Kisah kehidupan seorang Gus yang membawa obor kebenaran di medan gelap perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyebarkan Kebenaran
"Aku pamit pak Sambut",
"Terimakasih banyak atas kebaikannya",
"Kemana tujuan kamu berikutnya nak Gus?",
"Aku akan menemui saudara-saudara ku",
"Mendatangi tempat yang ramai",
Gus pergi meninggalkan pulau kadal raksasa dan rumah dengan jamuan yang ramah dari tuan rumah berserta keluarganya.
Setelah mengetahui dimana masa sekarang ia berada. Gus mulai menyusun rencana dan menetapkan tujuan.
Gus sudah melihat bagaimana keadaan masyarakat di perkampungan yang sebelumnya.
Dengan hati yang khusyuk Gus menyampaikan kebenaran.
Begitu juga di tempat-tempat berikutnya yang hendak Gus kunjungi.
Gus akan berdakwah dengan ilmu sesuai tugas yang diberikan oleh Pangeran dan pesan dari para guru.
Pulau yang dirindukan
Gus pulang ke tempat dimana ia terakhir kali meninggalkan pulau ini untuk berangkat.
Setelah berabad-abad Gus kembali.
Sudah banyak yang berubah.
Hanya Gus yang tinggal dari masa abad ke 18.
Namun hati dan jiwa masihlah sama.
Bangunan-bangunan yang sekarang berdiri kokoh. Mulanya adalah kerikil kecil yang ditanam dari awal masa peradaban.
Orang-orang penerus di masa yang sekarang adalah keturunan dari para nenek moyang.
Mereka bukan manusia yang sama. Tapi Gus pernah bertemu dengan orang-orang yang seperti mereka sebelumnya.
Gus terlebih dahulu pergi ke tempat dimana catatan sejarah diarsipkan.
Sebuah rumah yang dibangun untuk mengenang dan menyimpan peninggalan para leluhur.
"Apa yang kamu cari?",
Seorang petugas menghampiri Gus yang penampilannya sudah rapi sehabis bercukur.
"Aku mencari riwayat perjuangan dari awal masa peperangan",
"Dokumen yang kamu cari ada di ujung sana",
"Terimakasih",
"Tunggu sebentar anak muda",
"Apakah aku pernah melihat kamu sebelumnya?",
"Ini baru pertama kalinya aku singgah di kota ini",
"Mungkin bapak melihat seseorang yang mirip dengan ku",
"Darimana asal mu anak muda?",
"Aku datang dari sebuah pemukiman yang berada di pulau yang jauh",
Petugas itu merasa pernah bertemu dengan Gus sebelumnya.
Gus melanjutkan pencariannya.
Di rak kayu yang paling pojok.
Gus menemukan prasasti yang mengisahkan perjuangan zaman dahulu.
Sebuah peristiwa dimana Gus sendiri yang mengalaminya.
Gus ada di dalam sebuah cerita perang yang sedang dibacanya.
Pertempuran Pasukan Berkuda begitulah sejarah menulisnya.
Gus membaca setiap detail cerita.
Ia mencari tahu bagaimana akhir kisah pasukan Pangeran.
Dan dimana mereka sekarang berada.
Makam para petarung. Di bawah tanah yang sudah merdeka inilah mereka dikubur.
Karena sudah sangat lama terhitung abad. Gus tidak bisa menemukan tempat kawan-kawan seperjuangannya dikebumikan.
Hanya sebuah judul peperangan dengan keterangan yang tidak terlalu panjang.
Bahkan nama-nama tokohnya pun tidak ada yang dicantumkan.
"Kenapa kamu tertarik dengan kisah-kisah yang sudah sangat lama anak muda?",
Petugas itu kembali bertanya setelah Gus menyelesaikannya.
"Aku hanya ingin tahu",
"Membaca kisah-kisah para pahlawan yang sangat inspiratif membuat ku menjadi semakin bersemangat",
"Kamu benar sekali",
"Perjuangan belum sepenuhnya usai bahkan baru saja dimulai",
"Sekarang perjuangannya lebih berat karena bukan lagi melawan bangsa yang lain",
"Tapi membangun bangsa sendiri menjadi bangsa yang besar",
"Tantangannya adalah orang-orang yang tidak sejalan",
"Kalau boleh tahu apa yang kamu lakukan anak muda?",
"Apakah kamu seorang pelajar?",
"Aku bukan seorang pelajar",
"Kalau begitu kamu pasti seorang pekerja",
"Dimana tempat kamu bekerja anak muda?",
Petugas itu selain ramah juga banyak mau tahu tentang urusan orang lain.
Tapi Gus tidak keberatan menjawabnya. Dengan senang hati.
"Aku juga bukan seorang pekerja",
"Lalu apa yang kamu lakukan?",
"Nama aku Gus",
"Aku adalah seorang pendakwah agama islam",