Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pohon omon berbicara
Seraphina menunduk, ia melongo menatap pohonnya yang sekarang balik menatap kearahnya dengan ekspresi datar. Matanya berulangkali mengedip memastikan ia tak salah lihat.
"Kau berbicara?" Tanya Seraphina, matanya membeliak tak percaya.
"Ya! Seperti yang kau lihat." Ucap omon dengan santai.
Dia antara gagang seperti sendok garpu dan tiga tusukkan, ada bayang wajah yang muncul disana.
"Ingatlah untuk bernafas!" Ucap omon santai, balik menatap seraphina.
Seraphina langsung menghirup nafas dengan rakus. Ia tiba-tiba lupa bagaimana caranya bernafas. Matanya melotot, ia menyeringai tak percaya.
"Bagaimana bisa?" Tanyanya heran sekaligus antusias
"Aku tak menyukai menceritakan bagaimana proses tentang aku hidup kembali." Ucap omon.
"Kau hidup kembali? Tadi kau mati?" Seraphina mendekat kepada omon, duduk jongkok mengamati. Tangannya menyentuh lantai.
"Tentu saja aku hidup. tapi tidak sehidup sekarang ini." Ucap omon.
"Kau ini apa?" Tanya seraphina, wajahnya mendekat berusaha melihat dengan detail wajah omon.
"Memangnya aku terlihat seperti apa?" Omon memutarkan bola matanya.
"Kau ... emm?" Seraphina menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Tentu saja aku pohon elemen. Kau seharusnya lebih banyak mencari tahu tentang aku."
Seraphina diam. Kepalanya berusaha memproses kejadian aneh ini.
Ekspresi omon dari yang datar berubah dengan cepat menjadi ekspresi senang. "Selamat untuk mu nak! Sekarang kau mempunyai salah satu senjata paling hebat sepanjang masa!"
"Senjata? mana?" Tanya Seraphina.
"Aku lah senjatanya." Mata omon memejam, bibirnya tersenyum kepalanya mendongak.
"Jadi ... Kau ini senjata atau pohon?" Tanya seraphina bingung.
"Aku senjata sekaligus pohon. Aku pohon yang bisa menjadi senjata."
Seraphina menghela nafasnya dengan gemas, "Ini konyol ... aku sedang berbicara dengan pohon yang mengaku bisa menjadi senjata?" Ia berdiri memegang kepalanya bingung. "Apa aku sedang dalam ilusi?"
"Tentu saja tidak." Pohon omon meloncat menghampiri Seraphina.
"Ya ampun kau bisa bergerak? Kau sebenarnya makhluk apa?" Tanya seraphina heboh.
"Aku pohon elemen nak!" Ucapnya lagi. Antena bulat berwarna merah seperti tomat bergetar mengedut.
Seraphina menatap heran, "kau mengatakan dirimu pohon tapi kau bergerak dan berbicara seperti makhluk ... apa aku sedang di tengah-tengah mimpi?"
Bola mata omon berputar, melihat ketidak percayaan Seraphina.
"Hiii ... sekarang kau memutar bola matamu?" Tanya seraphina tak percaya. "Kau keren sekali!" Seringai seraphina. "Bagaimana kau bisa hidup?"
"Dengan proses yang panjang, aku kan pelan-pelan akan menceritakan kepadamu nak tapi tidak sekarang."
"Kau dari tadi mengatakan nak kepadaku seolah aku adalah anak mu saja." Telunjuk Seraphina mencoba menyentuh wajah pohon omon.
"Aww, hentikan itu! itu sangat tidak nyaman!" Omon bergerak menghindari seraphina. Wajah omon tidak benar-benar wajah yang muncul begitu saja. Wajahnya berupa seperti lukisan yang di gores dengan detail.
"Aku memanggilmu nak karena aku lebih tua darimu!" Kata omon
Seraphina menangkup pipinya. "Memang berapa umur mu?"
"Umur ku ratusan tahun. lahir di wilayah kuno. lalu mengembara untuk memilih orang yang menjadi pelayanku!" Matanya memejam lalu mata kirinya terbuka mengintip reaksi seraphina.
"Pelayanmu?" Tanya seraphina heran, ia mengganti posisi dari jongkok ke duduk menyilang kaki.
Omon meloncat-loncat semangat "ya! Selamat nak, kau terpilih menjadi pelayanku!"
"Pelayanmu? Aku tak mau menjadi pelayan mu." Seraphina cemberut menatap tak suka. "Siapa yang memilih ku untuk menjadi pelayan mu?"
"CK ... CK ... " Omon menggelengkan kepalanya. " Tak seharusnya kau bereaksi seperti itu nak! Kau harusnya bangga menjadi pelayanku nak!kau lah yang memilih menjadi pelayanku nak! Dan akulah yang menerima dirimu" ucap omon sambil meloncat-loncat seiring dia berbicara.
