NovelToon NovelToon
Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:729.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: aisyah az

Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.

Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.

"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."

Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.

Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.

Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.

Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Tidak Bisa Bersamamu!

Happy reading....

Ivan mengernyitkan alisnya mendengar ucapan Naina. Dia tidak heran dengan isi pikiran gadis yang pernah mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan karena ucapan-ucapan tak terduganya.

"Pasangan yang menikah karena dijodohkan, awalnya tidak saling cinta, Kak. Tapi mereka bisa mempertahankan rumah tangganya karena cinta akan hadir seiring intensnya pertemuan. Jika hanya hambar, bisa kita bumbui lagi, kan, Kak. Kenapa harus dibatalkan pernikahannya?"

Cinta yang tumbuh seiring waktu bagi Ivan adalah hal yang tabu. Jika hal demikian benar adanya, tidak mungkin ada yang namanya perceraian. Ivan mengambil keputusan hari ini karena tidak mau menyesal dikemudian hari. Dia sudah memantapkan hati untuk berpisah dari Naina meskipun ia gadis yang sangat baik.

"Tidak, Naina. Aku tidak bisa bersamamu." Bahkan nama panggilan sayang Ivan pada Naina kini berganti dengan sebutan nama saja.

Naina mengeraskan tangisannya. Dia memang tak pernah jaim sama sekali di depan Ivan. Justru Ivan yang merasa malu di sini, semua mata pengunjung resto tertuju pada mereka.

"Naina. Hentikan tangisanmu, atau aku akan pulang!"

Ketegasan Ivan seolah rem yang menghentikan tangisan Naina seketika. Meski sebetulnya ia tak peduli pada pada pandangan orang lain. Sudah terlalu biasa bagi Naina atas cibiran orang-orang yang melihat mereka.

Perbedaan fisik yang begitu kentara antara Ivan yang tinggi menjulang dengan badan tegap dan wajah selicin porselen memang menjadi ujian tersendiri bagi Naina yang bertubuh pendek, gendut, juga banyak spot jerawat di wajahnya.

Tak jarang yang melihat mereka mengatakan jika Naina menggunakan pelet pada Ivan atau kata-kata lainnya yang lebih pedas. Dari sakit hati sampai insecure dengan dirinya sendiri sudah Naina lewati dan makin menjadikannya kebal.

"Apa Kaka sanggup hidup tanpa aku?" Naina kembali bertanya. Satu-satunya yang begitu ia junjung tinggi adalah kepercayaan dirinya. Dia tak peduli pada cibiran orang. Sungguh tak peduli.

"Percaya diri itu baik, tapi lebih baik jika tahu diri."

Beberapa rivalnya dulu pernah mengatakan hal itu. Nyatanya Naina pemenang atas hati Ivan yang berwajah malaikat. Baginya inner beauty lebih penting dari pada outer beauty. Tapi tidak untuk mata para netizen kan?

"Jika kita bertemu lagi suatu saat nanti, atau tak sengaja ketemu di jalan, tolong, pura-puralah tidak mengenalku," ucapan Ivan sebelum perpisahan mereka, terekam dengan baik di benak Naina.

Semenjak kepulangannya dari restoran, ia masih mengurung diri dalam kamar. Naina masih enggan berbagi pada ibunya juga pada kakaknya yang sedari tadi menggedor pintu kamarnya.

"Udah, biarin aja. Kalau lapar juga keluar sendiri," ucap bu Linda pada putri sulungnya. Sudah bukan rahasia jika Naina tak bisa berpisah dari makanan, apalagi menu rendang jengkol tadi pagi masih bersisa.

Mereka masih berpikir jika merajuknya Naina disebabkan perintah absurd kepala divisinya di kantor. Tanpa tahu yang sebenarnya terjadi lebih pelik dari celotehan Naina setiap pulang kerja.

Dengan santai ibu dan putri sulungnya melenggang ke ruang tv. Meninggalkan Naina yang masih memeluk dirinya sendiri di balik pintu kamar tanpa penerangan. Naina merasa masa depannya gelap seperti kamarnya saat ini.

Perlahan saklar lampu diraba oleh Naina, kamar yang gelap berubah menjadi terang. Ia juga masih berharap ada keajaiban yang datang menerangi hubungannya. Mata Naina kini tertumbuk pada kalender yang selalu membuatnya tersenyum di pagi hari.

Tring ....

Satu notifikasi pesan masuk pada gawai Naina. Ia segera membuka pesan dari Ivan. Tulisan yang sebelumnya terang berangsur buram karena air mata yang berdesakan di pelupuk mata.

["Na, untuk biaya sewa tenda dan katering yang kamu keluarkan sudah kutransfer, ya. Aku lebihin dikit sebagai ungkapan permintaan maafku."]

Pasan dari Ivan sama sekali tak meredakan kecewanya. Meskipun notifikasi yang datang setelahnya memberitahukan jumlah uang yang masuk dalam rekening Naina menjadi tiga kali lipat.

Semalam Naina tak bisa memejamkan mata. Ia memikirkan kalimat yang tepat untuk mengatakan pada ibu dan kakaknya. Kekecewaan keduanya pasti sama besar dengannya.

"Na, gimana. Salam ibu sudah di sampaikan sama nak, Ivan?"

Bu Linda menanyakan perihal salamnya pada Naina. Sebetulnya ia merasa heran anak gadisnya keluar dari kamar pagi buta begini, tak biasanya. Namun, ia bersyukur, tak perlu membuang energinya untuk berteriak membangunkan Naina dan menggedor pintu kamarnya.

"Sudah, Bu," jawab Naina berbohong untuk pertama kalinya. Kemarin ia tak sempat mengatakannya karena Ivan langsung membicarakan inti dari keinginannya. Bahkan tanpa memberi Naina alasan kenapa perasaan Ivan hambar terhadapnya.

"Apa, nak Ivan tidak akan mampir ke rumah sampai hari H?" Kembali bu Linda bertanya di sela aktifitasnya mengiris bawang.

"Kak Ivan, gak akan datang ke rumah ini lagi, Bu. Pada hari-H, juga."

Bu Linda menghentikan aktifitas mengiris bawangnya. Ia tatap lekat-lekat putrinya yang tengah menunduk sambil memutar-mutar gelas di tangannya. Mencoba menyelami maksud ucapan sang anak dari raut wajahnya yang muram.

"Maksudmu gimana, Na. Ibu tidak paham yang kamu katakan."

"Kak Ivan ingin membatalkan pernikahan kami, Bu."

"Maksud kamu apa, Na?!" Karina yang baru saja datang ke dapur begitu tetkejut. Wanita yang tengah hamil muda itu menggoncang bahu adiknya. Berharap sang adik hanya mengigau.

Namun, dengan diamnya sang adik dan pesan yang dikirimkan calon adik iparnya pada gawai Naina di tangannya membuat tubuhnya limbung seketika. Untung saja Naina sigap menangkap tubuh ramping sang kaka sebelum menyentuh lantai.

"Karina!'' jerit sang ibu membahana melihat putrinya tak sadarkan diri.

BERSAMBUNG....

1
Gunawan wan
Luar biasa
Gunawan wan
Lumayan
Ana N
Sarapan apa mkn malam thor
Ana N
Superrr sekali kak Author. Sy setuju sekali. 💪 semangat kak
Firman Firman
sekali jalng ya jalng Rere cinta krna harta nya Ivan😄🤭
Firman Firman
ha ha Ivan Ivan kmu lepasin permata hati demi batu kerikil jalann😄🤭
Firman Firman
cinta itu datang secara tiba tiba😄🤭tanpa permisi dan bicara
Firman Firman
ha ha siapa dia🤗
Firman Firman
oh may good 😱
Firman Firman
semoga saja kalian bisa bersama 💞👍
Firman Firman
lepas dari batu kerikil dapet berlian🤗
Firman Firman
terus semngat naina💪
Firman Firman
lnjut semngat naina
Firman Firman
lnjut,, 👍
Firman Firman
pak arga harus bisa memahami perasaan naina pak
Firman Firman
semngat naina 💪
Firman Firman
sabar naina prjlnnmu masih panjang jngn. kmu bersedih hanya gara gara laki bodoh macam Ivan itu😡
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
dasar kadal buntung 😄🤭
Firman Firman
trusss lannjuuuuuuut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!