"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAMA MENCIUM SESUATU, APAKAH CELANA DALAM?
Mereka berdua saling pandang. "Sepertinya jam 5 sore deh, nak Rey." jawab ibu Mira.
Aku mengingat ingat kembali saat pukul lima itu di rumah ada siapa.
"oh, jika waktu dua hari lalu yang sedang ada di rumah. hanya mama Rieta bu, hanya sendiri saja." ucapku yang mengingatnya.
Ya, pasalnya dua hari lalu mama tidak berangkat ke kantor. Karena aku meminta mama untuk membuatkan salad buah untuk Kiara.
"Rieta?" ucap ibu Mira sambil mengerutkan dahinya.
"Jika suami mbak? Mas Saka juga di rumah?" ucap Linda yang langsung mendapat gebisan dari ibu Mira.
"Huss, kamu itu." tegur ibu Mira. Linda langsung terdiam.
"Jika untuk mas Saka. Saat Maghrib, dia sudah ada di rumah sakit. Karena kebiasaan mas Saka setelah habis bekerja. Mas Saka langsung ke rumah sakit. Jadi di rumah ini tidak ada mas Saka bu." ucapku yang menjelaskan dengan jujur.
Karena yang aku tahu seperti itu. Linda dan ibu Mira saling tatap.
"Lalu suara itu dari mana asalnya ya Rey?" ucap ibu Mira.
Aku menggeleng tanda tidak tahu. Aku bingung saja. Sebab saat dulu Kiara juga mendengar suara desahan nafas, namun itu di jam tengah malam. Sedangkan ibu Mira dan Linda yang mendengarnya di jam lima Sore? Aku menjadi bingung sendiri. Entah suara dari mana itu, aku tidak tahu!
"Sudahlah bu, Linda. Tidak usah di pikirkan lagi, tepis saja semuanya. Barang kali saja itu suara yang sedang mengurung hewan ternaknya di belakang komplek sini, jadi ya suaranya seperti itu." ucapku.
"tapi masa iya mbak, suaranya, ahh, ahh, ahhh ssssttt, begitu? Jika memang itu suara orang ternak ayam atau bebek. Harusnya begini. Hus hus, hus, hus. Begitu mbak!" ucap Linda.
Aku hanya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal itu.
"Hemm tapi aku benar tidak tahu Lin." ucapku lagi.
Akhirnya dari pada semuanya menerka-nerka suara apa itu, aku pun mengajak ibu Mira dan Linda ke dapur. Aku akan memberikan bubur kacang hijau untuk mereka.
"Wangi sekali Rey!" ucap ibu Mira.
"Hehehe. Iseng bu, ini saja Kiara yang minta. Jika tidak ya, saya tidak bikin. Hehehe." ucapku sambil menyendok bubur.
"Ini untuk ibu, dan ini untuk kamu Lin. Semoga suka ya. Yah nanti saja di komennya. Hihihi." ucapku lagi.
"Malah jadi ngerepotin nih mbak." ucap Linda.
"Iya nak Rey, malah jadi repot-repot begini." ucap ibu Mira.
"Tidak papa bu, Lin. Hanya bubur saja kok." ucapku sambil mengambilkan untuk Kiara.
"Mbak tunggu sebentar deh. Boleh Linda melihat rekaman CCTV rumah ini?" ucap Linda tiba-tiba.
Aku langsung menatap wanita muda itu. Sedangkan ibu Mira langsung menyenggol lengan Linda. Aku sangat paham. Mungkin saja Linda masih sangat penasaran dengan suara itu. Dengan berat hati aku pun menggeleng.
"Tidak boleh ya mbak?" ucap Linda.
"Bukan tidak boleh Linda. Tetapi di rumah ini memang tidak ada CCTV nya. Lihat dong. Di setiap sudut kamu tidak menemukannya kan?" ucapku sambil membawa bubur ke depan.
"Tidak ada CCTV, kok bisa!" gumam Linda yang masih terdengar di telingaku.
Ibu Mira dan Linda pun mengikuti.
"Apa!! Jadi rumah besar ini tidak ada CCTV nya mbak?" ucap Linda.