"Aku? Aku tak pernah meminta menjadi pelayan mu! Memangnya apa yang bisa di banggakan darimu?" Seraphina cemberut.
"Banyak—"
Tok. Tok. Tok. Omon berhenti berbicara, dia yang tadinya meloncat langsung diam mematung saat pintu kamarnya di ketuk.
"Masuklah!" Teriak Seraphina.
Pintu terbuka, menampakkan ken yang berjalan masuk ke kamarnya.
"Ken!" Seru Seraphina antusias. "Lihat! Omon berbicara." Tangan Seraphina menuding pohonnya.
Ken melangkah menghampiri Seraphina dengan bingung. "Siapa omon?" Tanyanya duduk di samping Seraphina.
"Ini omon, tadi berbicara denganku." Tuding lagi ke pohonnya.
Ken memperhatikan pohon yang ditunjukkan seraphina, Ken tak melihat pohon berbicara yang ada ia melihat pohon jelek yang bisa saja.
"Mana ada tanaman yang bisa berbicara? Dan kau menamakan pohon mu?" Ken menatap aneh kepada Seraphina.
Seraphina mengangguk. Ia memperhatikan pohon nya yang sekarang tak ada bedanya dengan kemarin. Bayangan wajah di pohon itu lenyap, sekarang tak bergerak sedikitpun. Ia melihat dengan bingung
"Sumpah ... tadi dia berbicara! Omon! Lihat, ini ken adikku, buktikan kepadanya, kalau kau bisa bicara!" Seraphina memegang wajah omon berharap omon berbicara karena tak suka sekitar wajahnya di sentuh. Tapi nihil, tak ada reaksi apapun. Dia mendesah dengan kesal.
Ken menggelengkan kepalanya melihat tingkah seraphina. "Kak! Kau sudah tahu akan memberi apa untuk kado ulang tahu ibu dan ayah?" Tanya Ken.
"Aku sudah mempunyai ide tapi, tapi aku masih belum membuatnya. Kau sudah?"
Dagu ken mendongak, "tentu saja sudah!" Ucapnya dengan nada sombong.
Seraphina menatap Ken dengan sorot menyelidik, "tadi aku ke pasar bersama Mary."
Terlihat dengan jelas di mata Seraphina, badan ken tiba-tiba menjadi kaku.
"Dan aku melihat kau berjalan dengan seseorang, siapa orang itu?" Tanya Seraphina.
Ken menoleh dengan gugup kepada seraphina.
"Karena aku penasaran, aku buntuti kamu dari belakang, dan aku mendengar jika ayah adalah penyebab ibumu kandungmu terbunuh." Lanjut Seraphina. Mata lebar seraphina menatap ken bulat-bulat. "Aku harap kau menceritakan nya."
Sesaat Ken diam, Seraphina ikut diam, hanya menatap Ken dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Dia berkata dia adalah pamanku!" Akhirnya Ken berkata dengan suara yang bergetar.
Ia bingung mengapa ken begitu terlihat tak karuan saat ia menatapnya. "paman?"
"Kau ingat saat di festival? Saat kau bilang aku ditarik oleh orang asing? " Tanya Ken, Seraphina mengangguk. "Benar. Aku memang ditarik oleh orang, dia adalah pamanku."
Benar pikirnya, ia tak salah lihat waktu itu. "Jadi mengapa kau berbohong?"
"Dia menyuruhku untuk tak berkata ke siapa-siapa tentang aku yang bertemu dengan dirinya."
"Kenapa?" Tanya Seraphina.
"Saat aku kembali bertemu lagi dia menjelaskannya. Karena ia khawatir ayah tidak memperbolehkan aku bertemu dengannya."
"Karena ayah membunuh ibumu?" Tanya seraphina tak percaya.
Ken menggelengkan kepalanya dengan lesu.
"Tapi kakek wend dulu berkata, ibumu mati saat melahirkan kamu ken." Seraphina melihat wajah Ken yang menunduk tak nyaman. "Maaf! Aku tak bermaksud "
"Tidak apa!" Ucap ken menenangkan.
"Aku tak percaya dengan orang itu. Kau percaya?" Tanya Seraphina.
"Aku tak tahu."
"Jangan bertemu dengannya lagi. Bisa saja dia seorang penipu."
" Dia membawakan ku sebuah foto seorang perempuan yang mirip denganku! dia menceritakan semua tentang ibu yang tak pernah ku dengar darimana pun karena itulah aku berkali-kali bertemu dengannya."
Seraphina menghela nafasnya. "Jadi kau membenci ayah?"
"Aku tak tahu. Perasaanku rumit!" Tiba-tiba wajah Ken berubah senang. Ia beranjak berdiri "Nanti malam aku akan memberikan kado lebih dahulu kepada ayah dan ibu agar aku yang menjadi yang pertama."
Seraphina menatap dengan cemberut, ia harus segera menyelesaikan tugasnya sendiri.