NovelToon NovelToon
Prahara Rumah Tangga Pelakor

Prahara Rumah Tangga Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Single Mom / Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: misshel

Sania pernah dihancurkan sampai titik terendah hidupnya oleh Irfan dan kekasihnya, Nadine. Bahkan ia harus merangkak dari kelamnya perceraian menuju titik cahaya selama 10 tahun lamanya. Sania tidak pernah berniat mengusik kehidupan mantan suaminya tersebut sampai suatu saat dia mendapat surat dari pengadilan yang menyatakan bahwa hak asuh putri semata wayangnya akan dialihkan ke pihak ayah.

Sania yang sudah tenang dengan kehidupannya kini, merasa geram dan berniat mengacaukan kehidupan keluarga mantan suaminya. Selama ini dia sudah cukup sabar dengan beberapa tindakan merugikan yang tidak bisa Sania tuntut karena Sania tidak punya uang. Kini, Sania sudah berbeda, dia sudah memiliki segalanya bahkan membeli hidup mantan suaminya sekalipun ia mampu.
Dibantu oleh kenalan, Sania menyusun rencana untuk mengacaukan balik rumah tangga suaminya, setidaknya Nadine bisa merasakan bagaimana rasanya hidup penuh teror.
Ketika pelaku berlagak jadi korban, cerita kehidupan ini semakin menarik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sania

Venezio Cafe berdiri megah ditengah kota metropolitan Arvenia. Penghujung musim semi telah tiba, angin dingin berhembus, cahaya keemasan matahari sore menimpa bangunan dengan dinding bata yang terekspos. Jendela besar dan tanaman merambat menjadi ciri khas bangunan-bangunan di sini.

Orang-orang lebih memilih berjalan cepat ke cafe atau tempat berkumpul yang cozy di akhir pekan seperti ini. Seperti halnya yang dilakukan Irfan Gamaliel, pengusaha terkenal bersama istrinya tercinta, Nadine Carolina. Mereka melangkah masuk ke cafe estetik yang merupakan tempat berkumpulnya pengusaha kaya dan orang-orang terkenal di Arvenia ini.

Venezio menawarkan kemewahan dan keanggunan kelas atas, sehingga pengunjung disini jelas merupakan kaum elite yang tidak bisa dibayangkan berapa banyak kekayaan yang mereka punya.

"Aku nggak sabar untuk segera memakai gaun itu, Sayang ... pasti semua orang kaget melihat siapa yang akhirnya membeli satu-satunya gaun yang dibuat oleh Savero itu," ujar Nadine berbinar.

Irfan hanya tersenyum sebagai jawaban. Mereka hampir tiba di meja yang mereka pesan, ketika dua orang saling menabrak dan menumpahkan Latte ke lantai. Beruntung, Irfan berhasil mengamankan Nadine dari keributan itu.

"Ya ampun, orang-orang ceroboh sekali," gerutu Nadine seraya duduk dan memeriksa kakinya yang terkena sedikit percikan Latte.

"Maaf—"

Wanita itu menunduk untuk mengambil gelas kopi yang menggelinding dekat kaki Irfan.

"Saya yang bersalah, Nona—" Orang yang menabrak itu membungkuk minta maaf.

Karena menghalangi, Irfan berinisiatif menyingkir, namun gerakannya terhenti kala wanita itu sudah berdiri kembali dan tersenyum sekilas kepadanya.

"... Sania." Irfan mendesis seperti suara angin diluar. Ia tidak mungkin salah mengenali orang, kan? Tapi Sania ... Sania yang itu—Sania tidak mungkin berubah menjadi secantik dan seanggun itu kan? Bagaimana dia bisa menjelma menjadi wanita secantik itu?

Irfan bahkan sudah tidak mengingat lagi bagaimana wajah Sania jika saja fitur wajah wanita tadi tidak melintas di depannya.

Waktu seakan membekukan Irfan saat itu sampai ia tidak sadar ketika wanita itu telah pergi dari hadapannya.

"Kamu kenal dia, Fan?" Nadine menelisik curiga dan cemburu. Wanita itu cantik sekali bahkan kafe ini terasa layu karena kecantikan wanita tadi menyedot semua keindahan yang ada.

Lamunan Irfan buyar, lalu dengan gerakan cepat, ia berjalan keluar, mengejar wanita tadi untuk memastikan.

Napas Irfan tersengal begitu tiba di trotoar jalan. Seorang pria berjas hitam mewah membukakan pintu untuk wanita yang ia sangka Sania. Tampak begitu melindungi dan posesif. Dibawahnya, Sania tampak seperti bisa hancur hanya karena tertiup angin musim semi yang lembut.

"Sania ...." gumamnya pelan. Itu benar-benar Sania, mantan istrinya yang 10 tahun lalu ia ceraikan.

Seakan mendengar panggilan itu, Sania menoleh, menatap Irfan sekilas, sebelum tubuhnya lenyap ditelan oleh mobil mewah yang Irfan sendiri tahu hanya kalangan atas tertentu yang bisa memiliki mobil itu.

Irfan menyaksikan adegan itu seperti sebuah adegan film, seperti tidak nyata. Tetapi hanya karena potongan adegan mesra tersebut,sudah cukup membuat Irfan merasa kalah telak. Jika benar tadi Sania, Irfan benar-benar ditampar dimuka oleh kenyataan yang ada.

Dari dalam mobil Sania melirik ke arah jendela seolah masih bisa melihat Irfan yang syok di sana. Pandangannya menggelap dan semakin dingin, meski ia merasakan kepuasan menjalar di dada. Pria itu bagaimana bisa masih sanggup mengejarnya, setelah semua yang ia lakukan selama ini? Bibir Sania membentuk sebuah senyum sinis. Sepuluh tahun lalu, bagaimana dia bisa lupa hari itu?

Hari dimana dirinya hancur berantakan bahkan sisa harga diri saja dia tidak punya.

Malam itu, malam yang sudah berlalu hampir sepuluh tahun lamanya, tetapi rasanya terjadi belum begitu lama.

Sania menatap halaman dengan perasan kalut dan gamang. Bibirnya pecah-pecah karena dehidrasi dan stres. Karena terlalu sering menangis, wajahnya jadi sembab, rambut kering berantakan, dan tubuhnya menggigil saat angin dingin menerpa.

Dalam kesunyian itu, Sania kepikiran pada chat mesra suaminya dengan wanita lain yang beberapa kali ia pergoki di ponsel suaminya. Tetapi sangkalan Irfan, membuatnya mencoba tidak terus mempermasalahkannya. Irfan bilang dia hanya teman kerja biasa, gaya bicaranya juga memang centil. Tapi kali ini, Sania punya feeling kuat, kalau wanita itu memiliki hubungan dengan Irfan.

Hujan deras turun malam itu. Sama seperti malam-malam sebelumnya, Sania menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang sudah mulai dingin. Dia biasa menyiapkan teh untuk suaminya yang kelelahan mencari nafkah untuknya. Setidaknya, meski hampir setiap pagi ribut, Sania tetap melayani suaminya dengan baik pada malam hari.

Lagi-lagi, Irfan belum pulang. Padahal semua temannya bilang malam ini tidak ada lembur.

Sania duduk diam, sambil menggenggam HP-nya erat. Ia sudah kirim tiga pesan tetapi tidak dibaca. Ditelepon pun tidak dijawab, malah kadang ditolak.

Kekhawatiran yang dulu selalu muncul kini sudah berubah menjadi firasat yang dingin dan pahit.

Sania sekali lagi memeriksa halaman, namun tidak ada tanda suaminya pulang.

"Sudah selarut ini, Fan ... kamu kemana?" Sania khawatir. Suara tangisan Mutiara membuat Sania melangkah ke kamar untuk menenangkannya. Bersamaan dengan itu, suara mobil terdengar dari luar.

Perasaan Sania menjadi ringan. Ia menggendong Mutiara dan bergegas membuka pintu.

Irfan turun dari mobil tanpa rasa bersalah. Kemejanya kusut, ada bekas lipstik samar di kerahnya, dan parfum wanita yang menyengat bercampur dengan alkohol menghantam hidung Sania bahkan sebelum pria itu masuk rumah.

"Maaf, aku banyak kerjaan," katanya datar sambil melepaskan sepatu.

Sania hanya menatapnya, tidak bicara. Sudah tak perlu tanya—jawabannya pasti selalu penuh dusta.

Ia mengikuti Irfan ke dalam rumah. "Kamu dari mana, sebenernya, Fan? Aku tadi udah nelpon atasan kamu, tapi dia bilang semua pegawai sudah pulang jam 5 sore!"

Irfan menghela napas, meletakkan tas kerja di meja. “Nia aku capek. Jangan mulai lagi, deh! Buruan siapin air hangat, aku mau mandi!"

"Capek? Aku lebih dari capek. Aku capek khawatir karena nungguin kabar kamu, Irfan!" Sania hampir menangis. Sebenarnya ada apa dengan suaminya ini? "Kamu masih main sama wanita di chat itu?!"

"Jangan kebanyakan nonton drama. Nggak semua laki-laki seperti itu!" Irfan berdecak. Mukanya langsung berubah kesal. "Nggak usah berprasangka yang enggak-enggak, deh! Muak tauk, tiap pulang selalu aja dicurigai! Kamu pikir aku ada waktu buat main-main kalau setiap hari aku harus kerja keras buat nyukupin hidup kamu?"

Kalimat itu menghantam seperti batu ke dada.

"Otak dipakai buat mikir!" Tangan Irfan bersilaturahmi ke kepala Sania, menempeleng Sania tanpa perasaan.

Sania ingin berteriak tidak terima. Tapi dia tahu, dia tidak akan menang dengan suara. Ia akan menang dengan kebenaran dan bukti nyata.

“Aku lihat fotonya,” bisik Sania lirih, disela tangis yang perlahan meluncur di wajahnya. “Kamu berduaan dengan dia di hotel.”

Irfan terdiam. Ia kehilangan nafas untuk sesaat.

Sania awalnya tidak ingin mengungkapkan ini, tapi Irfan yang memaksanya. Dia lelah menggenggam fakta menyakitkan ini sendirian. Berharap Irfan mau berubah dan kembali padanya.

“Aku tahu namanya Nadine, putri orang penting di kantormu, dia sedang magang dan dia ... bukan sekadar wanita lewat. Kalian sudah saling mengenal lama dan saling menyentuh sejak Mutiara masih dalam perut."

Irfan masih tak bicara. Wajahnya datar. Seolah yang dia hadapi hanyalah pelanggan yang kecewa, bukan istri yang dikhianati.

“Aku sudah tahu ini sejak dua bulan lalu,” suara Sania mulai pecah. “Tapi aku tahan, demi Mutiara. Aku pura-pura nggak tahu tentang ini, tapi malam ini ... aku cuma pengen satu hal, jujurlah ke aku!"

Dan yang keluar dari mulut Irfan justru sesuatu yang membunuh Sania lebih dari perselingkuhan itu sendiri.

“Aku sudah nggak cinta lagi sama kamu.”

1
Ratu Tety Haryati
Nadine sibuk cara menjatuhkan, Sania, sampai dia gak sadar klo musuh terdekatnya justru, asisten ayahnya sendiri.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mutiara dewasa sekali pemikirannya. anak baik yaa
🅡🅞🅢🅔
Alex, jan bilang kamu orangnya sania ya😄 kamu yg bikin musuh2 sania jatuh semua loh🤣
🅡🅞🅢🅔
Yg licik kalah sama yg cerdik🤣
☠ᵏᵋᶜᶟ⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
Miss kamu tuman,bikin aku penasaran ajaa😀🤣mana yg bagian dona kesakitan atau menjelang meninggal,dan di asisten yg cerdik licik jahat bisa menipu bos besar
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
jalan mana yang akan kamu pulih. Nadine?
Ratu Tety Haryati
Kumpulan orang2 licik saling berkhianat
Tiktok: misshel_author: Hehehe

makasih udah mampir ya bun🥰
total 1 replies
Ratu Tety Haryati
Andai SDM dunia peradilan di negeri ini seperti, Takumi dan Hakim yang ada dipersidangan certa ini, kasus2 di negeri kita dapat diselesaikan dengan cepat dan seadil2nya
Ratu Tety Haryati
Sidang semakin panas
Ratu Tety Haryati
Hayo lo, Betty..
Ratu Tety Haryati
Si Donna terlalu besar kepala. Dikira kedekatannya dgn Brooch secara pribadi dia bisa diatas angin. Ternyata kedatangannya di ruang sidang nuat cuci tangan.
Ratu Tety Haryati
Mulai kepepet ya kalian??? sampai manggil, Brooch buat bersaksi. Sayangnya Hakim tak gentar dengan nama besar, Brooch selama bisa menghasilkan kebenaran
Ratu Tety Haryati
Maksud hati ingin menggertak, ternyata angin merubah haluan.
Kita lihat apa Brooch CS akan menang di pengadilan???
Ratu Tety Haryati
Maksudnya apa ini???
Apa Si Tua Brooch dan Donna ... ... ...????
Ratu Tety Haryati
Merasa dapat tameng dari, Si Tua Brooch, songong banget nih, Si Betty La Fea.
Dan tanpa sadar dia juga membuka aib sendiri.
Ratu Tety Haryati
Si Judes kena sindir sedikit langsung masuk jebakan.
Gak sadar klo reaksi yang berlebihan bisa menunjukan kebenaran.
Ratu Tety Haryati
Lahhh??? tertunda ternyata😂
YPermana
mereka hancur oleh orang terdekat
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
orang licik, pasti dikelilingi orang-orang licik juga.
tapi kasihan dengan anak donna kalau dia mati.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸: iyas sih. tapi nanti dimanfaatin orang jahat pula? 😢
Tiktok: misshel_author: tenang kak, ada harta banyak😁
total 2 replies
Ratu Tety Haryati
Ya sudah ajak, Sania man*di ba*reng aja😂✌️🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!