NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Keesokan harinya — Pagi dikantin kantor.

Suara sendok beradu dengan cangkir jadi satu-satunya yang terdengar. Fino duduk di meja makan, pandangan kosong ke arah jendela besar yang menampilkan kota Jakarta.

Alendra berdiri di seberang meja, memegang tablet berisi berita.

“Jadi… mereka benar-benar mengumkan pernikahan kita?”

Udara di ruangan seolah berhenti bergerak.

Fino tidak langsung menjawab. Hanya menarik napas panjang, sebelum akhirnya berkata lirih, “Iya. Seperti yang kamu lihat.”

Alendra meletakkan tabletnya dengan keras ke meja.

“Ini nggak bisa dibiarkan, kita harus bicara sama mereka. bagaimana bisa mereka senaknya melakukan ini pada orang yang akan menjalani nya.”

Fino terdiam. Tak ada kata yang keluar, hanya tatapan bingung harus apa.

"Fino kamu dengar nggak? Kita nggak bisa tinggal diam."

Fino menatap Alendra, suaranya pelan.

"Bagaimana cara mengatakannya?"tanya Fino.

Alendra yang tadinya bersemangat tiba-tiba menyalinnya menciut.

"Mereka punya kuasa atas kita, Alendra. Jika tidak dituruti, pilihannya akan ada dua kamu atau aku yang terluka. Mereka yang kita sayangi atau kita yang terluka."

**

Beberapa hari kemudian — Disudut kecil di pusat Jakarta.

Anara menatap papan nama restoran bergaya klasik dengan senyum tipis. Seragam putih dan celemek hitam membalut tubuhnya sederhana, rambutnya diikat rapi ke belakang.

Hari pertamanya bekerja sebagai pelayan.

Tidak mewah, tidak besar. Tapi bagi Anara, ini langkah baru.

“Anara, tolong ambil pesanan di meja tujuh ya,” kata supervisor-nya.

Anara mengangguk dan melangkah cepat, mencatat pesanan pelanggan dengan sopan.

Setiap kali seseorang tersenyum padanya, dia juga membalasnya.

Setelah shift sore selesai, ia melepas celemeknya, berjalan keluar restoran itu.

Aara berjalan ditrotoar, sambil menikmati angin sore, matanya menatap ke langit yang mulai gelap itu.

“Anara?”

Suara itu memecah di udara.

Langkah Anara terhenti. Anara menoleh.

Dan di seberang jalan, berdiri Fino. Dengan jas hitam.

"Anara… tunggu!” seru Fino, mulai berlari menyeberang.

Anara langsung berbalik, langkahnya cepat, hampir berlari. “Jangan ikuti aku!” serunya dengan suara bergetar.

Tapi Fino tetap mengejar, “Anara! Tolong dengerin aku dulu! Aku cuma mau jelasin—”

“Pergi!” teriak Anara tiba-tiba, suaranya pecah.

Beberapa orang yang lewat mulai memperlambat langkahnya, menatap ke arah mereka.

Teriakan Anara semakin keras. “Jangan dekati aku!”

Fino berhenti, kaget.

“Aku cuma mau minta maaf…” bisiknya pelan.

"Aku udah maafin kamu, sekarang pergilah dan jauhi aku."

"Bagaimana bisa? Aku mencintai kamu Anara."

"Cinta itu bisa hilang dan diganti. Lagipula kamu kelihatan bahagia sama perempuan itu."

Fino menatapnya dengan pandangan kosong.

"Kamu percaya sama itu semua bahkan saat aku bilang aku mencintai kamu. Dihadapan kamu sendiri Anara?"

Anara menatap Fino, dengan gugup dan tubuh bergetar Anara berkata.

"Manusia bisa berubah Fino, kapanpun itu. Dan sekarang aku menyerah.".

Fino terdiam, menatap Anara. Perkataan itu tentu saja menyakiti nya.

"Kamu bercanda kan?" Fino mencoba untuk tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Anara justru menggeleng, air matanya entah mengapa mengalir begitu saja.

"Dari dulu kita emang nggak harus ketemu. Kamu dan aku jelas punya kehidupan berbeda-beda." Lirih Anara.

"Setelah semua perjuangan ini apa sekarang kamu benar-benar menyerah?" Fino berkata sekali lagi.

Anara mengangguk.

"Dan, aku mohon. Pergilah, jangan ganggu aku."

Anara berbalik, lalu berlari meninggalkan Fino yang masih terdiam ditempatnya.

Fino berbalik, dia kembali kerumah dengan perasaan kosong.

Alendra yang kebetulan datang untuk memberikan materi meeting, tak sengaja bertemu Fino. Alendra mendekati Fino dan berkata,

"Kamu kenapa?" Wajah muram itu, tentu saja terlihat jelas.

"Dia menyerah."

"Hah?"

"Dia bilang, dia menyerah." Kata Fino dengan wajah datar tanpa ekspresi dan terdengar sedih.

"Kamu bisa ngomong yang jelas, aku nggak ngerti Fino?"

Air mata yang Fino tahan akhirnya tumpah. Pria itu menangis sambil menundukkan kepalanya.

"Anara.. Anara, dia bilang menyerah, Alendra. aku harus bagaimana sekarang." Suaranya pecah. Fino benar-benar menangis saat ini.

Dan untuk pertama kalinya, Alendra juga melihat Fino menangis.

Alendra terdiam ditempatnya, dia tetap berada disana tampa melakukan apapun, membiarkan Fino menyelesaikan perasaan nya.

"Sudah lebih tenang?" Tanya Alendra saat tangis Fino sudah mulai mereda.

Fino mendongak tapi tak menjawab.

"Sekarang kamu boleh cerita. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Anara menyerah?"

"Aku menemuinya, aku ingin menjelaskan semua ini, tapi dia berlari saat aku mengejarnya, dia marah lalu berkata bahwa dia menyerah."

"Apa dia mengatakan nya sambil menatapmu?"

Fino mengeleng.

"Kalau begitu semua yang dikatakannya adalah kebohongan."

Fino serius menatap Alendra.

"Bagaimana kami tahu?"

"Karena aku wanita, aku paham betul perasaan itu, perasaan... hancur." Ucap Alendra pelan.

Fino lagi-lagi terdiam, bagaimana dia tidak bisa merasakan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!