Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Pemilik Sepuluh Persen Saham Wijaya.
Jantung Renatta berdetak kencang saat masuk ke dalam kamar Richard. Sebelumnya, gadis itu sudah pernah keluar masuk kamar itu, namun tak segugup saat ini.
Mulai hari ini, ia akan menjadi penghuni baru di kamar mewah bernuasa putih dan abu-abu itu. Segala kegiatan yang biasa Renatta lakukan di kamarnya, kini berpindah ke tempat itu.
“Maaf, tuan. Ini di letakkan dimana?” Suara seorang asisten rumah tangga menginterupsi lamunan Renatta.
Ternyata sejak tadi, dua orang asisten rumah mengikuti mereka untuk membawa koper-koper milik sang nyonya baru.
“Bawa ke dalam kamar ganti.” Ucap Richard sembari melepas jas pengantinnya.
“Om, aku—maksudku barang-barangku mendapat tempat di ruang ganti?” Tanya Renatta penasaran.
Richard mengangguk. Dua asisten rumah itu pun pamit untuk keluar.
“Ayo.”
Richard membawa sang istri menuju ruang ganti.
Renatta tercengang. Ruang ganti milik Richard bahkan lebih luas dari milik gadis itu di rumah Setiawan.
Ia menatap kagum dengan deretan jas yang menggantung di dalam lemari kaca. Begitu pula puluhan arloji mahal yang terpajang di balik meja yang juga berlapis kaca.
“Re.”
“I-ya.” Gadis itu terbata. Tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Mulai sekarang, bagian ini milikmu.” Richard menunjuk lemari kaca sebelah kanan.
Tak hanya lemari pakaian, ada pula rak untuk sepatu, tempat tas, dan juga meja rias.
“Nanti kamu bisa menata barang-barangmu.”
Pria itu berjalan menuju lemari pakaian miliknya, entah apa yang ia lakukan. Renatta tak memperdulikan. Ia sibuk mengagumi tempat penyimpanan pakaian miliknya.
“Gunakan ini untuk membeli segela keperluanmu. Berbelanjalah sepuasnya.” Richard tiba-tiba kembali dan menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam pada gadis itu.
“Tapi om, aku sudah punya yang dari papa. Ya walau tidak berwarna hitam.” Renatta terkekeh di akhir kalimatnya.
“Om sudah tahu nomor rekeningku, ‘kan? Om bisa mentransfernya setiap bulan. Tidak perlu memberiku sebanyak ini.” Lanjut gadis itu. Meski tak tahu berapa isinya, ia yakin jumlahnya lebih banyak dari yang sering di transfer papa dan kakaknya.
Bagaimanapun juga Renatta merasa tidak enak hati. Richard sudah membantu keuangan perusahaan. Dan gadis itu tidak mau merepotkan lagi.
“Simpan saja kartu yang dari papamu. Mulai sekarang, gunakan kartu ini. Lagipula, aku tidak ada waktu mentransfernya setiap bulan.” Ucap Richard sembari melepas dasi kupu-kupunya.
“Lalu uang dalam kartu ini darimana?”
“Kantor. Mulai sekarang, kamu adalah pemilik sepuluh persen saham di Wijaya Group. Dan juga, setengah gajiku dikirim ke rekening itu.”
Mata Renatta membulat sempurna. Ia tidak percaya dengan apa yang di dengar oleh telinganya.
“S-sepuluh persen s-saham Wijaya Group?” Gadis itu terbata. Tangannya tiba-tiba berkeringat dingin.
“Mm. Kamu sekarang sudah menjadi bagian dari Wijaya. Jadi sudah seharusnya mendapat pembagian saham.”
“Tapi, om—
Renatta mengatupkan bibirnya ketika tangan Richard terangkat memintanya untuk diam.
“Jangan banyak bicara. Aku lelah.”
Pria itu kemudian berjalan menuju kamar mandi setelah melepas kemeja yang ia gunakan.
“Om, maksudku berapa sandi kartu ini?” Renatta mengejar sang suami.
Richard menghentikan langkah di ambang pintu. Kemudian sedikit memutar badan.
“Tanggal ulang tahun kalian.” Kepala pria itu menggeleng ketika menyadari ucapannya. “Maksudku, tanggal lahirmu.” Ulangnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
“Terimakasih, om suami.” Jerit Renatta dari ruang ganti. Meski pintu kamar mandi telah tertutup, ia yakin Richard dapat mendengarnya.
