Dalam Cengkeraman Iblis

Dalam Cengkeraman Iblis

Bab 1. Awal mula

"Meri." Mai memegang pundak adik nya yang duduk terdiam di bangku taman belakang rumah.

Semenjak kematian Mama nya satu bulan yang lalu, memang Meri jadi pendiam dan gampang sedih serta kadang kala emosi nya sangat lah tidak terjaga. gampang sekali tersinggung hanya dengan kata kata kecil saja, jadi semua keluarga tidak ada yang berani bicara macam macam.

Lebih baik tidak usah bicara dari pada nanti malah jadi masalah dengan Meri, padahal dulu nya Meri adalah gadis yang ramah dan juga periang sekali sikap nya. tidak pernah bicara kasar walau sekali pun, semua nya berubah memang setelah kematian sang Mama yang mendadak.

Jiwa nya menjadi pemurung serta tidak mau di ganggu oleh banyak orang, Mai juga kadang kala merasa heran dan takut bila ini semua terus berlanjut sampai kapan. ingin rasa nya memberi hiburan untuk Meri, tapi sekali bicara saja kadang bisa menyebabkan masalah besar yang tidak ada habis nya di rumah ini.

Ada saran untuk di bawa ke psikolog saja karena mereka semua yakin Meri mengalami ganguan jiwa setelah kepedihan di tinggal sang Mama, anak yang biasa di sayang sayang malah mendadak saja di tinggal begitu sehingga sudah pasti akan sangat tertekan batin nya, merasa tidak ada yang sayang lagi pada dia.

Belum lagi desas desus mengatakan kalau sebentar lagi anak anak dari Nyonya Ajeng pasti akan ribut soal pembagian harta, sebab Mama mereka kan memang orang yang sangat kaya, punya banyak harta yang pasti nanti akan jadi rebutan oleh anak anak, di tambah anak nya ada empat orang dan semua sudah menikah kecuali Meri saja.

"Kenapa duduk di luar sudah malam?" tanya Mai menatap adik nya.

"Lalu memang nya kenapa kalau malam?" Meri balik bertanya.

"Banyak angin, nanti kamu malah sakit." Mai berkata lembut.

"Bukan kah bagus bila aku mati bersama Mama? pembagian harta menjadi lebih sedikit orang nya!" seringai Meri membuat Mai merinding juga.

"Apa yang kau bicarakan ini, jangan termakan omongan orang soal harta." sergah Mai yang tidak punya pikiran begitu.

"Jangan munafik kau, Mai! kau paling ingin membuat aku mati." teriak Meri langsung mencekik leher Kakak nya.

"Meri!" Mai kaget sekali dengan tindakan sang adik yang beringas secara tiba tiba.

Cekikan tangan Meri sangat kencang sehingga Mai tidak bisa mau bernafas sedikit pun, bahkan mata nya saja sudah mulai putih karena Meri seolah memang berniat untuk membunuh sang Kakak. untung nya tak lama Devan datang dan menghalau Meri, apa bila sampai terlambat maka Mai sudah pasti akan celaka.

"Apa yang kau lakukan, Meri?!" bentak Devan sangat marah.

"Hahhh!" Meri juga tersentak kaget karena dia habis mencekik saudara nya.

"Mai bernafas perlahan, hei sadar lah." Devan mengguncang tubuh adik nya.

"Aaaahh, leher ku sakit sekali." Mai memegangi leher nya yang terasa ngilu bekas tangan nya Meri.

"Kakak! ak...aku, maafkan aku." Meri ketakutan setelah sadar sudah berbuat jahat.

Devan masih mau memarahi adik bungsu nya ini, namun cepat di tahan oleh Mai karena dia tidak mau ada keributan lagi. di tambah par saudara yang lain ada di ruang tamu, sebab mereka memang sedang kumpul dan apa bila kumpul maka Meri pasti akan bersikap begini.

Sejak acara tiga hari dan tujuh hari, Meri memang seolah punya sesuatu di dalam tubuh nya yang tidak mau apa bila kumpul dengan orang banyak. ini sudah kali kedua untuk Mai, masih terbayang di mata nya saat tadi wajah Meri sangat dekat dengan wajah nya.

"Masuk kamar mu, Meri." suruh Mai tidak ingin memperpanjang masalah.

"Aku sungguh tidak sengaja, maafkan aku." Meri tampak bingung juga.

"Ya tidak apa apa, masuk lah dalam kamar mu dan istirahat." suruh Mai yang memang selalu sabar sejak dulu.

"Sekali lagi maafkan aku." Meri segera masuk dalam kamar nya.

Devan menatap langkah Meri yang sudah hilang dari pandangan mata, sungguh dia tidak mengerti dengan sikap sang adik yang tiba tiba saja menjadi begitu. mungkin Mai bisa sabar menghadapi dia, tapi tidak dengan Devan karena menurut nya Meri sudah kelewat batas dan sering menyakiti saudara nya yang lain dalam waktu satu bulan ini.

"Jangan terlalu memanjakan dia!" geram Devan.

"Lalu Abang mau apa? mau aku memarahi dia habis habisan, apa Meri tidak akan semakin gila!" sengit Mai.

"Tapi mau sampai kapan dia akan begitu, Mai!" Devan sudah tidak sabar.

"Sabar lah, Bang. Meri baru delapan belas tahun, dia belum dewasa dan tidak bisa menerima kematian Mama yang sangat mendadak." ujar Mai lembut.

"Hahhh, lagi pula kenapa Mama memang mendadak saja meninggal nya." Devan mengusap wajah nya kasar.

"Kita yang dewasa saja sangat syok dengan kematian Mama, apa lagi Meri yang apa apa selalu saja dengan Mama." lirih Mai mengingat semua nya.

"Apa benar kata Tante Rindu ya kalau kita bawa saja ke psikolog?" Devan menatap adik nya.

Mai membuang nafas nya kasar karena itu nanti akan jadi debat lagi dengan Meri, entah kenapa hati Mai seolah berkata lain dengan sikap adik nya ini. kabar selentingan yang tidak sedap pun ada juga, namun tidak seberapa di tanggapi karena mereka tinggal di kota sehingga kurang percaya akan hal seperti itu.

"Kita bawa Meri ke ustad saja bagai mana?" tawar Mai.

"Gila kau! mulai percaya dengan omongan Om Burhan kalau Meri kerasukan arwah." sengit Devan yang jelas tidak percaya.

"Tapi tadi wajah Meri jelas sangat berbeda saat mencekik aku, Bang." ucap Mai.

"Buang pikiran mu yang tidak waras itu, aku tidak mau adik ku jadi bahan percobaan ustad!" tegas Devan langsung menolak nya.

"Lalu solusi mu apa?" tanya Mai yang sudah bingung juga.

Devan hanya diam saja karena dia pun tidak tau harus bagai mana dengan adik nya ini, bingung harus di buat apa karena Meri jauh sekali perubahan nya. namun walau pun begitu, dia tetap tidak percaya kalau Meri ada gangguan ghaib, sebab itu semua menurut dia hanya lah mitos saja.

"Bagai mana ini, jelas tadi aku merasakan kalau Meri seperti orang lain." batin Mai yang sudah mulai percaya arah sana.

Tapi tidak bisa juga mau ambil keputusan sendiri karena mereka kan keluarga besar sehingga kalau ada apa apa pasti harus rundingan dulu, mana mungkin kau ambil keputusan sendiri. nanti yang ada malah di salahkan apa bila ada kesalahan serius, tidak berani Mai mau ambil resiko itu.

Up di mulai malam hari ya, semoga kalian suka dan hasil nya juga bagus. salam hangat dari Novita Jungkook, terima kasih pembaca setia othor.

Terpopuler

Comments

moerni🍉🍉

moerni🍉🍉

nyimak sambil kedinginan...musim dingin menyapa lagi...

2025-08-28

4

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

heyyyy thorr, aku baru tau adaa novel baru di up yang ke 50🤣🤣gakda notif atau lupa kayanya, terus aku simpen di yang di sukai, sampe skrng lupa vaca🤣🤣ya ok halo aku mulai dari awal, wah kenyang ini baca 80 bab sehari🤭maafkeun thor

2025-09-20

1

🍒D͜͡ ๓KURNI CACAH🍒

🍒D͜͡ ๓KURNI CACAH🍒

Halah ya mentang mentang orang kota ngk percaya dengan hantu ...malah bilang ngk mau jadi percobaan ustadz wkwkwk

jgn takut Mai lebih baik bawa ke ustadz jgn bawa ke psikolog

2025-08-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal mula
2 Bab 2. Air mata darah
3 Bab 3. Tidak ada yang percaya
4 Bab 4. kopi panas
5 Bab 5. Kematian datang kembali
6 Bab 6. Mematahkan tangan
7 Bab 7. Keanehan sikap Meri
8 Bab 8. Mengajak Dewa
9 Bab 9. Siluman ular
10 Bab 10. Dukun muntah darah
11 Bab 11. Ada rahasia
12 Bab 12. Tembok berdarah
13 Bab 13. Mendatangi Ratu ular
14 Bab 14. pandangan Om Burhan
15 Bab 15. Penolakan ratu ular
16 Bab 16. Hampir celaka.
17 Bab 17. Arya turun tangan
18 Bab 18. Mencabuti Kuku
19 Bab 19. Kaki menggantung
20 Bab 20. Sisik ular
21 Bab 21. Iblis datang
22 Bab 22. Kamar mandi air hitam
23 Bab 23. Kedatangan Om burhan
24 Bab 24. Awal mula masalah
25 Bab 25. Mendatangi Quina
26 Bab 26. Ritual pemanggilan
27 Bab 27. Ejekan iblis
28 Bab 28.Susah mencari barang
29 Bab 29. Korban lagi
30 Bab 30. Maharani vs iblis jabrik
31 Bab 31. Pertolongan
32 Bab 32. Meri mengamuk lagi
33 Bab 33. Meminta tolong lagi
34 Bab 34. Xiela berangkat
35 Bab 35. Aura gelap
36 Bab 36. Ternyata Ratna
37 Bab 37. Panggilan Ibu
38 Bab 38. Arwah Devan
39 Bab 39. kacang tunggal
40 Bab 40. Meri masih sadar
41 Bab 41. Mendapat kan arak kuburan
42 Bab 42. hantu dalam toilet
43 Bab 43. Si kalem yang ganas
44 Bab 44. Meri mengamuk
45 Bab 45. Bik Inah menentang
46 Bab 46. Ritual berbahaya
47 Bab 47. Mengorbankan kan darah
48 Bab 48. Arwah Mama Ajeng
49 Bab 49. Siluman gagak atau bukan
50 Bab 50. Segel Zahra
51 Bab 51. kepala dalam gucci
52 Bab 52. Melarikan diri
53 Bab 53. Kematian lagi
54 Bab 54. Mau jadi teman
55 Bab 55. Ribut keluarga
56 Bab 56. Sadar akan sesuatu
57 Bab 57. Siksaan demi siksaan
58 Bab 58. Meri datang
59 Bab 59. Xiela tidak bisa tertipu
60 Bab 60. Flashback
61 Bab 61. Flashback part 2
62 Bab 62. Gabriel
63 Bab 63. Perselingkuhan ortu
64 Bab 64. Berbagai macam santet
65 Bab 65. Membakar tulang
66 Bab 66. Maya terbakar
67 Bab 67. Kedatangan Ibu
68 Bab 68. Gagak buangan
69 Bab 69. Kedatangan Meri
70 Bab 70. penyesalan Meri
71 Bab 71. Penguburan Celin
72 Bab 72. Mencari tulang Fiona.
73 Bab 73. Cerita Kai
74 Bab 74. Menolong Sadewa
75 Bab 75. Membantai para arwah
76 Bab 76. Kedatangan kafan hitam
77 Bab 77. Menghajar Nae
78 Bab 78. Duka keluarga besar
79 Bab 79. Bengis nya Arya
80 Bab 80. Menyiksa Inah
81 Bab 81. Kisah Fiona
82 Bab 82. Flashback of
83 Bab 83. Takut pada pengeran ular
84 Bab 84. Penawaran Arya
85 Bab 85. Susana haru
86 Bab 86. Meminta maaf pada Meri
87 Bab 87. Di bawa pulang
88 Bab 88. Iri hati pada teman
89 Bab 89. merajuk masal
90 Bab 90. Mengajar Sanjaya
91 Bab 91. Menghajar Inah
92 Bab 92. Xavier yang bloon
93 Bab 93. Tau masalah nya
94 Bab 94. Nilam menyiksa
95 Bab 95. Lamaran
96 Bab 96. Bicara dengan member baru
97 Bab 97. Di terima ular ungu
98 Bab 98. Belum bisa memaafkan
99 Bab 99. Di ejek Arka
100 Bab 100. Kejujuran Kana
101 Bab 101. Masih misteri
102 Bab 102. Sadis nya Nilam
103 Bab 103. Nilam menggila
104 Bab 104. Kana syok
105 Bab 105. Curahan hati Kai
106 Bab 106. Masuk got
107 Bab 107. ratu ular di jitak
108 Bab 108. Adik sepupu
109 Bab 109. Sudah berbaikan
110 Bab 110. Keresahan Cakra
111 Bab 111. Mensucikan diri
112 Bab 112. gombalan udin
113 Bab 113. Anita kesal
114 Bab 114. Perkara bulu
115 Bab 115. Selesai
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Awal mula
2
Bab 2. Air mata darah
3
Bab 3. Tidak ada yang percaya
4
Bab 4. kopi panas
5
Bab 5. Kematian datang kembali
6
Bab 6. Mematahkan tangan
7
Bab 7. Keanehan sikap Meri
8
Bab 8. Mengajak Dewa
9
Bab 9. Siluman ular
10
Bab 10. Dukun muntah darah
11
Bab 11. Ada rahasia
12
Bab 12. Tembok berdarah
13
Bab 13. Mendatangi Ratu ular
14
Bab 14. pandangan Om Burhan
15
Bab 15. Penolakan ratu ular
16
Bab 16. Hampir celaka.
17
Bab 17. Arya turun tangan
18
Bab 18. Mencabuti Kuku
19
Bab 19. Kaki menggantung
20
Bab 20. Sisik ular
21
Bab 21. Iblis datang
22
Bab 22. Kamar mandi air hitam
23
Bab 23. Kedatangan Om burhan
24
Bab 24. Awal mula masalah
25
Bab 25. Mendatangi Quina
26
Bab 26. Ritual pemanggilan
27
Bab 27. Ejekan iblis
28
Bab 28.Susah mencari barang
29
Bab 29. Korban lagi
30
Bab 30. Maharani vs iblis jabrik
31
Bab 31. Pertolongan
32
Bab 32. Meri mengamuk lagi
33
Bab 33. Meminta tolong lagi
34
Bab 34. Xiela berangkat
35
Bab 35. Aura gelap
36
Bab 36. Ternyata Ratna
37
Bab 37. Panggilan Ibu
38
Bab 38. Arwah Devan
39
Bab 39. kacang tunggal
40
Bab 40. Meri masih sadar
41
Bab 41. Mendapat kan arak kuburan
42
Bab 42. hantu dalam toilet
43
Bab 43. Si kalem yang ganas
44
Bab 44. Meri mengamuk
45
Bab 45. Bik Inah menentang
46
Bab 46. Ritual berbahaya
47
Bab 47. Mengorbankan kan darah
48
Bab 48. Arwah Mama Ajeng
49
Bab 49. Siluman gagak atau bukan
50
Bab 50. Segel Zahra
51
Bab 51. kepala dalam gucci
52
Bab 52. Melarikan diri
53
Bab 53. Kematian lagi
54
Bab 54. Mau jadi teman
55
Bab 55. Ribut keluarga
56
Bab 56. Sadar akan sesuatu
57
Bab 57. Siksaan demi siksaan
58
Bab 58. Meri datang
59
Bab 59. Xiela tidak bisa tertipu
60
Bab 60. Flashback
61
Bab 61. Flashback part 2
62
Bab 62. Gabriel
63
Bab 63. Perselingkuhan ortu
64
Bab 64. Berbagai macam santet
65
Bab 65. Membakar tulang
66
Bab 66. Maya terbakar
67
Bab 67. Kedatangan Ibu
68
Bab 68. Gagak buangan
69
Bab 69. Kedatangan Meri
70
Bab 70. penyesalan Meri
71
Bab 71. Penguburan Celin
72
Bab 72. Mencari tulang Fiona.
73
Bab 73. Cerita Kai
74
Bab 74. Menolong Sadewa
75
Bab 75. Membantai para arwah
76
Bab 76. Kedatangan kafan hitam
77
Bab 77. Menghajar Nae
78
Bab 78. Duka keluarga besar
79
Bab 79. Bengis nya Arya
80
Bab 80. Menyiksa Inah
81
Bab 81. Kisah Fiona
82
Bab 82. Flashback of
83
Bab 83. Takut pada pengeran ular
84
Bab 84. Penawaran Arya
85
Bab 85. Susana haru
86
Bab 86. Meminta maaf pada Meri
87
Bab 87. Di bawa pulang
88
Bab 88. Iri hati pada teman
89
Bab 89. merajuk masal
90
Bab 90. Mengajar Sanjaya
91
Bab 91. Menghajar Inah
92
Bab 92. Xavier yang bloon
93
Bab 93. Tau masalah nya
94
Bab 94. Nilam menyiksa
95
Bab 95. Lamaran
96
Bab 96. Bicara dengan member baru
97
Bab 97. Di terima ular ungu
98
Bab 98. Belum bisa memaafkan
99
Bab 99. Di ejek Arka
100
Bab 100. Kejujuran Kana
101
Bab 101. Masih misteri
102
Bab 102. Sadis nya Nilam
103
Bab 103. Nilam menggila
104
Bab 104. Kana syok
105
Bab 105. Curahan hati Kai
106
Bab 106. Masuk got
107
Bab 107. ratu ular di jitak
108
Bab 108. Adik sepupu
109
Bab 109. Sudah berbaikan
110
Bab 110. Keresahan Cakra
111
Bab 111. Mensucikan diri
112
Bab 112. gombalan udin
113
Bab 113. Anita kesal
114
Bab 114. Perkara bulu
115
Bab 115. Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!