Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berani Menjawab
Carmen
Aku melakukan pekerjaanku dengan sebaik mungkin. Tak mau mengecewakan Mommy dan Abi yang sudah memberikanku kepercayaan.
Malam hari, Bahri selalu mampir ke cafe. Ia mengajakku makan malam di luar dan mengantar sampai ke hotel. Sekarang ia membawa mobil, Bahri kasihan denganku yang takut naik becak.
"Bagaimana cafe? Ramai?" tanya Bahri sambil fokus mengemudikan mobil. Entah mau dibawa kemana aku malam ini.
"Rame alhamdulillah. Rupanya mengundang live music membuat banyak pengunjung tertarik. Mereka juga menyukai makanan cafe yang cocok di lidah mereka. Aku mendengar banyak pujian hari ini." kataku dengan bangganya.
"Wah, keren! Kalau udah berhasil pasti kamu sebentar lagi pulang ke Jakarta dong?!"
"Iya. Aku enggak bisa lama-lama berada di sini. Aku padahal suka loh di sini. Tenang, penduduknya ramah dan pikiran aku juga lebih rileks." jawabku jujur.
"Gampang itu, nanti kamu balik lagi ke sini. Aku temani! Aku masih beberapa bulan di sini. Aku bisa jadi supir kamu loh! Siap antar jemput selama tidak jam kantor he...he...he...."
Aku tersenyum mendengarnya. "Makasih ya. Kamu baik banget sama aku!"
"Mm ... Jadi bagaimana keputusan kamu? Mau memaafkan, ngomong jujur kalau kamu dengar semua atau kamu mengakhiri hubungan kalian?!" tanya Bahri dengan ragu.
"Mengakhiri? Enggaklah! Aku masih belum lama berumah tangga. Apa kata Abi nanti?! Bisa kena omel tiga hari tiga malam aku!" aku menatap jalan di depan dengan tatapan kosong, seperti hatiku yang terasa hampa karena lelaki yang kucintai ternyata mencintai wanita lain.
"Yakin?"
"Harus yakin. Terserah mau dibilang bodoh. Aku seorang istri, aku harus berusaha dulu semaksimal mungkin. Meski aku harus menahan luka, setidaknya aku pernah mencoba. Aku akan menyembunyikan semua dan bertindak seolah aku tak tahu apa-apa. Aku akan tetap menjadi istri yang baik. Aku yakin Mas Zaky juga akan mencintaiku nantinya, apalagi setelah tau Kak Dewi dan Abang Wira kembali harmonis. Semoga saja semua belum terlambat .... "
"Dan semoga luka yang kamu rasakan tidak terlalu menyakitkan." doa tulus Bahri.
"Aamiin."
"Semangat! Bidadarinya tukang jajanan pasti kuat!" ujar Bahri. Aku tersenyum dan sangat bersyukur bisa mengenal Bahri.
Malam hari aku kembali membalas pesan dari Mas Zaky. Mengatakan kalau aku memang bertemu Bahri karena Bahri bekerja di Jogja. Aku cerita kalau kami ngopi bareng. Mas Zaky tak berkata banyak. Ia juga tak menanyakan kapan aku pulang. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi?! Aku tahu dimana hatinya berlabuh. Tahan saja selama aku bisa tahan.
Aku masih berada di Jogja sampai beberapa hari kemudian. Cafe sudah bisa aku tinggal dan aku pun pulang ke Jakarta. Lagi-lagi Bahri yang mengantarku sampai ke stasiun. Aku sengaja ingin menikmati perjalanan pulang naik kereta api. Sekaligus mempersiapkan hatiku untuk dilukai kembali.
Abi menyambut kepulanganku di stasiun. Lelaki yang masih terlihat tampan di usianya yang tak lagi muda tersebut benar-benar merindukan kepulanganku. Pelukan hangatnya amat kurindukan. Tak ada yang lebih nyaman selain pelukannya yang melindungi.
Andai dulu aku mendengarkan nasehat Abi .... Pasti Abi ingin aku bahagia makanya melarang aku menikahi Mas Zaky. Maafin aku, Bi. Aku sudah melawan Abi. Maaf aku menentang Abi ....
"Kok anak Abi kurusan sih? Capek ya? Mau jajan apa? Ayo semua jajanan SD yang kamu mau, Abi belikan!" ujar Abi dengan suaranya yang hangat.
"Bener ya?! Oke, aku mau beli semuanya sampai ke gerobak-gerobaknya sekalian!" jawabku tak kalah semangat.
"Oke! Ayo kita berangkat!"