Sembari menunggu Richard mandi, Renatta pun mengganti gaun pengantinnya dengan pakaian santai.
Masih ada waktu lima jam lagi menuju makan malam bersama keluarga.
Ia pun memutuskan untuk menata barang-barangnya di dalam lemari.
“Bahkan masih banyak ruang yang tersisa. Aku akan mengisi mu segera.” Ucap Renatta mengamati ruang kosong di dalam lemarinya.
Gadis itu kemudian memberanikan diri membuka lemari milik sang suami. Ia mengambil sebuah kaos putih polos, dan celana pendek hitam untuk dipakai Richard setelah mandi.
“Sepuluh persen saham, dan setengah gaji om Rich.” Ucap Renatta menatap kartu hitam yang Richard berikan.
Gadis itu melompat bahagia. Sembari mendekap kartu sakti itu.
“Aku harus menyimpannya dengan baik.” Gadis itu kemudian menyimpan di dalam dompetnya.
“Si om mandinya lama sekali.” Gumamnya sembari meregangkan tubuh.
“Kenapa tidak istirahat saja?” Tiba-tiba ada sepasang lengan tangan memeluk pinggangnya.
Renatta tersentak. Jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Meski sudah resmi menyandang setatus sebagai suami istri, gadis itu masih saja merasa canggung.
Nafas segar dan hangat Richard menerpa permukaan kulit Renatta yang membuat gadis itu bergidik.
“Masih lama untuk makan malam. Kita istirahat dulu.” Ucap Richard menuntun sang istri keluar dari ruang ganti.
“O-om, itu pakai dulu bajunya.”
Renatta memutar tubuh kebelakang menunjuk pakaian yang ia telah siapkan untuk Richard.
Namun pria itu hanya mengedikan bahunya. Mendekap bahu Renatta, berjalan keluar dari ruang ganti.
‘Gawat.. apa dia akan menghabisiku sekarang?’
Tiba-tiba Renatta menutup tubuh bagian depan dengan kedua tangannya.
Mata gadis itu membulat ketika Richard kembali mendekapnya dari belakang.
“Untuk apa menggunakan baju kalau pada akhirnya akan dibuka juga?” Tanya pria itu sembari menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher sang istri.
Renatta menelan ludahnya susah payah. Tubub gadis itu menegang. Bagaimana pun juga, ini adalah pengalaman pertama Renatta dekat dengan seorang pria.
Ia telah mengunci hati ketika Richard menolaknya dulu.
“O-om.” Renatta menggigit bibir bawahnya ketika tangan Richard mulai nakal pada tubuh gadis itu.
“Ini juga pengalaman pertamaku, Re.” Ucap Richard memberitahu sang istri.
“B-bohong.” Terka Renatta. Richard sangat lihai dalam berciuman, mana mungkin ia tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
“Kamu tidak percaya padaku?” Tangan pria itu masuk kedalam kaos longgar yang Renatta gunakan. Ia memberikan usapan lembut pada permukaan kulit perut sang istri.
“A-aku tidak yakin om bisa di percaya.” Gadis itu mencekal lengan Richard dari luar kaos yang ia gunakan.
Telapak tangan besar dan hangat itu mulai nakal bergerak ke atas. Mendapat respon seperti itu, Richard pun membalik tubuh sang istri untuk menghadap ke arahnya.
Mata keduanya saling bertemu tatap. Mengunci satu sama lain.
Manik mata Richard begitu menghipnotis, membuat wanita mana saja yang ditatap seperti itu, pasti akan luluh lantah hatinya.
Renatta merasakan tangan Richard kini berada di tengkuknya. Ibu jari pria itu mengusap pipi sang istri dengan lembut.
“Hmm. Kamu benar. Aku hanya manusia biasa, yang tak luput dari dosa. Kamu boleh percaya padaku, tetapi jangan sepenuhnya. Agar suatu hari nanti, kamu tidak terlalu sakit hati jika aku membuat kesalahan.”
“O-om.. mmhhh.”
Tak sempat Renatta berbicara. Bibirnya telah terbungkam oleh ciuman hangat sang suami.
‘Aku ingin egois, Re. Selamanya aku ingin terlihat sempurna di matamu. Aku ingin semuanya diatas kuasa ku. Tetapi aku tidak bisa.’
****
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