NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Where I Belong

Malam itu, rumah yang ditempati Jae Hyun dan Riin terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu ruang tengah hanya menyala redup.

Jae Hyun melangkah masuk dengan langkah pelan, matanya langsung tertuju pada sosok istrinya yang tertidur di sofa. Napasnya tercekat sesaat ketika ia melihat sisa air mata yang mengering di pipi Riin. Hatinya mencelos, rasa bersalah menghantamnya dengan keras. Ia berjanji akan pulang cepat, tetapi malah membuat Riin menunggu dan menangis.

Jae Hyun berjongkok di hadapan istrinya, menatap wajah yang belakangan ini telah mengisi ruang kosong dalam hidupnya. Ia mengulurkan tangan, dengan gerakan hati-hati menyapu bekas air mata di pipi Riin. Tapi sentuhannya membuat Riin menggeliat dan membuka mata perlahan. Matanya yang sedikit sembab menatapnya dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan.

"Kau sudah pulang?" suara Riin terdengar lirih, serak saat berbicara.

Jae Hyun mengangguk pelan lalu kemudian tersenyum, berusaha menenangkan istrinya. "Aku berusaha menepati janjiku."

Tanpa menunggu lebih lama, Riin langsung bangkit dan melingkarkan lengannya di leher Jae Hyun, memeluknya erat seolah takut pria itu akan pergi lagi. Gerakan tiba-tiba itu membuat Jae Hyun sedikit terhuyung, tapi ia segera membalas pelukan itu. Tangannya yang besar mengusap punggung Riin dengan lembut, menyalurkan rasa bersalah dan perasaan yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.

"Kenapa kau tidur di sini?" tanyanya pelan, mencium aroma samar vanilla dari rambut Riin.

"Aku hanya ingin menunggumu," jawab Riin, masih tenggelam dalam pelukan Jae Hyun, "tapi aku justru ketiduran."

Jae Hyun menarik napas panjang, hatinya merasa semakin sesak. "Maaf karena sudah membuatmu menunggu. Dan maaf... sudah membuatmu menangis di hari yang penting ini."

Riin menggeleng kecil, akhirnya melepaskan pelukannya dan menatap suaminya dengan sorot mata yang masih menyimpan sisa kesedihan. "Yang terpenting kau sudah kembali."

Hening sesaat. Riin tampak ragu sebelum akhirnya bertanya dengan nada lebih hati-hati. "Dia tidak akan menemuimu lagi, kan?"

Jae Hyun tahu siapa yang dimaksud istrinya. Ia menghela napas, lalu mengusap rambut Riin lembut. "Entahlah. Tapi aku harap tidak. Aku masih harus menghubungi Jung Won besok agar dia menyelesaikan masalah mereka."

Riin mengangguk kecil, meski sorot matanya jelas terlihat tidak puas. Jae Hyun menyelipkan helaian rambut yang jatuh ke wajah istrinya ke belakang telinga. "Istirahatlah di kamar. Aku akan membereskan sisa makan malam kita tadi."

Namun, Riin menahan suaminya agar tidak beranjak dari sisinya. "Bereskan besok saja. Kau juga butuh istirahat. Lagipula...." Jae Hyun mengangkat alis saat melihat Riin bermain dengan kancing kemejanya. "Aku ingin tidur sambil memelukmu." lanjut Riin.

Tatapan Jae Hyun turun ke jemari Riin yang masih bermain di kemejanya, lalu kembali menatap wajah istrinya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum penuh makna. "Ny. Cho... jika kau bersikap seperti ini, kau tahu apa akibatnya, kan?"

Alih-alih menjawab, Riin justru mengalungkan lengannya di leher Jae Hyun. Ia mendekat, lalu mengecup bibir suaminya lembut. "Aku sangat mengerti, Tn. Cho. Karena itulah aku memulainya," bisiknya menggoda.

Jae Hyun terkekeh pelan, lalu tanpa ragu meraih tubuh Riin dan menggendongnya dalam posisi saling berhadapan. Riin terkejut sejenak, tapi tidak ada perlawanan dari wanita itu. Tangannya otomatis melingkar di leher Jae Hyun untuk menjaga keseimbangan.

Wajah mereka berhadapan, begitu dekat, seolah dunia di sekitar mereka menghilang. Tatapan mata mereka bertemu, menciptakan percikan hasrat yang tak terucapkan namun terasa begitu dalam.

"Jangan salahkan aku jika kau tidak akan tidur malam ini." Jae Hyun mencium Riin lembut, sekali lagi, sebelum akhirnya melangkah santai menuju kamar mereka. Membawa serta tubuh istrinya dalam dekapannya tanpa berniat melepaskan ciuman mereka yang semakin intens.

***

Di dalam kamar yang temaram dengan cahaya lampu tidur, Jae Hyun menurunkan Riin ke tempat tidur dan langsung memerangkap tubuh istrinya. Nafas mereka bertaut, suasana di antara mereka semakin panas.

Riin sendiri tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya malam ini, tetapi ada sesuatu yang seolah tengah mempengaruhinya—entah karena hasrat yang menggebu-gebu, atau rasa takut kehilangan atau mungkin keduanya.

"Ada apa denganmu?" tanya Jae Hyun dengan suara berat, serak dan tatapan penuh gairah. "Mungkinkah ini efek dari wine yang kau minum atau... karena kau cemburu?"

"Entahlah... mungkin keduanya," jawab Riin seraya memainkan jemarinya di rambut Jae Hyun yang kini mulai basah oleh peluh. "Kenapa? Kau tidak suka?"

Jae Hyun tersenyum kecil, "Sebaliknya, aku sangat menyukainya." jawabnya, lalu kembali meraup bibir istrinya, rakus.

Malam itu, mereka membiarkan hasrat mereka mengambil alih, seolah menebus waktu yang sempat terganggu oleh kehadiran Youn Jung sebelumnya. Bagi Jae Hyun, tidak ada yang lebih penting dari wanita yang kini berada dalam dekapannya. Riin adalah rumahnya, satu-satunya tempat di mana ia ingin pulang.

***

Jae Hyun bangun lebih dulu pagi itu, seperti biasanya. Cahaya matahari pagi menembus jendela besar kamar mereka, menyinari wajah istrinya yang masih terlelap di bawah selimut tebal. Riin tampak damai, nafasnya teratur, bibirnya sedikit mengerucut seolah sedang bermimpi.

Jae Hyun menghela napas pelan, menatap istrinya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ia merasa bersalah atas kejadian semalam karena membiarkan Riin menangis di hari yang seharusnya menjadi salah satu hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Tapi di sisi lain, ada rasa hangat yang menyelinap ke dalam hatinya setiap kali mengingat bagaimana Riin menunjukkan sisi manja dan ketergantungannya padanya.

Dengan hati-hati, ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut lebih tinggi untuk menutupi tubuh telanjang Riin agar tetap hangat. Jae Hyun mengenakan pakaiannya, lalu berjalan ke kamar mandi.

***

Di dapur, Jae Hyun dengan setelan kemeja formalnya tengah menyibukkan diri membuat kopi untuk Riin. Campuran antara espresso, steam milk, dan milk foam sesuai selera istrinya. Ia selalu mengingat detail kecil seperti ini, memastikan Riin mendapatkan apa yang ia sukai. Itu adalah caranya menunjukkan perhatian_bukan dengan kata-kata manis, tetapi dengan tindakan.

Namun, sebelum sempat menyelesaikan pekerjaannya, ia merasakan sesuatu yang hangat melingkari pinggangnya dari belakang.

"Kenapa tidak membangunkanku?" suara Riin terdengar serak, masih dipenuhi kantuk, tapi ada nada manja yang tidak biasa di dalamnya.

Jae Hyun terdiam sesaat sebelum meletakkan gelas kopi yang hampir selesai ia racik. Ia berbalik dan menatap wajah Riin yang sedikit bengkak akibat tidur terlalu lama. Bibirnya melengkung membentuk senyum kecil. "Aku tahu kau lelah, jadi aku membiarkanmu tidur lebih lama."

Riin mengerucutkan bibirnya. "Selain lelah, ada seseorang yang membuatku tidak bisa tidur."

Jae Hyun menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah itu terjadi karena kau menggodaku semalam?"

Pipi Riin langsung memanas. Ia menundukkan kepala, menghindari tatapan suaminya. "Jangan membahasnya, aku malu," gumamnya pelan.

Jae Hyun tertawa kecil melihat reaksi menggemaskan istrinya. "Kau benar-benar berbeda sejak semalam. Bahkan saat ini kau lebih manja dari biasanya. Tapi aku menyukainya," katanya sambil mengusap rambut Riin dengan lembut.

Riin mengangkat bahu, "Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa bereaksi seperti itu," ucap Riin lirih sebelum tiba-tiba wajahnya menegang. Ia merasakan rasa nyeri yang menusuk di perutnya, membuat tubuhnya sedikit meringkuk.

