NovelToon NovelToon
I Love You In Every Universe(Belum Bisa Move On).

I Love You In Every Universe(Belum Bisa Move On).

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Snow White

Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.

Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.

Up dari senin sampai sabtu ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Miss This kinds

Waktu sudah hampir senja dan Fatur masih mengawasi proyeknya. Tiba-tiba saja cacing-cacing di dalam perutnya terasa perih, ia baru ingat jika belum makan sesuatu dari tadi siang karena begitu sibuk mengawasi pekerjaannya. Mestinya tadi siang Fatur ikut beristirahat bersama pekerja yang lain, bukan sibuk mengecek semua bahan bangunan yang kurang.

"Perut gue perih banget, lupa belum makan sesuatu dari tadi siang," keluhnya dalam hati sambil menahan rasa sakit diperutnya.

Sambil menahan sakit Fatur menatap ke langit dan melihat jika awan sudah mulai menghitam, mungkin sebentar lagi akan turun hujan mengingat beberapa hari ini kota kembang selalu diguyur hujan sore hari. Masih dengan menahan rasa sakitnya Fatur memutuskan mencari cafe atau mini market terdekat untuk mengganjal rasa laparnya.

Tidak lama kemudian ketika Fatur akan melangkahkan kakinya menuju mobil, datanglah sesosok yang sangat ia cintai dan rindukan selama ini yaitu adalah Anggita yang baru saja datang menyempatkan melihat proyek di tengah kesibukan cafe-nya. Hari ini Anggita diberi mandat oleh Damar untuk melihat sejauh mana rumah mereka berdua berjalan, Damar tidak bisa ikut karena tugas di luar kota. Fatur kaget dan terkejut dengan kedatangan Anggita begitu juga sebaliknya, mereka berdua saling menatap satu sama lain.

Tatapan mereka berdua begitu lekat seolah terpaku diselimuti rasa gugup karena ini pertama kalinya mereka berdua kembali bertemu berhadapan. Detak jantung Fatur begitu cepat keringat dingin memenuhi telapak tangan dan dahinya. Begitu juga dengan Anggita yang seperti kehabisan oksigen saat Fatur menatap kedua bola matanya dengan tatapan sendu. Anggita bertanya-tanya apa alasan Fatur kembali ke Bandung, apa mungkin karena perempuan yang kemarin dilihat oleh Anggita di toko kuenya?

Mata keduanya masih saling menatap beberapa lama, setelah itu mata mereka berdua mulai berkaca-kaca dan dengan cepat mereka berdua saling membuang muka seolah menyembunyikan perasaan sedihnya masing-masing.

"Sore, Bu," sapa mandor proyek ketika tahu Anggita baru saja datang.

"Sore, Pak," balas Anggita ramah sambil mengalihkan pandangannya dari Fatur lalu menatap bangunan yang ada di depan matanya.

"Bagaimana? Apa ada masalah?" tanya Anggita langsung ke dalam pokok pembicaraan.

"Nggak ada Bu. Semua aman terkendali," jawab mandor singkat menatap Anggita.

"Syukurlah, di mana Pak Reza?"

"Pak Reza nggak bisa datang karena ada keperluan mendesak, dan untungnya sudah ada Pak Fatur," jelas mandor itu lagi.

Anggita yang sadar dengan kehadiran Fatur hanya beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesekali melirik menatap Fatur tanpa menyapanya. Mereka berdua terasa begitu canggung tidak seperti dulu yang begitu sangat dekat dan hangat. Begitu juga dengan Fatur yang memilih untuk diam tidak menyapa Anggita meskipun hanya sekedar basa-basi. Langit yang tadinya terlihat cerah tiba-tiba berubah menjadi sendu, awan mulai terlihat semakin hitam dan lama kelamaan air setetes mulai turun. Fatur dan Anggita sadar jika sebentar lagi akan turun hujan, belum sampai satu menit air berwarna bening turun dari langit rintik-rintik yang lama-lama menjadi besar. Fatur , Anggit adan mandor proyek mulai panik saat hujan turun dengan lebat.

Lalu dengan cepat mereka bertiga berlari kecil menuju bangunan proyek. Fatur dan Anggita berdiri bersisian sambil menunggu hujan turun dan benar saja jika hujan turun dengan sangat derasnya membasahi kota Bandung. Mereka berdua saling terdiam beberapa saat dengan perasaan yang tidak karuan, sesekali Anggita mencoba menarik napas agar tidak terlalu gugup dan Fatur mencoba melawan perasaannya untuk mencoba berinteraksi bersama Anggita. Keduanya saling membuang muka menatap ke lain arah tidak sanggup untuk saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya Fatur mempunyai kekuatan untuk menyapa Anggita.