Aku dan Abi berjalan-jalan dahulu menikmati waktu berdua sebelum Abi mengantarkanku pulang. Puas aku ditraktir Abi hari ini. Hari sudah malam saat aku sampai rumah. Mobil Mas Zaky sudah terparkir di garasi rumah, pertanda pemiliknya sudah pulang kerja.
"Assalamualaikum." kataku saat masuk ke dalam rumah.
Tak ada yang menyambutku pulang. Mas Zaky sedang di dalam kamar. Aku yang membuka sendiri kunci pintu dan menguncinya kembali lalu masuk ke dalam kamar.
Rasanya lelah sekali dan tubuhku terasa lengket. Aku memutuskan langsung mandi dan saat aku selesai mandi, aku begitu kaget mendapati Mas Zaky berada di dalam kamarku.
"Kamu kenapa enggak bilang kalau sudah pulang? Pulang naik apa?" tanya Mas Zaky yang kini duduk di atas kasur kamarku.
Aku mengambil baju ganti dan menjawab pertanyaan Mas Zaky sebelum masuk ke kamar mandi untuk mengganti bajuku. "Aku pikir Mas sibuk kerja jadi aku enggak mau ganggu. Toh kita akan ketemu besok pagi saat sarapan." aku masuk ke dalam kamar mandi dan memakai bajuku lalu menjawab pertanyaan yang belum aku jawab.
"Aku pulang naik kereta. Abi yang jemput di stasiun." aku duduk di depan meja rias dan memakai skincare milikku. Sambil melirik, aku lihat Mas Zaky terus memperhatikanku.
"Kenapa selama di sana sulit sekali aku hubungi? Balasnya lama. Aku 'kan perlu tau keadaan kamu gimana." protes Mas Zaky.
Selesai memakai skincare, kuambil body lotion dan mengoleskannya ke kaki dan tanganku. "Aku sibuk. Mas pasti tahu 'kan kalau sibuk bekerja tuh seperti apa? Aku akhirnya merasakan apa yang Mas rasakan waktu Mas ke luar kota. Sibuk sekali sampai tak bisa mengabari."
"Sibuk tapi masih bisa nongkrong sampai malam." sindirnya.
"Itu namanya membagi waktu, Mas. Kayak Mas Zaky yang sibuk tapi masih bisa mengantar aku ke ruko, bahkan sempat mengobrol juga lagi sama Kak Dewi. Ada porsi bagi waktunya juga." jawabku tak mau kalah.
"Sejak kapan sih kamu jadi suka membantah apa yang aku katakan? Dulu kamu enggak suka kayak gitu loh! Kalau aku bilang sesuatu, kamu nurut! Kenapa jadi suka membantah kayak gini?! Apa Bahri yang mengajarkan kamu untuk membantah pada suami?!" Mas Zaky terlihat emosi karena perbuatanku.
"Maaf, Mas. Kalau Mas enggak suka aku menjawab, lebih baik aku diam saja kalau Mas tanya. Bukan membela, tapi Bahri tak pernah mengajarkan hal yang buruk padaku. Udah malam, Mas. Aku capek dan mau tidur. Tolong matikan lampunya ya, Mas!" dengan cueknya aku naik ke atas tempat tidur dan menyelimuti tubuhku dengan selimut lalu berpura-pura tidur.
****
Zaky
Sejak pulang dari Yogyakarta, sikap Carmen berubah. Ia menjadi seseorang yang berbeda. Biasanya penurut, kini mulai menjawab apa yang kukatakan. Berubah sekali. Apa ini karena Bahri? Apa mereka sedekat itu?
Ia juga tak lagi memaksa untuk menginap di kamarku. Apa mungkin ia mendengar apa yang aku dan Dewi bicarakan malam itu? Tak mungkin! Kalau ia mendengarnya, pasti ia akan menangis dan sangat marah. Aku yakin Carmen tak mendengarnya. Ia yang manja pasti akan menangis dan mengadu pada Abi-nya. Nyatanya tidak, pasti ia tak tahu tentang perasaanku pada Dewi bukan?!
Pagi ini aku kembali dilayani olehnya. Sarapan pagi sudah tersedia dan pakaian untukku pergi kerja sudah ada di atas tempat tidur. Ia baik-baik saja. Berarti memang benar ia tak mendengarnya. Baby tak akan berbohong. Ia tak pandai menyembunyikan perasaannya.
"Kamu mau aku antar ke ruko, Baby?" coba aku test lagi, apa ia akan menolaknya. Kalau ia mendengar apa yang aku katakan, ia pasti tak mau aku menemui Dewi lagi.
"Boleh, Mas. Aku lagi malas nyetir. Aku ambil tas dulu ya!"
Tuh kan benar! Baby tuh enggak dengar apa yang aku dan Dewi bicarakan. Aman!
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