Jae Hyun menatap Riin dengan penuh kekhawatiran. Wajahnya memucat saat melihat istrinya yang tiba-tiba meringis kesakitan. "Ada apa? Kau baik-baik saja?"

"Perutku..." Riin meringis, tangannya menekan perutnya sedikit, berharap hal itu bisa mengurangi rasa sakitnya.

Tanpa ragu, Jae Hyun segera mengangkat tubuh Riin dan membawanya ke sofa di ruang tengah. Dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia mendudukkannya perlahan. "Apa perlu ke rumah sakit?" tanyanya dengan wajah cemas.

Riin menggelengkan kepalanya dengan pelan, mencoba memberikan senyum tipis untuk meyakinkan Jae Hyun bahwa ia memang baik-baik saja. "Tidak apa-apa," katanya lembut. "Mungkin ini hanya kram biasa sebelum datang bulan." Suaranya terdengar tenang meskipun wajahnya sedikit pucat.

Jae Hyun menarik napas panjang, berusaha meredakan kegelisahannya yang belum sepenuhnya sirna. "Apa ini hal yang normal?" ucapnya pelan, dengan sorot mata yang dipenuhi kecemasan.

Riin tersenyum tipis sambil menjawab dengan nada lembut, "Hanya sesekali, mungkin karena aku stres atau kelelahan."

Jae Hyun terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Kalau begitu, pagi ini sebaiknya kau tidak minum kopi. Kafein bisa memperburuk kondisimu. Biar aku buatkan cokelat hangat untukmu," ujarnya dengan nada lembut.

Tanpa menunggu persetujuan Riin, Jae Hyun beranjak ke dapur. Ia tahu Riin terkadang cukup keras kepala dan suka menyepelekan kesehatannya sendiri, jadi ia harus lebih tegas dalam hal ini. Tak lama kemudian, ia kembali dengan secangkir coklat hangat. "Ini, minumlah pelan-pelan. Apa kau butuh kompres hangat?"

Riin menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Tidak usah, sebentar lagi juga akan membaik. Lagipula kita harus segera berangkat ke kantor," katanya sambil meraih cangkirnya dengan tenang.

Jae Hyun menghela napas, lalu duduk di samping istrinya. Tanpa banyak bicara, ia meletakkan telapak tangannya di perut Riin, mengusapnya dengan gerakan melingkar yang lembut.

"Jae Hyun~a..." Riin memandang suaminya dengan kagum, seolah tak percaya. "Bagaimana bisa kau selalu tahu apa yang harus dilakukan?"

Jae Hyun tersenyum kecil sambil mengangkat bahunya, "Sederhana, aku hanya ingin kau merasa nyaman."

Namun hal itu tidak berlangsung lama, raut wajah Jae Hyun yang semula tenang berubah serius. Dengan kening berkerut, ia menatap Riin lekat-lekat, seolah mencari jawaban pasti. "Riin~a, apa kau merasa perutmu terasa berbeda akhir-akhir ini?"

"Berbeda seperti apa maksudmu?" tanya Riin bingung, lalu melirik suaminya dengan tatapan setengah curiga. "Jangan-jangan kau sedang mengejekku, ya? Apa sebenarnya kau mau bilang kalau berat badanku naik?"

Jae Hyun menarik napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan lembut. "Bukan itu yang kumaksud. Hanya saja... aku benar-benar merasa ada sesuatu yang berbeda."

Riin melirik perutnya sejenak, lalu mengangkat pandangannya ke arah Jae Hyun. "Menurutku semuanya biasa saja, tidak ada yang berubah."

Jae Hyun tidak segera menjawab. Ia hanya memandang istrinya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Setelah beberapa saat, ia berbicara dengan nada yang lebih lembut, "Kalau begitu, jangan menyepelekan hal ini. Aku bisa mengantarmu kalau kau ingin memeriksakannya ke dokter."

Riin memandangnya sejenak, lalu tersenyum tipis dengan nada bercanda. "Baiklah, Sajangnim."

Jae Hyun mencubit hidung Riin gemas sambil tersenyum kecil. "Jangan panggil aku seperti itu di rumah, Ny.Cho..."

Riin tertawa kecil, lalu berkata dengan nada menggoda, "Baiklah, suamiku yang selalu penuh perhatian."

Jae Hyun tersenyum kecil, lalu menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Ia mengecup puncak kepala Riin dan membiarkan kehangatan pagi itu menyelimuti mereka berdua.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!