"Kamu apa kabar?" tanya Fatur ketika mereka berdua berdiri bersisian menatap derasnya air hujan tanpa menoleh ke arah Anggita sedikitpun.

Deg, hati Anggita kaget bukan main ketika Fatur akhirnya menyapa dirinya. Ada rasa bahagia yang dirasakan oleh Anggita karena setelah sekian lama akhirnya Fatur menyapanya juga. Hati Anggita sedih saat menatap wajah Fatur begitu dekat, sudah lama sekali ia tidak sedekat ini dengan mantan kekasihnya. Wajahnya masih sama tampa seperti dulu, namun ada guratan kesedihan terlihat jelas di mata Anggita yang tidak bisa ditutupi oleh Fatur darinya.

"Ba-baik," jawabnya singkat dengan nada parau dan mata yang mulai berkaca-kaca.

Fatur tidak tahu jika perasaannya saat ini masih sama seperti dulu Lalu saat mereka masih bersama. Anggita masih merasakan gugup, jantungnya berdetak sangat kencang dan begitu bahagia jika berada di sisi Fatur. Tahu jika buliran bening mulai memenuhi pelupuk matanya dengan cepat Anggita mengalihkan pandangannya ke lain tempat karena takut air akan jatuh ke pipinya di hadapan Fatur. Sekuat mungkin Anggita menahan agar tangisnya tidak tumpah, karena ia masih belum bisa menguasai perasaanya kepada Fatur.

"Kamu apa kabar?" Anggita balik bertanya dengan nada gugup dan mata kembali berkaca-kaca menatap Fatur yang sedari tadi tidak menatapnya sedikitpun.

"Baik. Aku baik," jawab Fatur dengan nada tenang masih belum menatap ke arah Anggita, dan Fatur lebih memilih menatap hujan yang turun semakin deras.

"Aku pikir kamu nggak akan pernah kembali lagi ke Badung," lanjut Anggita basa-basi mulai terbiasa dengan pembicaraan mereka berdua yang baru saja dimulai.

Ini adalah kesempatan bagi mereka berdua berbicara, walaupun nyatanya pembicaraan itu akan menyakiti keduanya. Namun setidaknya Anggita bisa sedikit tahu bagaimana keadaan Fatur selama ini. Begitu juga Fatur yang sangat merindukan sosok Anggita.

"Aku pasti kembali karena ada seseorang yang menjadi alasanku untuk kembali ke sini," jelas Fatur kepada Anggita yang kali ini ucapan Fatur membuat Anggita kembali dibuat kaget.

Deg, Anggita kembali menatap Fatur dengan tajam karena ucapannya tadi. 'Seseorang' katanya? Siap? Siapa dia? Siapa orang yang Fatur maksud? Apakah perempuan yang dilihatnya kemarin oleh Anggita? Apa benar jika itu adalah kekasihnya? Kenapa Anggita merasa sedih dan tidak terima jika Fatur sudah melupakannya? Mata Anggita semakin memerah menahan dan akhirnya setetes air mata jatuh ke pipinya juga. Jika memang benar Fatur sudah bisa melupakannya, bagaimana dengan dirinya? Anggita belum bisa melupakan Fatur sampai saat ini. Sejurus kemudian Fatur menoleh menatap Anggita dan mendapati kedua bola mata perempuan yang sangat dicintainya memerah dan menetaskan air mata. Ekspresi wajah Fatur mendadak sedih dan hatinya terasa sakit melihat kesedihan di wajah Anggita. Keduanya masih saling menatap satu sama lain begitu lama seolah mata mereka berbicara akan perasaannya masing-masing.

"Kamu yang membuatku kembali ke sini, Anggita," kata Fatur berbicara dalam hati sambil menatap Anggita dengan lekat dan tatapan sendu.

Andai saja Fatur bisa memberitahukan Anggita yang sebenarnya jika dirinya alasan Fatur kembali ke sini. Andai saja Fatur bisa mengungkapkan perasaannya jika sampai saat ini ia masih mencintai Anggita, apakah akan merubah semua keadaan saat ini.

"Apa karena perempuan yang aku lihat kemarin yang membuatmu kembali ke sini, Fatur?" tanya Anggita bicara sendiri dalam hati sambil membalas tatapan Fatur dengan lekat.

Mereka berdua tersadar dalam lamunannya saling mengalihkan pandangnya satu sama lain, rasa gugup dan kaku kembali dirasakan keduanya. Kenapa terasa canggung sekali untuk mereka berdua berbincang padahal dulu tidak seperti ini. Sejurus kemudian Fatur melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanan Anggita, jam tangan pemberiannya beberapa tahun lalu. Seketika Fatur merasa bahagia bukan main ternyata Anggita masih menyimpan jam tangan pemberiannya.

"Masih kamu simpan jam tangan pemberian dariku?" tanya Fatur menatap hujan yang turun dengan deras setelah melihat jam tangan pemberiannya masih Anggita pakai.

Anggita kembali menatap Fatur ketika lelaki yang mempunyai senyum manis bertanya kepadanya, ternyata Fatur sadar jika Anggita masih menyimpan jam tangan darinya. Memang benar jika Anggita masih menyimpan dan memakai jam tangan pemberiannya, sampai sepatu pemberian dari Fatur masih dipakai olehnya. Bagi Anggita itu semua adalah pengobat rindu di saat dirinya merindukan Fatur. Rasanya Anggita ingin menangis, andai saja ia berada di bawah hujan deras pasti Fatur tidak akan tahu jika hatinya sangat terluka.

"Masih," jawab Anggita dengan nada terdengar lirih dan kedua mata indahnya kembali mulai penuh dengan cairan berwarna bening.

"Aku nggak tahu kalau ternyata Damar adalah calon suamimu," ungkap Fatur mencari pembicaraan lain agar ia bisa berlama-lama berbicara dengan Anggita karena ini adalah waktu yang langka.

"Aku juga nggak tahu kalau kamu adalah orang yang akan menghandle rumah ini," balas Anggita kepada Fatur dan Fatur hanya tersenyum simpul terkesan gerti seolah kecewa dengan kenyataan.

"Kalau kamu tahu, apakah kamu akan membatalkannya?" tanya Anggita lagi menatap Fatur dengan lekat.

Lagi-lagi Fatur hanya tersenyum tipis sambil sesekali menundukkan kepalanya, karena ini seperti pertanyaan jebakan untuknya.

"Nggak," jawab Fatur singkat sambil menatap lekat Anggita membuat hatinya berdetak semakin tidak karuan.

"Lalu kenapa kamu pergi saat tahu bahwa partner bisnismu adalah calon suami mantan pacarmu?"

Glek, dada Fatur seperti berlubang ketika Anggita menyebut 'Calon Suami Mantan Pacar'. Seolah hatinya semakin sakit dan terluka karena dengan bangganya Anggita menyebut Damar adalah calon suaminya.

"Aku nggak pergi. Aku hanya butuh waktu agar bisa berhadapan denganmu seperti ini," jawab Fatur dengan nada sedikit lirih masih terus menatap Anggita tanpa henti.

Rasa sedih, kecewa marah campur menjadi satu di hati Fatur. Ingin rasanya Fatur berteriak dan cepat pergi dari sisi Anggita. Andai saja hujan cepat reda ia ingin berlari ke dalam mobilnya untuk melepaskan sedih dan tangis yang dipendam sedari tadi.

"Apa sekarang kamu sudah bisa berhadapan denganku tanpa kamu harus menghindar?" tambah Anggita sambil membalas tatapan Fatur dan terus mencecar Fatur dengan pertanyaan-pertanyaannya.

"Itu alasannya kenapa aku ada di sini sekarang," jawab Fatur dengan tegas dan percaya diri agar Anggita mempercayai jika dirinya hanya masa lalu.

Fatur sudah tidak sanggup lagi untuk berhadapan dengan Anggita, ia pikir sudah bisa menatap mata Anggita dengan lama. Ia pikir sudah bisa berhadapan dan bersisian dengan Anggita, ia pikir sudah bisa berbicara dengan Anggita namun itu semua belum bisa lakukan karena sedari tadi kedua tangannya terus gemetaran tanpa Anggita tahu karena Fatur menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Aku pamit. Aku harus pergi karena ada keperluan," pamit Fatur memutuskan untuk pergi dari sana dan menerobos hujan yang begitu deras.

