irsyam yang masih terlelap di sana.

“Maaf kak sepertinya kami ketiduran, kami sudah selesai dari tadi tapi tidak enak jika pulang duluan, jadi kami menunggu kakak.” Jawab Ara akhirnya.

“Tuh Yaya, mereka nungguin kamu, jangan galak-galak kenapa.” Ujar si Wakil sambil mengacak rambut si ketua OSIS, gemas.

“Diam Luan!” Jawab Arya sambil menepis tangan Luan dari kepalanya.

“Kalian boleh pulang, bangunkan temanmu, perpustakaan akan saya kunci sebentar lagi.” Perintah Arya.

Arya kembali ke tempat duduknya, kembali mengecek dokumen yang harus ia bubuhi cap ditemani Luan.

“Baik kak.”

Ara mengguncang pelan tubuh Irsyam, berusaha membangunkannya.

“Syam bangun!”

Tidak berhasil ia menepuk-nepuk pipi si lelaki kali ini

“Syamsyi bangun!”

“Emmh.” Terdengar geraman parau dari yang tengah dibangunkan

“Ayo pulang.” Kata Ara

Irsyam mengerjapkan matanya

Luan yang memperhatikan ikut terkekeh pelan.

“Ayo pulang.”

“Nggak mau.” Irsyam malah kembali menenggelamkan kepalanya di atas lutut yang dipeluknya.

“Tinggalin aja dek, biar kekunci di perpus.” Kata Luan tiba-tiba.

Mendengar suara Luan Irsyam sontak mengangkat kepala.

“Iyaa ayo pulang.” Katanya beranjak pergi meninggalkan Ara sendiri.

Ara sempat terheran tak mengerti, namun ia dengan bergegas mengikuti, tak lupa ia berpamitan pada kakak kelasnya sebelum pergi.

“Kak, kami permisi.” Katanya membungkuk sedikit

“Iya.” Respon Arya.

“Hati-hati pulangnya.” Kata Luan sambil melambaikan tangannya.

Ara menutup pintu lalu mengejar partner hukumannya.

“Tunggu!” Teriaknya saat lelaki itu hendak menaiki mobil yang sepertinya mobil jemputan milik keluarganya.

Terlihat Irsyam menyuruh sopirnya menunggu sebentar dan menghampiri Ara.

“Kenapa?” tanyanya

“Tadi di perpus-,”

“Di perpus kenapa?” pertanyaan Ara dipotong begitu saja.

“Oh? Nggak kok, nggak papa, cuma mau bilang makasih karena nggak kabur dari hukuman.”

“Hmm, sama-sama.”

Hening menyambut mereka, Ara menundukkan kepalanya.

“Udah kan? Gue mau pulang.”

“Iya udah, hati-hati pulangnya.”

“Hmm.”

Irsyam membalikkan tubuhnya hendak pergi, melirik sekilas ke arloji di pergelangan tangan kiri yang menunjukkan waktu pukul 17.30 sore hari, membuat dirinya berbalik kembali.

“Lo pulang?” tanyanya cepat.

Sontak Ara bingung “Hah?” respons Ara.

“Ck, lo mau pulang juga?!” Tanya Irsyam lagi lebih jelas kali ini.

“Ya, iyaa?” Jawab Ara masih bingung. Bukankah sudah jelas ia pasti pulang? Kenapa ditanya lagi?

Irsyam menatap Ara lama, seolah ingin mengucapkan sesuatu namun ragu, “Bareng?” Akhirnya satu kata itu terucap dari bibirnya dengan teramat pelan.

Ara yang tidak dapat mendengar ucapan Irsyam kembali bertanya, “Gimana?”

“Mau itu nggak?” Jawab Irsyam

“Apa?.” Ara masih tidak mengerti.

Irsyam kelihatan kesal “Ck! Lo mau bar-,”

“Yukikooo, my baby cherry, maaf ayah terlambat jemput kamu.” Tiba-tiba ayah Ara datang dengan sepeda motornya.

Ara melihat ke Irsyam lagi, menunggu lelaki itu melanjutkan ucapannya.

“Nggak jadi.” Namun Irsyam yang pergi begitu saja, sebelum Ayah Ara mendekati mereka berdua.

“Itu siapa?” tanya sang Ayah

“Teman." Jawab Ara

Ara naik ke motor ayahnya, sepanjang perjalanan sang Ayah bercerita tentang pekerjaan barunya, Ara cuma mendengarkan dan merespons seadanya.

Sesungguhnya Pikiran Ara masih tertinggal di perpustakaan. “Jadi, ciuman yang tadi cuma mimpi?” Gumam Ara pelan sambil menyentuh bibirnya sendiri.

...♡🍊🫐🍒♡...

1
Mr.sun
🫣
moodbooster🐝
menarik, penggunaan bahasa sangat bagus dan penulisan sangat rapih👍🤍
Writle 🐢: Terimakasihh. 🤍🐢
total 1 replies
Mada Rabka
ceritanya baguss, unik, menceritakan dua pasangan yang berbeda, mantapp 👍🏼semangatt tor 🐢♡
Qaidarra: salken kak
Writle 🐢: Terimakasihh. ♡🐢
total 2 replies
Mr.sun
masih lucu aja 😆
Writle 🐢: Tidak kepikiran jokes lain. 😌☝🏻
total 1 replies
Mr.sun
🤭
Mr.sun
Pepet terus jangan kasih kendorr
Mr.sun
nyaman bangett keliatannya
Mr.sun
semangattttt 🤍
Writle 🐢: Terimakasihh lagii. 💚🐢
total 1 replies
Abu sidiq
Sudut pandang utamanya sering berubah-ubah dan banyak penggunaan bahasa asing jadi sedikit membingungkan, tapi masih lumayan untuk dibaca saat gabut.
Mr.sun
hampir ke Isekai oleh truk Kun
Writle 🐢: Truck chan~
total 1 replies
Mr.sun
kewwreen
Mr.sun
semangattttt🫶🏼
Writle 🐢: Terimakasihh. 💚🐢
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!