Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 19# CEO Baru
Alea memasuki Ballroom yang sudah dipadati ratusan undangan yang saling bercengkrama dan bertukar kabar. Gadis itu celingukan sendiri, tidak mengerti apa yang akan dia lakukan di dalam sini. Wajah-wajah yang menghiasi area Ballroom tidak satupun yang familier baginya, membuat ia semakin merasa terasingkan.
"Hei, lagi nyari siapa lu?" Tepukan di bahu Alea membuat ia memalingkan wajahnya melihat siapa yang telah menegurnya.
"Eh, kamu No? Aku ga lagi nyari siapa-siapa kok. Cuma lagi ngeliat aja siapa tau ada seseorang yang aku kenal di dalam sini," Ucap Alea jujur.
"Ada yang lu kenal" Tanya Nino. Alea hanya menggelengkan kepala dengan tidak bersemangat.
"Yaudah kan lu kenal gue. Gue temenin?" Nino mengerlingkan sembari menggantungkan tangannya meminta Alea menggandeng tangannya melalui kerlingan matanya.
"Makasih yah udah mau nemenin. Ga enak banget ada di dalam tempat segede ini dengan orang sebanyak ini kalau harus sendirian. Kaya anak hilang jadinya," Ungkap Alea dengan menyungginkan senyum ramah di bibirnya. Namun, Alea tidak menyambar tangan Nino, membuat pemuda itu cemberut dan menurunkan tangannya.
"Ya udah deh, kita kesana aja yuk," Tunjuk Nino pada sebuah meja yang terletak tidak jauh dari panggung.
Alea menganggukkan kepalanya dan mengekori Nino berjalan ke arah yang ditunjukkan asisten pribadi suaminya itu.
"Hai, Nino. Wah tumben, sekarang bawa gandengan?" Tanya seorang pria yang menghampiri Nino dan Alea saat mereka baru saja mendaratkan bokongnya pada kursi di depan panggung.
"Cakep ga?" Tanya Nino memainkan alisnya naik turun, mencoba menyombongkan diri.
"Kecakepan malah buat lu," Ucap pria itu sembari memandangi Alea dengan seksama.
"Kenalin ini Alea. Alea ini Zainal, temennya Ravka sekaligus partner bisnisnya,"
"Hai, Panggil aja Zai," Ucap Zai seraya mengulurkan tangannya.
"Alea," Ucap Alea sembari menyambut jabatan tangan Zai.
"Kamu beneran gandengan si cecunguk ini?" Tanya Zai tidak mempercayai ucapan Nino. Alea menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Tuh kan, gue bilang juga apa. Mana percaya gue lu punya gandengan secakep ini," Ucap Zai santai. Ia semakin memaniskan senyumnya pada wajah cantik nan imut milik Alea.
"Ah ga asik lu Al. Bilang iya kek, biar sekali-kali gue bisa nyombong dikit. Dia aspri barunya Ravka,"
"Kalo mau pamer itu mestinya lu janjian dulu biar ga malu-maluin," Zainal tergelak melihat tampang manyun yang dipasang oleh Nino.
"By the way, kok Ravka punya aspri baru? Terus, lu mundur nih kerja sama Ravka?" Tanya Zainal kepada Nino.
"Si Boss lagi baek hati kali. Gue di kasih temen. Biar ga enek liatin dia mulu,"
"Gue laporin lu sama Ravka bilang enek liat dia," Ucap Zai.
"Ga asik lu,"
"Oh ya, Ravkanya mana?" Tanya Zai kemudian. Nino hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban atas pertanyaan teman semasa sekolahnya itu.
"Gue boleh gabung disini kan?" Tanya Zai yang langsung menyambar kursi di sebelah Alea tanpa menunggu jawaban dari Alea ataupun Nino.
Zai mencoba melibatkan Alea dalam obrolan seru sembari menatap gadis itu dengan penuh kekaguman. Sejak pertama melihat Alea berjalan disamping Nino tadi, gadis itu seperti sebuah magnet yang menariknya. Kecantikan dan kelembutan melebur dalam raut wajah yang dipancarkan Alea. Membuat Zai begitu terpikat. Untung saja kekhawatirannya bahwa Alea adalah pasangan Nino tidak terbukti adanya, sehingga membuat pemuda itu bersorak dalam hati. Seolah diberi kartu pass untuk bisa mendekati gadis manis dihadapannya saat ini.
"Selamat malam para hadirin sekalin," Suara yang menggema di dalam Ballroom mengalihkan seluruh perhatian tamu undangan dari kegiatannya masing-masing. Sepasang Master Ceremony yang sering Alea lihat di layar kaca membuka acara malam itu.
Berbagai susunan acara dibacakan oleh kedua MC tersebut dengan seksama.
"Baiklah sebelum kita masuk ke dalam acara inti yakni lelang berbagai barang-barang limited edition yang memang sengaja disiapkan untuk acara malam ini, kita akan dengar terlebih dahulu sepatah dua patah kata dari Chairman Dinata Group yang sekaligus merupakan donatur utama kegiatan ini setiap tahunnya. Kita sambut Bapak Bayu Dinata," Ucap MC itu.
Alea memperhatikan seorang pria sepuh berjalan menggunakan tongkatnya ke arah panggung. Mata Alea terpaku pada sekumpulan orang yang duduk di meja tempat Bayu tadi beranjak. Disana ia melihat keluarga suaminya berkumpul. Tanpa ada yang menyadari keberadaannya di dalam ruangan ini.
Mata Alea terus mencari keberadaan Ravka disana yang sama sekali tidak ia lihat batang hidungnya. Ia bahkan tidak mendengar entah apa yang Bayu katakan di depan sana karena terlalu fokus mencari keberadaan suaminya.
"Kamu lagi nyari siapa sih?" Tanya Zai menarik kembali perhatian Alea.
"Eh, bukan siapa-siapa," Jawab Alea kemudian. Ia kembali berbincang dengan Zai sambil sesekali memperhatikan betapa gagahnya Kakek suaminya itu ketika berbicara di atas panggung, meski usianya sudah tidak lagi muda.
"Baiklah akhir kata saya mengucapkan selamat menikmati acara malam ini," Ucap Bayu menutup sambutannya. "Tapi sebelum kita memulai acara lelang saya ingin mengumumkan tentang pernikahan cucu saya,"
Perkataan Bayu membuat jantung Alea berdegup kencang. Pikirannya berlarian kemana-mana. Apakah mungkin Kakek Bayu akan memperkenalkannya sebagai menantu kekuarga Dinata malam ini? Tanya hati kecil gadis itu.
"Saya akan memanggil sepasang pengantin baru untuk naik ke atas panggung. Alex dan Sherly, kemarilah," Ucap Bayu dengan senyum kebanggaan memenuhi wajahnya. Alea mulai menata kembali hatinya menutup kekecewaan yang bersarang disana. Dia sudah mulai belajar menelan pil pahit kekecewaan di dalam keluarga baru nya ini.
Tepukan riuh membahana di dalam ruangan ketika Alex dan Sherly sudah naik ke atas panggung. Bayu kemudian mengenalkan keduanya sebagai cucu dan cucu mantu kebanggaan keluarga. Membuat hati Alea kembali menghentakkan dadanya.
"Pada kesempatan ini juga, saya akan mengumumkan bahwa Mulai esok Senin saya akan pensiun. Karena orang yang sudah berkaki tiga seperti saya sudah tidak layak memimpin perusahaan sebesar Dinata Group," Ucap Bayu sembari mengacungkan tongkatnya ke udara. Yang disambut tawa oleh para hadirin di dalam Ballroom menanggapi kelakar lelaki yang rambutnya sudah rata dipenuhi uban.
"Karena itu saya rasa sudah saatnya yang muda yang berkarya untuk memajukan Dinata Group dibawah pimpinan CEO baru yakni cucu saya Alex," Lanjut Bayu kemudian.
"Apa?" Seru dua pria yang duduk di sebelah Alea berbarengan. Gadis itu tidak dapat memahami kenapa dua pemuda di dekatnya itu seolah terkejut mendengar pengumuman dari Kakek Bayu.
"Kok bisa Alex yang diangkat jadi CEO baru?" Tanya Zai melemparkan wajah penuh tanya kepada Nino.
"Yah gue juga ga tau. Selama ini Ravka yang disiapkan untuk mengambil alih perusahaan. Gue juga heran, kenapa jadi Alex sih?"
"Nah lu, asisten pribadinya Ravka kok sampai bisa ga tau hal sebesar ini sih?"
"Lha minggu kemaren juga masih Ravka yang disiapin buat ambil alih kok. Setelah itu semua fokus pada persiapan acara ini dan acara pernikahan. Orang Ravka ga jadi nikah aja, gue baru tau kemaren pas dateng ke acaranya,"
"Seriusan lu, No?" Tanya Zai heran. "Gue aja udah siap-siap dateng ke acaranya kalau bukan karena Dandi telpon gue bilang Ravka lagi nge-gym,"
"Tuh anak kacau banget kemaren. Gue aja ga pernah liat dia minum-minum. Semalem dia malah mabok. Kita udah pada bubar, mesti jemout dia lagi ke rumahnya karena dia ngajak minum lagi. Yaudah daripada tuh anak kenapa-napa kita temenin dia sampe pagi," Tambah Zai lagi.
"Ravka mabok?" Tanya Nino tidak percaya. "Sejak kapan tu anak jadi bisa minum?"
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler