Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
Davin masih menatap kepergian tuan Marwan bersama beberapa bodyguard nya.
"Bagaimana kamu bisa mengenal pria tadi, Davin?." Tanya Papa Alex setelah mobil tuan Marwan tak lagi terlihat oleh pandangan.
Seharusnya Davin yang bertanya, bagaimana ayahnya bisa mengenal sosok pria yang terkenal sebagai pimpinan perusahaan ternama di ibukota tersebut, mengingat ayahnya sama sekali tidak memiliki relasi di kota jakarta. Tetapi Davin memilih memendam pertanyaan tersebut di dalam hatinya, dan memilih menjawab pertanyaan sang ayah.
"Perusahaan tuan Marwan menjalin kerja sama dengan perusahaan SJ group, dan sudah beberapa kali Davin menjadi perwakilan perusahaan untuk meeting dengan beliau." Jawab Davin apa adanya.
Papah Alex mengangguk paham. Pria paruh baya tersebut berusaha bersikap seperti biasa, seolah perdebatan antara dirinya dan tuan Marwan yang mungkin sempat disaksikan oleh Davin tidak pernah terjadi.
Sebenarnya Davin masih ingin mengobrol dengan papah Alex, akan tetapi ia mendapat telepon dari Faras yang bertujuan mengingatkannya akan jadwal meeting mereka pagi ini. Ya, hasil desain Davin banyak dikagumi oleh orang-orang penting sehingga akhir-akhir ini Davin lebih sering menemani Faras untuk meeting guna menjelaskan lebih detail hasil dari desain gambar miliknya.
Di sepanjang perjalanan, Davin kepikiran tentang tuan Marwan. Mengapa pria itu bisa berada di rumahnya? Dan, Mengapa ayahnya sepertinya kurang suka pada pria itu? Begitu banyak pertanyaan yang ada di benak dan pikiran Davin saat ini. Saking fokusnya pada pemikirannya, Davin sampai tidak sadar telah mengambil jalur yang salah. Suara klakson dari kendaraan yang berlawanan arah dengannya menyadarkan Davin.
"Maaf...." Ujar Davin, walau kenyataannya tak akan kedengaran oleh pengendara tersebut, mengingat saat ini kaca mobil Davin tertutup dengan rapat.
Melihat jarum jam yang melingkar pada pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul delapan pagi, Davin lantas menambah kecepatan mobilnya. Secara naluri, pemikiran Davin teralihkan dengan sendirinya dari sosok pria bernama tuan Marwan, karena kini Davin lebih fokus mengemudi agar bisa segera tiba di perusahaan, mengingat lima belas menit lagi meeting akan segera dimulai.
Davin menghela napas lega setelah tiba di perusahaan sebelum meeting di mulai.
"Maaf tuan, tadi saya ada urusan mendadak." Tutur Davin dengan bahasa formal saat menemui Faras di ruangannya.
"Tidak masalah, lagipula kamu belum terlambat." Balas Faras seraya berdiri dari kursinya, hendak berlalu menuju ke meeting room. Davin setia berjalan di belakang langkah Faras. Kedua pria yang terlihat tampan dengan porsinya masing-masing tersebut mampu menghipnotis para pegawai Menyaksikan keberadaan mereka berjalan melintas di depan beberapa ruangan, termasuk ruangan divisi marketing, yang dimana salah satu penghuninya adalah Dila. Wajah tampan serta langkah lebar nan berwibawa, membuat Dila tak berkedip sedikitpun saat menatap ke arah suaminya.
"Jangan bilang, kamu mulai tertarik pada pak Davin, Dila?." Celetukan yang disertai senyuman jenaka Fandi berhasil mengalihkan perhatian Dila dari sosok tampan yang kini semakin menjauh dari pandangannya. "Ingat sama pak suami, Dila!." Imbuh Fandi kemudian melebarkan senyum dibibirnya.
"Saya hanya bercanda.... Serius amat sih." Fandi kembali menambahkan saat menyaksikan wajah Dila berubah tegang.
"Agh....bapak bisa aja bercandanya." Dila pun ikut melebarkan senyumnya, berusaha terlihat biasa saja agar tidak memancing kecurigaan dihati rekan kerjanya tersebut.
Dila menyudahi senyumnya saat menyadari kedatangan Rani. Ia kembali fokus pada layar komputer dihadapannya.
*
Satu jam kemudian, Faras dan Davin kembali dari ruang meeting. Seperti biasa, Faras tak langsung ke ruangannya, melainkan ikut bersama Davin ke ruang kerja sahabatnya itu.
Faras menempati kursi di depan meja kerja Davin.
"Jangan bilang kau sudah merealisasikan saranku kemarin, kawan?." Tebak Faras, menyadari aura yang berbeda dari wajah Davin.
Diamnya Davin semakin meyakinkan Faras akan dugaannya.
"Ternyata kau gercep juga, kawan...." Faras melipat kedua tangannya di depan dada sambil menahan senyum. Faras jadi geli sendiri melihat Davin malah sok sibuk dengan pekerjaannya saat ia mengajaknya berbicara.
"Oh iya, sore nanti ada schedule meeting bersama pimpinan Lexa group." Penyampaian Faras sekaligus mengalihkan topik pembicaraan diantara mereka. Rencananya malam ini Faras akan mengajak keluarga kecilnya menginap di rumah mertua sehingga ia tak bisa menghadiri meeting tersebut. Lagi pula Faras telah mempercayakan project ini pada Davin, dan sejak awal Davin lah yang selalu meeting bersama pimpinan Lexa group, yang tak lain adalah tuan Marwan.
"Aku akan pergi sendiri, tidak perlu meminta Nona Rani untuk pergi bersamaku!."
"Baiklah kalau itu keputusanmu." Jawab Faras. Sebagai pimpinan perusahaan bisa saja Faras memaksa, mengingat selama project ini berjalan Rani juga ambil andil di dalamnya, namun sebagai seorang sahabat tentunya Faras tidak ingin memperkeruh kondisi rumah tangga Davin yang mungkin saja belum sebaik perkiraannya. Bukan apa-apa, bisa jadi keberadaan Rani nantinya justru memancing kecemburuan Dila sebagai istri Davin, begitu pikir Faras, maka dari itu ia setuju dengan permintaan Davin.
Berbeda dengan Faras, Davin justru merasa tidak nyaman pergi bersama Rani setelah kejadian kemarin malam, bukannya berpikiran Dila akan cemburu pada gadis itu. Karena hingga detik ini Davin belum yakin jika Dila akan cemburu dengan keberadaan wanita lain di sekitarnya.
Tok...tok....tok...
"Masuk!."
"Permisi pak, saya di minta untuk mengantarkan berkas ini ke ruangan bapak." Tutur Dila yang kini telah berdiri di ambang pintu. Kedatangan Dila sekaligus mengakhiri obrolan antara Faras dan Davin.
"Letakan saja di situ!." Davin menuding bagian dari meja kerjanya dengan dagunya.
"Baik, pak." Dila lantas meletakkan berkas ditangannya ke atas meja kerja Davin. Setelahnya, Dila pun pamit kembali ke ruangannya.
*
Malam harinya.
Davin pamit pada Dila untuk meeting bersama client di sebuah restoran. Anehnya, Dila minta izin untuk ikut bersamanya. Davin sangat terkejut mendengar permintaan istrinya itu.
"Apa kamu benar-benar ingin ikut meeting bersama mas?." Tanya Davin memastikan pendengarannya.
Tanpa keraguan Dila menganggukkan kepala.
Meski bingung dengan sikap aneh istrinya itu, Davin tetap menyetujui permintaan Dila.
"Kalau begitu, aku siap-siap dulu ya mas." kata Dila sebelum berlari menaiki anak tangga menuju kamar untuk mengganti pakaiannya. Tak sampai dua puluh menit Dila telah kembali dari kamar dan penampilannya pun sudah terlihat rapi dengan pakaian semi formal yang kini melekat pada tubuhnya, serta riasan wajah yang semakin menunjang penampilannya. Cantik...satu kata itu terucap di dalam hati Davin saat melihat penampilan istrinya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Belum habis rasa terkejut Davin atas permintaannya, Kini Davin kembali di kejutkan dengan tindakan Dila melingkarkan tangannya pada lengan Davin.
"Ayo berangkat, mas!." Ajak Dila seraya menyematkan senyum manis dibibirnya.
"Ba_baiklah." Davin sedikit terbata.
Tanpa di sadari oleh Davin, Rupanya sejak siang tadi Dila sudah merencanakan semua itu. Ya, Siang tadi Dila di minta oleh atasannya untuk mengantarkan sebuah berkas ke ruang kerja Davin. Siapa sangka saat tiba di depan pintu ruang kerja Davin yang tidak tertutup dengan sempurna, Dila mendengar permintaan Davin pada Faras. Tanpa sadar Dila melebarkan senyum mendengar Faras menyetujui permintaan Davin yang tak mau ditemani oleh Rani saat meeting malam nanti.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt
kenapa harus tunggu konferensi pers dulu?? rasa nya untuk itu tidak di perlukan