Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Setelah menyelesaikan sarapan, Cathleen bersama kedua orang tuanya dan Madhiaz pun berangkat ke Badan Kependudukan.
Tuan dan Nyonya Pattinson berangkat menggunakan satu mobil. Sedangkan Cathleen memilih untuk di kendaraan milik Madhiaz.
Di sepanjang perjalanan, Cathleen sibuk bermain ponsel. Ia sudah mengganti nomor supaya tak bisa dihubungi oleh Edbert lagi. Cathleen mengirimkan pesan pada Geraldine supaya tak lupa membawa Gerald ke tempat pernikahan di hari ini dan jam yang sudah dia beritahukan.
Madhiaz sejak tadi sesekali memperhatikan aktivitas saudarinya. “Apa kau yakin akan menikah sekarang?” Tiba-tiba ia mengajukan pertanyaan.
Membuat Cathleen langsung menyimpan ponsel ke dalam tas. “Iya.” Kepalanya mengangguk pelan. “Apakah kau keberatan jika aku duluan yang menikah?”
Madhiaz menggeleng. “Tidak, asalkan kau berjanji akan bahagia setelah menikah, maka aku bersedia ditinggal saudara-saudaraku membangun keluarga kecil kalian masing-masing,” jawabnya seraya mengusap puncak kepala Cathleen.
Tarikan pada dua sudut bibir membentuk senyum sempurna. Kenapa dia tak bisa menemukan pria seperti Madhiaz yang selalu perhatian, lembut, dan kakak kembarnya itu sangat setia walaupun sedikit bodoh karena mau-maunya dikuras terus uang hasil kerja oleh sang kekasih yang mata duitan.
“Apa kita tak bisa kembali ke perut Mama, terus ku tendang kau keluar supaya kita tak tinggal satu rahim?” tanya Cathleen bermaksud hanya mengeluarkan sebuah kelakaran.
“Ada-ada saja, tentu saja tidak bisa.” Madhiaz mencubit gemas adik kembarnya seraya mata tetap berhati-hati saat memperhatikan jalan.
Cathleen memanyunkan bibir. “Padahal aku ingin menikah denganmu jika kita bukan saudara kandung.”
Madhiaz tertawa dengan candaan Cathleen. “Calon suamimu pasti akan memperlakukanmu sama seperti aku. Ku lihat dari seringnya dia rela pulang pergi New York ke Helsinki, dan pendekatannya pada keluarga kita, Edbert orang yang perhatian dan bersungguh-sungguh saat berbicara. Dia juga mencintaimu. Jadi, jangan khawatir kalau hidupmu akan sulit atau kesepian,” terangnya diakhiri tepukan pada paha sebanyak tiga kali supaya kembarannya tidak perlu risau.
Cathleen menengok ke arah Madhiaz yang tengah memfokuskan pandangan ke depan. “Tapi, aku tidak menikah dengan Edbert,” celetuknya.
Dan berhasil membuat Madhiaz merubah posisi kepala menjadi bersitatap dengan Cathleen. “Kau sudah putus dengan Edbert?”
Kepala Cathleen menggeleng pelan, wajanya tampak sendu. “Belum, tapi aku sudah tak mencintainya lagi.”
Madhiaz jadi tertarik mengulik tentang calon suami Cathleen. Dia mengaktifkan fitur auto pilot supaya mobil bisa bergerak sendiri. Sudah lama tak saling bertukar cerita karena terlalu sibuk, sampai ia tak tahu perkembangan hubungan saudarinya. “Bagaimana bisa kau masih berstatus sebagai kekasih Edbert, tapi menikah dengan pria lain. Apa kau selingkuh?”
Cathleen lagi-lagi menggeleng. “Ceritanya panjang, pasti kau tak akan percaya dengan apa yang aku katakan, karena kau sama saja dengan orang tua kita yang menganggap benar semua hal yang sudah kalian lihat, bukan sekedar omongan dari orang.”
Madhiaz menyentuh stir kemudi dengan sedikit menggoyangkan, supaya fitur auto pilot tetap aktif dan bisa mendeteksi situasi jalan. Meskipun teknologi kendaraan roda empat saat ini sudah dikembangkan lebih canggih, tapi tetap saja masih butuh pengawasan manusia.
Sembari mengawasi jalanan, Madhiaz mengajukan pertanyaan pada Cathleen. “Lalu, kau akan menikah dengan siapa?”
“Gerald,” jawab Cathleen. Madhiaz adalah orang yang pertama kali diberi tahu karena dia percaya jika saudaranya itu tidak mungkin berniat menggagalkan pernikahannya.
...*****...
...Gagalin aja Madhiaz, biar stock coganku aman wkwk...