Aku mengangguk. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Terlihat gurat wajah Linda yang keheranan dan kebingungan.
"emmm, Kalau begitu kami pamit pulang dulu ya Rey, terima kasih ini bubur kacang hijaunya. Nanti tempatnya akan saya kembalikan." ucap ibu Mira yang pamit untuk pulang.
Begitupun dengan Linda. Mereka pun akhirnya berlalu dengan membawa mangkok yang berisikan bubur kacang hijau. Aku masuk ke dalam kamar Kiara untuk menyuapinya bubur kacang hijau. Terdengar geseran pintu gerbang.
Aku menatap jam sudah pukul sembilan, entah dari mana saja mas Saka dan mama itu, kok bisa pulangnya sampai malam seperti ini.
"Ya Allah ma. Kok malam sekali pulangnya." ucapku.
Terlihat wajah pucat mas Saka.
"Jangan kamu banyak tanya dulu Rey, itu suami mu bawa masuk ke dalam kamarnya." ucap mama.
Aku pun langsung menuntun mas Saka yang terlihat sangat lemas.
"Besok kamu tidak usah bekerja mas. Batuk kamu ini lho, menyeramkan. Hi." ucapku sambil merebahkan mas Saka di atas ranjang.
Ternyata mama juga mengikuti aku masuk.
"Ini Rey, obat dari dokter. Tadi Saka baru saja periksa, makanya lama. Antri. " ucap mama memberikan paper bag berisikan obat dan juga ada resepnya jika obat itu habis.
"Jadi mas Saka sudah di periksa ma." ucapku.
"Iya. Makanya kamu jangan salah paham, antrinya panjang tadi." ucap mama.
"Iya ma, maaf. Bukan Maksud Reyna curiga. Reyna hanya khawatir saja." ucapku yang memang khawatir.
"Ya sudah. Mama mau mandi, badan mama rasanya lengket semua." ucap mama dan langsung melangkah keluar.
Aku menatap mama yang menjauh, lagi-lagi aku membuat hati mama tersinggung, padahal beliau sudah mau mengantar dan mengantri untuk mas Saka. Aku langsung menatap suamiku. Memegang dahinya yang terasa hangat.
"Mas kamu mau bubur kacang hijau tidak?" ucapku agar supaya perut suamiku itu hangat.
Namun mas Saka menggeleng.
"Aku mau wedang jahe saja Rey, tapi mama yang buatkan." ucap mas Saka.
Deg.
Aku tidak terkejut mendengar mas Saka yang meminta wedang jahe. Tetapi aku terkejut kala mendengar keinginan mas Saka, yang ingin di buatkan Wedang jahe oleh mama.
"Maksud aku. Mama jika membuat wedang jahe selalu pedas. Aku suka yang seperti itu Rey. Dulu kamu ingat kan. Alm papa juga pernah di buatkan oleh mama. Sama dengan mas. Jadi mas ingin mama saja yang membuatkannya. kamu tetap di sisi mas saja sini." ucap mas Saka dengan pelan.
Aku bernafas lega. Aku pun mengangguk
"Ya sebentar. Kalau mama mau ya mas.. Soalnya kan kamu tahu sendiri mama jarang pergi ke dapur." ucapku.
Mas Saka hanya mengangguk saja. Aku bergegas keluar menuju kamar mama. Tanpa mengetuk, aku langsung membuka kamar mama. Seketika mama terkejut, aku tidak tahu mama sedang apa. Yang aku lihat sekilas mama sedang mencium sesuatu, seperti kain begitu, tetapi aku tidak bisa melihat jelas itu apa. Apakah itu celana dalam? Ah aku tidak tahu.
"Maaf ma." ucapku dengan menunduk.
"Kebiasaan kamu Rey, kalau mau masuk ketuk dulu," ucapnya dengan kesal.
Aku juga salah. Padahal mama sudah berkali-kali bilang. Tetapi kali ini aku malah lupa.
"Maaf ma." ucapku dengan lirih.
"Ada apa?" singkat mama.
Aku mendongak menatap mama yang kini tangan mama ke belakang punggung. Mungkin saja sedang menyembunyikan Yang di ciumnya tadi, tetapi aku tidak tahu apa itu!
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek