Setelah di selingkuhi oleh sang suami, Jeselyn Angelina bersumpah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga mantan suaminya. Namun malam naas terjadi dimana ia di perkosa oleh mantan kakak iparnya yang sudah memiliki istri, membuatnya hamil di luar nikah.
Apakah Jesi mau menjadi orang ketiga di antara hubungan mantan kakak ipar dan istrinya?
Atau Jesi harus berjuang membesarkan anaknya sendiri? Ikuti dan dukung kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUAL & MUNTAH
Satu bulan sejak kejadian malam itu, Jesi lebih sering mengurung diri di dalam rumahnya. Yang semula ia ingin mencari pekerjaan di luar sana, kini ia bekerja dari rumah sebagai admin sebuah toko online. Gajinya lumayan untuk mencukupi kebutuhan hariannya. Selama satu bulan ini, tidak henti hentinya Andra menanyakan kabar tentang Jesi. Ia sering mengirim pesan hanya untuk bertanya tentang keadaan Jesi. Tak lupa ia juga selalu menanyakan tentang kehamilan Jesi, apakah Jesi sudah mendapat tamu bulanan atau belum. Jesi merasa risih dengan sikap Andra, namun ia tidak bisa mengacuhkan Andra begitu saja karena sikap hormatnya selama ini. Jesi merasa sudah menjadi selingkuhan mantan kakak iparnya.
Pagi ini Jesi baru bangun tidur, tiba tiba perutnya terasa mual. Ia membekap mulutnya sendiri dan segera berlari ke kamar mandi.
Huek.. Huek... Huek...
Jesi memuntahkan semua isi perutnya di wastafel kamar mandi. Rasanya benar benar mual tak tertahankan. Bahkan kepalanya pun sampai terasa nyeri. Bersamaan dengan itu, ponsel Jesi terus berdering. Tidak hanya satu kali, bahkan hingga lima sampai enam kali. Namun Jesi mengabaikannya karena ia sedang sibuk dengan dunianya sendiri.
Andra yang menelepon Jesi, merasa cemas di sebrang sana. Ia bahkan sampai tidak fokus pada pekerjaan di depannya.
" Jesi, kamu dimana dek? Kemana kamu tidak mengangkat telepon mas. Tidak biasanya kamu seperti ini. Apa kamu bosan dengan mas yang selalu mengganggumu setiap hari? Mas hanya khawatir sama kamu, siapa tahu saat ini kamu sudah hamil anak mas. Angkat donk dek!" Memang sungguh tidak wajar seorang laki laki mengkhawatirkan keadaan wanita lain selain istrinya. Namun sejak malam itu, Andra merasa terikat dengan Jesi.
" Ya sudah aku telepon ibunya Jesi saja."
Andra segera menelepon bu Laras, beruntung kemarin Andra meminta nomer bu Laras kepada Jesi.
Tut... Tut.. Tut..
Panggilan tersambung, tinggal menunggu bu Laras mengangkatnya.
" Halo, siapa ini?" Bu Laras mengangkat panggilannya.
" Halo ibu, aku Andra." Sahut Andra.
" Oh nak Andra, ada apa pagi pagi begini menelepon ibu? Tumben tumbenan lhoh."
" Mau tahu kabar ibu dan keluarga. Bagaimana kabar ibu dan bapak?" Tanya Andra basa basi. Tidak mungkin ia langsung menanyakan Jesi karena selama ini ia menghubungi Jesi secara diam diam.
" Alhamdulillah baik nak. Nak Andra sendiri dan mbak Raya gimana kabarnya?"
" Baik bu." Sahut Andra. Ia bingung bagaimana caranya menanyakan Jesi.
" Bu... "
" Sebentar nak Andra, sepertinya Jesi muntah muntah."
Mendengar kata muntah, entah mengapa hati Andra merasa senang bercampur khawatir. Inilah yang ia tunggu tunggu selama ini. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadanya.
" Kenapa Jesi muntah muntah bu?"
" Ibu nggak tahu nak, bentar ibu cek dulu." Bu Laras menuju kamar Jesi. Ia langsung masuk ke kamar Jesi menuju kamar mandi tanpa mematikan sambungan teleponnya.
Huek... Huek...
" Ya Tuhan, Jesiii.. Kamu kenapa nak?" Bu Laras nampak panik. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas lalu memijat tengkuk Jesi.
" Ibu, perutku rasanya mual sekali. Badanku lemas bu dari tadi muntah terus."
Tanpa Jesi sadari, keluhannya di dengar oleh Andra di sebrang sana. Andra tersenyum lebar mendengarnya. Ia yakin jika benih yang ia tanam telah tumbuh dengan subur. Itu artinya dirinya tidak mandul. Ia kembali fokus pada percakapan dua orang dia sebrang sana.
" Jesi, apa mungkin kamu hamil."
Deg..
Ucapan bu Laras seperti boom bagi Jesi.
" Ha.. Hamil bu?"
" Iya nak, coba kamu ingat ingat kapan terakhir kali kamu haid!" Ujar bu Laras.
Jesi pun mengingat ingatnya. Ya, tanggal dua puluh, dan sekarang tanggal dua puluh empat. Itu artinya Jesi terlambat empat hari. Seharusnya ia mendapatkan haid sebelum tanggal dua puluh karena biasanya siklus haidnya maju satu minggu.
Jesi mengusap perutnya sendiri. " Sepertinya begitu bu, aku telat satu minggu."
Ucapan Jesi membuat Andra semakin bahagia. Bahkan ia sampai berjoget joget karena saking senangnya.
" Ya Tuhan, terima kasih Engkau telah menunjukkan kebesaranMu kepadaku. Setelah lima tahun menanti dan menahan hinaan ini, akhirnya aku bisa mendapatkan keturunan." Ujar Andra dalam hati.
" Alhamdulillah kalau begitu nak. Tidak apa kamu hamil, kami pasti akan menerimanya." Ujar bu Laras.
" Tapi bu, aku hamil de... "
" Ibu tahu kamu hamil anak Angga, tidak apa. Walaupun kalian sudah berpisah, kau tetap harus menjaga anak itu."
Ingin sekali Andra berteriak memberitahu bu Laras jika anak itu miliknya.
" Ah I.. Iya bu. Ini anak mas Angga." Sahut Jesi. Biarlah ibunya berpikir kalau itu anak Angga, ia tidak mau membuat ibunya kecewa.
" Kalau begitu kita harus periksakan kandunganmu ke dokter. Nanti sore ibu antar ya ke klinik Bima." Ujar bu Laras.
" Iya bu terima kasih. Tolong jangan beritahu siapapun kalau aku hamil ya bu, terutama sama keluarganya mas Angga. Baik itu mas Angga sendiri ataupun kakaknya." Ujar Jesi.
" Ah kakaknya Angga, si Andra maksud kamu?" Bu Laras jadi ingat kalau ia sedang teleponan dengan Andra.
" Iya bu." Sahut Jesi.
" Ini ibu lagi teleponan sama dia."
Jeduarr....
Jesi terkejut bukan main ketika sang ibu menunjukkan layar ponsel yang masih menyala dengan sambungan telepon yang masih tersambung. Niat hati ia ingin menyembunyikan kehamilannya dari Andra dan ingin kabur darinya, namun rupanya Andra telah mendengar semuanya.
" Nak Andra kamu masih di situ kan?" Bu Laras menyalakan tombol loudspeaker.
" Iya bu aku masih di sini. Selamat atas kehamilan Jesi bu, semoga ibu dan bayinya selalu sehat." Andra langsung mengucapkan itu supaya Jenis tidak mengelak.
" Amiin terima kasih nak Andra, semoga kamu juga bisa secepatnya di beri momongan sama yang Maha Kuasa."
" Aku sudah mendapatkannya bu." Ujar Andra.
" Benarkah? Apa Raya juga sedang hamil?" Tanya bu Laras memastikan.
" Bukan dari Raya bu, tapi dari Jesi."
Bu Laras nampak kebingungan, ia menatap Jesi dengan tatapan menyelidik.
" Mas kamu ngomong apaan sih, ibu jadi bingung nih. Jangan bikin ibu salah paham dengan omongan kamu." Ujar Jesi.
" Maaf ya bu buat ibu bingung, anak Angga kan anak Andra juga bu. Itu sebabnya tadi aku ngomong begitu. Ya sudah bu aku tutup teleponnya ya. Salam buat pak Vandi." Ucap Andra.
" Iya nak nanti ibu sampaikan."
Bip...
Andra memutus teleponnya.
Bu Laras menatap Jesi. " Jantung ibu hampir copot mendengar candaannya tadi. Kamu mau sesuatu?" Tanya bu Laras.
" Tidak bu, aku mau tiduran saja." Sahut Jesi.
" Ya sudah ibu mau lanjut masak dulu ya, kamu istirahat saja. Nanti kalau udah matang, ibu panggil kamu. Ingat! Ibu hamil tidak boleh kecapekan." Tutur Bu Laras.
" Iya bu." Sahut Jesi.
Bu Laras meninggalkan kamar Jesi kembali kedapur.
Tak lama setelah itu, ponsel Jesi berdering tanda panggilan masuk. Siapa lagi kalau bukan telepon dari Andra. Jesi mengabaikan telepon itu namun Andra juga tidak putus asa, ia terus menelepon Jesi sampai Jesi frustasi sendiri. Akhirnya Jesi mengangkat teleponnya.
" Apa?" Ketus Jesi.
" Jangan ketus gitu donk dek. Mas cuma mau nagih janji adek." Ujar Andra.
" Janji yang mana mas?"
" Jangan pura pura lupa deh dek. Janji mau nikahi mas kalau kamu hamil." Sahut Andra mengingatkan.
" Belum tentu aku hamil mas, semuanya belum jelas." Ujar Jesi.
" Nanti periksa ke klinik nungguin mas ya, mas berangkat dari sini sebentar lagi. Mas usahakan sore udah sampai sana. Mas ingin melihat anak mas untuk yang pertama kalinya."
" Nggak usah mas, nanti ibu curiga. Kalau semuanya sudah jelas, aku bakal kabari mas." Ujar Jesi.
" Nggak mau, pokoknya mas mau lihat sendiri. Tunggu mas, awas aja kalau kamu berani pergi sendiri ninggalin mas. Mas bakal langsung kasih tahu ibu soal ayah kandung anak itu."
" Dih bisanya mengancam. Ya udah aku tunggu." Ucap Jesi pasrah.
" Nah gitu donk dek, setelah itu kita langsung bahas pernikahan kita ya." Ujar Andra tidak sabar ingin mempersunting Jesi.
" Aku belum mikirin ke sana mas. Fokus sama satu hal dulu."
" Ya udah mas mau berangkat sekarang, mas tutup teleponnya ya. Ingat! Tunggu mas!"
" Hmm." Gumam Jesi.
" Sayangnya papa jangan nakal ya, tunggu papa datang."
Andra langsung menutup teleponnya. Jesi masih melongo mendengar kalimat terakhir Andra.
" Kenapa mas Andra jadi berubah begini? Sepertinya dia sangat bahagia dengan kehamilan ku ini. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tolong berikan jalan agar aku tidak menyakiti mbak Raya." Monolog Jesi.
Di sana, setelah menutup telepon, Andra beranjak dari kursinya.
" Aku harus cepat sampai sana." Gumam Andra.
" Mau kemana mas buru buru gitu?"
Deg...
TBC.....
💪💪❤️❤️
*munafik
saat novel suami selingkuh kau laknat habis habis tapi saat novel istri selingkuh kau bela dan kau benarkan
ini lah dari dulu aku bilang semua orang bisa berkarya saat wanita baik2 berkarya mereka akan buat novel suami atau istri selingkuh dan mereka akan melaknat perselingkuhan itu
saat wanita murahan tukang selingkuh buat novel mereka akan membuat novel perselingkuhan dan mereka akan membela perselingkuhan itu
dan saat wanita munafik dan murahan tukang selingkuh buat novel, saat mereka buat novel suami selingkuh dia akan laknat tapi saat mereka buat novel istri selingkuh dia akan bela dan benarkan dan jelas cerminan diri nya sendiri
jadi jelaskan author dari novel mu kau termasuk yang mana
aku bukan jijik baca novel mu tapi aku jijik dengan pola pikir munafik mu dalam membuat novel