"Masih hujan deras, kamu mau menerobosnya?"

"Iya. Karena aku nggak bisa lama-lama di sini," jawab Fatur berbohong dengan suara yang kini terdengar parau serta sedikit gugup, mata Fatur mulai banyak diisi oleh cairan bening yang sebentar lagi pasti akan tumpah ke pipinya.

"Senang bisa berbicara lagi denganmu setelah sekian lama," balas Anggita menatap Fatur dengan sendu.

Deg, ucapan Anggita benar-benar membuat Fatur semakin sakit dan sedih, andai Anggita juga tahu jika ia begitu sagat senang bisa berbicara lama dengannya seperti ini. Fatur sangat merindukan suasana seperti ini bisa berdua dengan Anggita.

"Iya, sama-sama," balsa Fatur dengan berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah di hadapan Anggita.

Tanpa ragu dan banyak bicara Fatur melangkahkan kakinya untuk siap menerobos hujan yang deras, tapi belum sempat ia menerobosnya Anggita terlebih dulu memanggil namanya lagi.

"Fatur!" panggil Anggita dan langkah kaki Fatur terhenti.

Suara Anggita membuat Fatur terdiam terpaku seolah menghipnotisnya, ia kaget kenapa Anggita masih saja memanggilnya padahal dirinya ingin cepat-cepat pergi dari sana.

"Maafkan aku." suara Anggita terdengar lirih menatap punggung Fatur yang membelakanginya.

Kali ini air mata Fatur jatuh ke pipi, dadanya mulai sesak dan ia menutup kedua bola matanya untuk menahan semua rasa sedih dan lukanya di hadapan Anggita.

"Aku minta maaf sekali lagi kepadamu. Walaupun aku tahu kata maaf ku ini nggak bisa mengobati rasa sakit hatimu selama ini, tapi aku benar-benar minta maaf akan semuanya," tambah Anggita lagi dengan mata cantiknya berurai air mata mulai menangis tersedu-sedu.

Meskipun suara air hujan yang begitu terdengar sangat deras tapi suara Anggita masih bisa terdengar jelas oleh Fatur. Karena hanya sosok Anggita seorang yanh ada di dalam pikiran dan hatinya.

"Sampai kapan juga kamu adalah orang yang sangat baik yang pernah aku kenal, terimakasih buat semuanya. Maafkan aku baru mengatakan ini sekarang kepadamu. Mungkin ini buka waktu yang tepat dan terlambat, tapi asal kamu tahu selama aku denganmu aku merasa bahagia," ucapnya lagi sambil menangis.

Air mata Fatur jatuh bercucuran ke pipinya sudah tidak bisa menahannya lagi, kata-kata Anggita sungguh membuatnya sedih. Lukanya kembali tergores dan kenangan indah itu semakin terlihat nyata dipikirannya, kenapa Anggita harus bicara seperti itu membuat Fatur semakin bingung.

"Kalau kamu bahagia kenapa kamu harus meninggalkan aku, Anggita?" pertanyaan Fatur terdengar sangat tegas dan sinis terdengar di telinga Anggita.

"Kenapa kamu meninggalkan aku tanpa pesan seperti yang papaku lakukan kepadaku? Kamu membuat aku bertanya-tanya akan kehadiranmu dan kabarmu, aku seperti orang gila yang sedang menunggu seseorang yang sangat aku cintai. Aku sangat membencimu seperti aku membenci papaku!" ucap Fatur yang masih membelakangi Anggita tanpa menoleh ke arahnya.

Sedari tadi Fatur terus membelakangi Anggita, karena tidak sanggup untuk menatap Anggita dan berbicara seperti ini kepadanya karena setiap kali melihat Anggita dan mendengar suaranya rasa cinta Fatur semakin bertambah.

Deg, hati Anggita begitu sakit mendengar ucapan Fatur, ingin rasanya ia memeluk dan bilang jika masih mencintainya sampai saat ini. Ingin rasanya Anggita terus mengucapkan kata maaf kepada Fatur dan menyesal karena telah mengakhiri hubungannya.

1
🏘⃝Aⁿᵘ Madam 🍇
masih menyimak Thor, smengat ya
rembulan
episode yang sungguh bagus dan menarik
rembulan
kasihan orang tuanya meninggal
rembulan
good cerita
rembulan
apa yang membuat nya menjadi pendiam dan pengecut
rembulan
ya bagus kamu cinta tanah air kita 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!