Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : High Quality Jomblo
Keiko berlari menghampiri Kanaka yang sedang nongkrong di depan kelasnya.
Dia berjalan cepat menghampiri sang kakak tanpa mempedulikan tatapan penasaran dari penghuni kampus ini.
Sengaja? Iya memang Keiko sengaja membuat cemburu makhluk sejenis dirinya yang iri atas kedekatan mereka, mumpung orang-orang belum tahu kalau mereka bersaudara kan, jadi manfaatkan momen ini sebaik-baiknya.
Dengan posesif Keiko memeluk lengan sang kakak, melirik perempuan di dekat kakaknya yang tampak kikuk sambil memegang cup kopi di tangannya.
Dewinta menarik lengan Rere untuk mejauh dari hadapan Kanaka, merasa dirinya dan sahabatnya hanya seperti butiran debu di mata Kanaka dan teman-temannya.
"Siapa yang bisa nyaingin ceweknya Kanaka yang high quality itu ya Re, gitu aja masih pada berebut perhatian darinya," bisik Dewinta sambil menyesap rakus kopinya, haus? Ya Dewinta kehausan melihat penampakan Keiko yang wow itu.
Rere bergeming, membiarkan sahabatnya itu mengoceh sesuka hati, mungkin Dewinta sedang mengadu karena tak pernah sekalipun dilirik oleh Kanaka.
Rere sendiri memilih tak menaruh hatinya pada apapun atau siapapun yang berada jauh dari jangkauannya, bagi Rere sendiri prioritas utamanya adalah secepatnya lulus kuliah dan bekerja untuk membantu menopang perekonomian keluarganya yang rapuh sejak ayahnya meninggal dunia.
"Lo denger omongan gue nggak sih Re?!" tanya Dewinta ketus.
"Denger Dew, kuping gue nggak budek!" jawab Rere tak kalah ketus, capek sih mendengar Dewinta yang terus memuja-muja Kanaka seperti tak ada cowok lain selain cowok itu di muka dunia ini.
"Tapi mulai sekarang gue harus realistis Re, gue harus mengubur semua impian gue," ucap Dewinta membuat Rere mendengus frustasi, pasalnya janji itu hanyalah janji yang tak akan Dewinta tepati, karena Kanaka terlalu indah untuk dilupakan, hahahaha.
Sementara Kanaka yang melihat adek perempuannya menempel seperti itu, hanya menggusah nafas pasrah, pasalnya memang sebagai anak bungsu, Keiko terbiasa dimanja oleh semua orang.
"Ngapain nyamperin mas kesini?" tanya Kanaka lembut.
"Mas Naka masih ada kelas nggak?" Keiko balik bertanya.
"Ditanya malah balik tanya lagi," ketus Kanaka jengah.
"Kei.... Kamu jangan mesra-mesra sama Naka lho, dijambak sama penggemarnya dia nanti," celetuk Arlan sambil tersenyum manis.
"Kalo ada yang berani jambak aku, langsung aku coret merah dari daftar calonnya kakakku wek," balas Keiko santai.
"Kamu nggak pulang dek?" tanya Kanaka.
"Mau bareng mas Naka, Mimo tiba-tiba ada urusan sama kak Vio ngurusin pameran katanya," jawab Keiko.
"Ya udah yuk kita pulang, jangan kebanyakan bergaul sama mereka-mereka ini, takutnya kamu ketularan rusak," ucap Kanaka santai sambil membenahi bawaan Keiko dan menggandeng sang adik bersiap pergi dari sana.
"Kacrut lo Ka, gitu amat ngatain kitanya," celetuk Sensen kesal, pasalnya dia ingin pedekate sama Keiko, tapi Kanaka posesif habis sama adiknya itu, semua kudu di screening sama dia dan Kenzo dulu.
"Gue balik!" pamit Kanaka sambil menarik tangan Keiko pergi dari sana.
"Mass.... " panggil Keiko.
"Hmmm.... "
"Cewek tadi siapa?"
"Yang mana?"
"Yang tadi ngasih kopi ke mas tadi," jawab Keiko gemas sendiri.
"Nggak tahu, nggak peduli juga, banyak yang begituan jadi udah nggak kaget."
"Oh... " Keiko manggut-manggut mengerti bahwa kakak-kakak nya masuk ke high quality jomblo, banyak yang merebutkan tapi tak ada yang kecantol satu pun dengan mereka.
"Calista titip salam," ucap Keiko lagi saat sudah ada di boncengan sang kakak.
"Kasih ke mas Kenzo aja," sahut Kanaka sambil sedikit menolehkan kepala agar Keiko mendengar suaranya.
"Naksirnya sama kamu mas, bukan sama mas Kenzo!" dengus Keiko kesal.
"Aku belum minat pacaran dek, males aja harus direpotin sama cewek," tolak Kanaka lembut.
"TTM man dulu aja mas,"
"Huh nggak ah!"
***
Pagi ini Kanaka sudah rapi dengan baju lengan panjangnya dipadukan dengan celana bahan, siap menghadap Vetsa di Aurora Persada.
Meski enggan untuk segera masuk ke perusahaan tersebut, tapi mau tidak mau Kanaka harus masuk kesana, semua demi tugas magang dari kampusnya.
Sebenarnya selain di Aurora pun, Kanaka bisa magang di perusahaan Piponya, tapi Kanaka pikir lebih baik langsung terjun ke tempat dimana nanti dia berkarir.
"Sarapan dulu mas." Mimo terlihat sedang mondar-mandir ke dapur dan ke meja makan, sekedar untuk menata sarapan untuk keluarganya.
"Yang lain mana Mo?" tanya Kanaka sambil duduk dan mengambil piring untuk diisi nasi goreng.
"Pipo udah jalan pagi-pagi ama mas Kenzo, mau ke Bandung katanya," jawab Letta sambil menemani Kanaka sarapan.
"Kei?" tanya Kanaka karena adiknya yang berisik itu belum menampakkan batang hidungnya.
"Masih tidur, nggak ada kuliah pagi katanya," jawab Mimo.
Kanaka manggut-manggut sambil menyendok sarapannya.
"Emang kamu pacaran ama Calista mas?"
"Uhuk.... uhuk... " Kanaka mengambil air putih di depannya dan meneguknya dengan rakus.
"Mimo jangan dengerin Keiko!" sahut Kanaka setelah tenggorokannya tak terasa panas lagi.
"Mimo sih setuju lho kamu sama Calista, anaknya baik, dari keluarga baik, pinter pula," kata Letta santai.
"Mas Kenzo dulu lah Mo, aku belum tertarik sama yang begituan," sahut Kanaka dengan mendengus pelan karena perempuan modelan Calista itu bukan tipenya banget, cerewet, kecentilan, ash tidak minat banget pokoknya.
"Aku berangkat dulu ya Mo." Buru-buru Kanaka menyelesaikan sarapannya dan berniat berlalu dari depan Mimo nya.
"Salamin ke uncle Vetsa!" teriak Letta saat melihat anaknya cepat-cepat pergi kalau diajak membicarakan perempuan.
Kanaka menarik gasnya dan pergi menuju ke gedung Aurora corp yang menjulang tinggi, disana seperti kebanyakan tamu, Kanaka harus menukar ID cardnya dengan kartu akses untuk masuk ke area gedung tersebut.
Tanpa sengaja Kanaka melihat penampakan perempuan yang beberapa hari yang lalu menumpahkan kopi di tangannya.
"Ngapain dia disini?!" tanya Kanaka sambil mengeryitkan kening bingung.
Tapi pada dasarnya memang Kanaka bukan tipe cowok yang kepo dengan urusan orang lain, Kanaka memilih melangkah menuju lantai dimana ruangan uncle nya berada.
Baru masuk ke dalam lift, tapi suara berisik perempuan yang ada di dalam lift itu membuat Kanaka menebalkan kuping.
Agaknya perempuan-perempuan itu mengenali Kanaka sebagai salah satu pembalap yang cukup tersohor di kota ini.
Tak ingin ambil pusing dengan ghibahan tak bermanfaat cewek-cewek di belakangnya itu, Kanaka tetap cuek dan tak mempedulikan suara berisik yang menganggu pendengarannya.
"Namanya juga high quality jomblo, kita mah kayak butiran debu di matanya, nggak bakalan dilirik deh!"
Kanaka menatap horor ke belakang, mencari orang yang sembarangan melemparkan kalimat tak mengenakan tadi.
____________
Kira-kira siapa yang berani mengatain Kanaka seperti itu ya?
Seneng banget bisa berkarya lagi....
Makasih buat semua yang selalu support aku.
Muachh.... muach
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu