Menjadi anak haram bukanlah kemauan Melia, jika dia bisa memilih takdir, mungkin akan lebih memilih hidup dalam keluarga yang utuh tanpa masalah.
Melia Zain, karena kebaikan hatinya menolong seseorang di satu malam membuat dirinya kehilangan kesucian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Melia tertekan, namun mau tak mau ia mengikuti kemauan ibunya.
"Huh, kalau sampai nanti dia berani macam-macam lagi, akan aku tendang asetnya kembali," ucap Melia berusaha menenangkan diri.
Melia mengikuti langkah Alan yang mrmbawanya ke sebuah lift khusus. Mungkin lift itu hanya digunakan oleh orang-orang penting seperti Kevin.
"Mari nona?" ucap Alan mempersilahkan Melia masuk ke dalam lift lebih dulu.
Benar-benar laki-laki yang sangat baik, sayang sekali dia asistennya Kevin.
Melia mengangguk canggung, terlebih saat berada di dalam lift berdua. Namun, ia bernapas lega saat tak lama kemudian sampai di lantai paling atas. Tempat dimana ruang CEO berada.
"Silahkan, Nona. Ke-, ehm Tuan sudah menunggu anda di dalam ruangan!" ucap Alan.
"Terima kasih," ucap Melia saat asisten pribadi Kevin itu pamit undur diri.
Menghela napas kasar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Entah gugup atau perasaan aneh, yang jelas saat ini ia masih mematung untuk sekian detik di depan pintu.
Tanpa mengetuk lebih dulu, Melia menerobos masuk ke ruangan Kevin.
"Selamat siang, Tuan muda Louis," sapa Melia selembut mungkin.
Kevin yang menunggu pun tercengang dengan suara lembut itu juga kehadiran Melia, rambut panjang tergerai berkilau, wajah putih bersih cantik dengan hidung mancung, riasan tipis dan polesan warna pink di bibir sungguh membuat sosok Melia terlihat sangat cantik dan imut. Dress navy diatas lutut dengan aksen mutiara sederhana. Tidak mencolok namun terlihat sangat elegan di tubuh Melia. Hya, dalam sekejap mampu membius siapapun yang memandang.
Mereka sama-sama terdiam dengan mata saling beradu.
Kevin terpaku, jika biasanya ia akan menyuruh keluar orang yang lancang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. Kali ini pesona dan kecantikan Melia mampu membuat ia tak bisa menyuruh Melia pergi. Hya, saking terkejutnya Kevin sampai mengabaikan kebiasaannya mengusir orang yang dengan lancang masuk ke dalam ruangannya.
***
Melia sejenak memperhatikan wajah Kevin, wajah yang pernah ia katai tua dan jelek itu jelas berbeda. Rahang tegas, dengan setelan jass hitam rapi, tubuhnya yang gagah serta pesona wajah yang mampu membuat ia diam di tempat. Jujur saja, jiks bukan karena Kevin pernah memaksanya melakukan hubungan malam itu, jika Kevin tidak merenggut kesuciannya paksa dan mengatainya matre, jika Kevin tak berselingkuh dengan wanita lain di bar toilet. Mungkin, Melia akan jatuh cinta dan langsung menyukai sosok Kevin. Sayang, pertemuan pertama yang sial membuat Melia menjadi benci akan sosok yang saat ini ada di hadapannya.
"Astaga," ucap Melia tersadar saat dirinya justru melamunkan Kevin.
"Em, apa kamu tau aku akan datang?" tanya Melia, kemudian memilih duduk di sofa.
"Iya, aku tahu memang kenapa?"
"Bagaimana bisa tahu?"
"Tante Sintia sendiri yang memberitahuku, bahwa kamu akan datang kesini!" ucap Kevin namun dengan mata sibuk menatap kertas-kertas bertumpuk di atas meja. Meski dibalik itu, diam-diam ia memperhatikan Melia dari awal masuk hingga saat ini, bahkan tak bisa lepas memperhatikannya meski hanya lewat sorot mata.
"Oh, jadi ibuku yang memberitahumu, apa itu mungkin? Ibuku tidak mungkin melakukannya, karena ibu tidak memiliki ponsel untuk menghubungi kamu."
"Oh ya, coba kalau begitu cek pesan terkirim di ponselmu. Siapa tahu justru kamu sendiri yang mengirim pesan padaku," Kevin berusaha untuk tidak tertawa meski wanita cantik di hadapannya saat ini sangat lucu dan menggemaskan.
Melia pun meraih ponsel di tas kecilnga, menscroll layar guna mengecek pesan terkirim. Disana ia menemukan pesan bahwa dirinya akan datang ke kantor LS group khusus untuk membawakan makan siang.
Melia menepuk jidatnya, tak habis fikir dengan pesan terkirim dalam ponselnya, tiba-tiba ia teringat jikalau tadi sang ibu sempat meminjam ponsel saat dirinya sedang make over di dalam.
Melia menunduk, ia benar-benar malu, meskipun bukan dirinya yang mengirim pesan. Wajahnya bersemu merah dan enggan menatap ke arah Kevin. Meskipun Kevin sendiri terlihat sibuk memeriksa dokumen dokumen di atas meja.
"Oh, ya dimana makan siangku?" tanya Kevin kali ini menatap mata Melia langsung.
Deg
Deg
Deg
Jantung Melia berdetak cepat hanya karena sebuah pertanyaan makan siang yang di lontarkan oleh Kevin.
Ya Tuhan,
Ada apa dengan jantungku, kenapa rasanya mau copot astaga, kenapa tiba-tiba sekujur tubuhku beku,
Bahkan mampu menerbangkan kupu-kupu di perutku dengan pertanyaan simplenya.
Jangan-jangan aku sakit?
Melia bergelud dengan fikirannya, entah kenapa ia justru terpaku begitu lama hingga deheman suara Kevin yang khas membuyarkan lamunanya.
"Ehmmm, mana makan siangku Mel? Bukankah kamu datang khusus mengantarkan makan siang spesial untukku?" ulang Kevin dengan senyum seringai tipis.
Terus terang ia sangat ingin melihat, dengan cara apa Melia menggodanya kali ini. Ia berharap dapat melihat trik Melia untuk menggodanya.
Alan menempelkan telinganya di pintu, berharap sedikit saja bisa mendengar percakapan mereka. Sayangnya, berulang kali merubah posisi tak berhasil membuatnya mendengar apapun.
"Mereka ngapain ya, jangan-jangan melakukannya lagi," pikir Alan di luar.
***
Seberapa jauh aku datang?
Dimana kau?
Ketakutan yang tidak diketahui tengah berdiri di depanku
Aku mencari
tanganmu dalam kegelapan
Ketika aku merasakanmu, aku akan terbang ke langit
Melukis mimpimu di dalam hatimu
Ketika terasa sulit, terimalah
Pundak lebarku dan hatiku
akan memelukmu yang lelah
Jadi kau tidak perlu takut
Kau tidak punya alasan untuk menangis
Seluruh dunia bernyanyi untukmu
Aku adalah bintang yang bersinar terang
di langit malam
Aku pernah jatuh sekali, aku akan
memiliki kekuatan, itu akan baik-baik saja
Aku di sini
Kau cantik sebagaimana kau apa adanya
Masa depan yang mempesona dan cerah
Di depan mataku
Setiap langkah yang aku ambil,
Energi positif melingkupi sekelilingku
Sebuah bunga baru saja jatuh tertiup angin mekar lebar
Berteriaklah keras...
Satu hal, hanya satu hal
Ingat itu
Tidak ada lagi kesedihan
Bahkan jika dunia menyakitimu dan menipumu
Aku akan memelukmu
Aku akan melepas seluruh tubuhku
Menuju mimpi-mimpiku
Aku akan menyelam ke laut besar
Tanpa rasa takut
Aku tidak takut
tidak takut
Aku tidak takut
Melia tersadar, lagi-lagi ia melamun memikirkan tentang sosok yang saat ini ada di hadapannya dengan langkah ragu ia bangkit dari sofa, membawa termos bekal dan meletakkannya di depan Kevin.
"Ini makan siang untukmu, maaf hanya masakan sederhana. Tapi aku harap kamu mau sedikit saja mencicipinya,"
Melia tampak bergetar emnunggu respon Kevin, sangat berbeda saat mereka bertemu di malam kelam itu. Dan ini adalah pertemuan kedua bagi mereka, semua terasa beda.
Kevin terlihat sangat tampan dan sempurna serta sifatnya yang mirip CEO arogan ala novel-novel.
menikah Dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan Mampir
tp kasian deh sama Mel.. pasti dia takut ibunya kecewa karena tidak perawan lagi
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir