Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang patah
"Julia?"
Siena menatap putrinya dengan ragu. Ia memperhatikan tubuh Julia yang bergetar dari belakang.
"Iya mama." Julia mengusap air matanya dengan cepat. Tidak ingin tertangkap basah sedang menangis.
"Kamu okey?" Siena memasuki kamar putri sulungnya itu.
"Aku baik mama." Julia menegakkan duduknya dan menoleh dengan seutas senyuman.
Meski hatinya saai ini sakit. Tapi Julia tidak ingin membebani mamanya. Ia tidak mau mamanya drop dan jatuh sakit lagi karena memikirkannya.
"Kamu tidak bisa berbohong pada mama sayang."
Siena dengan perlahan duduk di atas ranjang Julia, mengulurkan tangan dan mengusap pipi sang putri yang masih sedikit lembap.
"Mama sangat tahu kapan putri mama berbohong." Ia menatap putrinya dengan lembut.
Ucapan penuh kasih sayang itu. Di sertai tatapannya yang lembut, meruntuhkan pertahanan diri Julia.
"Mama.... Hiks.... Hiks...."
Julia menunduk dan kembali menangis. Bahkan tangisannya kali ini semakin pilu. Ia tidak menahan rasa sakit itu di hadapan mamanya lagi.
"Ada yang menyakitimu ya?" Siena dengan lembut menarik Julia dalam dekapannya. Mengelus surai lembut putrinya dengan perlahan.
Ikut merasa sedih melihat Julia yang menangis tersedu - sedu. Sebagai seorang ibu, ia merasa sedih melihat tangisan putrinya.
Juli adalah wanita yang kuat dan mandiri. Bahkan ia rela menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Tidak pernah ia melihat Julia menangis sesedih ini sebelumnya.
Seolah ada yang menyakiti Julia begitu dalam.
Bahkan saat ada orang yang mengejeknya karena pekerjaan yang ia miliki. Julia tetap tegar dan tidak tersakiti oleh semua itu.
Namun sekarang, kenapa Julia terlihat sangat rapuh dan tidak berdaya?
"Mama. Ia tidak menyukai Julia seperti yang Julia rasakan." Julia menatap mamanya dengan air mata berlinang.
"Ia tidak menyukai Julia mama." Julia kembali bersuara.
Siena terdiam mendengar curahan Julia. Sepertinya ia paham maksud putrinya itu.
"Jika seorang lelaki itu di takdirkan untuk bersama denganmu. Maka hati kalian pasti akan didekatkan oleh yang kuasa. Kalian pasti akan dipertemukan oleh takdir jika saatnya sudah tepat." Mengelus rambu putrinya dengan sayang. Siena bersikap bijak menyikapi Julia yang sepertinya sedang patah hati.
"Tapi jika lelaki itu bukan takdirmu. Maka kalian pasti akan berpisah, tidak peduli seberapa besar kamu menyukainya." Siena juga menambahkan.
"Kehilangan seseorang lebih awal akan membuatmu kuat. Dan lebih selektif lagi Julia. Ini bukan akhir. Mungkin saja kamu akan menemukan lelaki yang lebih baik nantinya." Siena menenangkan putrinya dengan lembut. Tidak ingin Julia merasa sendirian.
"Hiks...... Hiks...... Hiks."
Tangisan Julia semakin pilu mendengar ucapan mamanya. Mengingat kembali ucapan sinis dan hinaan yang di lontarkan oleh Matt padanya.
Hanya karena pekerjaannya, ia di cap sebagai wanita bayaran. Belum lagi hinaan lain yang ia terima dari Matt, maupun dari orang lain selama ini. Semua itu seolah menyatu dalma rasa sakit yang semakin besar.
"Tidak akan ada lelaki yang lain mama. Tidak akan ada." Julia geleng kepala dan menatap mamanya semakin sedih.
"Pasti ada sayang. Kamu hanya perlu bangkit dan tersenÿum lagi. Mama yakin paati ada seorang lelaki yang di takdirkan untukmu." Kembali Siena menenangkan Julia.
"Tidak akan ada mama. Sama seperti orang yang ada di lingkungan kita. Yang memandang remeh pekerjaanku di klub. Maka lelaki lain yang datang juga akan berpikiran sama." Julia menahan tangisnya yang semakin pilu.
"Mereka yang datang hanya akan kembali mengejek dan menghinaku mama. Mereka akan selalu mencibirku." Julia tertunduk semakin dalam.
"Apa maksudmu Julia?" Siena merasa hatinya nyeri karena ucapan itu.
"Mama, lelaki itu berkata bahwa aku adalah seorang wanita penghibur. Hanya pantas menjadi wanita bayaran. Dan tidak perlu berakting sebagai wanita polos." Julia mengusap air matanya kembali.
Yang lebih sakit ia rasakan, saat Matt menyamakannya dengan wanita haus belaian, seperti wanita yang selama ini Matt kenal.
Lelaki itu memang seorang bajingan! Seorang lelaki yang memandang rendah Julia karena profesinya.
"Apa karena Julia berkerja di klub, sehingga tidak berhak untuk dicintai mama? Apa karena pekerjaan itu Julia tidak berhak mendapat kebahagiaan mama? Kenapa semua orang menilai pekerjaan Julia sangat hina mama? Kenapa?" Julia menatap mamanya dengan rasa sedih tidak tertahankan.
'Nyut!'
Hati Siena teriris melihat Julia yang menangis pilu. Terlebih mendengar rintihan hati itu.
Ia seketika merasa tidak berguna sebagai seorang ibu. Seharusnya Julia tidak perlu melewati semua itu. Seharusnya semua beban dan tanggung jawab itu adalah tugasnya. Bukan Julia.
"Mama apa salah jika aku berharap bahagia? Apa salah jika aku ingin dicintai oleh lelaki yang aku inginkan?"
Kembali pertanyaan mendalam itu membuat Siena merasa teriris. Ia menarik Julia ke dalam pelukannya. Memejamkan mata agar tidak menangis bersama sang putri.
"Maafkan mama karena telah membuatmu berada di posisi sulit ini sayang. Maafkan mama yang tidak berdaya, hingga kamu harus banting tulang demi kita semua. Maafkan mama Julia." Siena bergumam lirih. Kembali menyalahkan dirinya karena kesedihan Julia.
"Mama tidak bersalah." Julia melepaskan pelukan itu.
"Lelaki itu saja yang berpikir terlalu picik. Hingga tidak memiliki hati nurani untuk berpikir lebih baik." Julia membantah permintaan maaf mamanya.
"Aku hanya sedih karena tidak bisa melihat pikiran kotornya itu. Aku terlalu naif dan beranggapan jika ia adalah lelaki yang baik. Aku hanya menangisi kebodohanku mama." Julia juga menambahkan.
Ia tidak mau membuat mamanya memiliki pikiran yang banyak. Oleh karena itu, ia memilih menyudahi tangisannya.
"Terus sekarang apa yang kamu ingin lakukan Julia?" Siena bertanya ragu.
"Tentu saja melanjutkan hidupku seperti sebelum mengenalnya. Aku akan sangat rugi jika memikirkan orang yang tidak pantas aku pikirkan." Julia optimis dengan pilihannya.
"Kamu yakin?" Siena masih ragu.
"Iya mama. Lelaki yang tidak bisa menghargai wanita. Sama sekali tidak ada tempat di hatiku." Sekali lagi Julia meyakinkan mamanya.
"Aku hanya menangisi kebodohanku mama. Karena tidak percaya dengan peringatan Seram Juga karena berpikir terlalu naif. Hanya itu mama."
Siena tidak berkata apapun lagi. Ia juga tidak mau memaksa Julia lagi.
Ia hanya ingin putrinya tidak bersedih soal lelaki yang bahkan tidak ia ketahui siapa. Jika Julia tidak mau membicarakannya lebih jauh.
Ia tidak akan memaksa putrinya tersebut. Tapi satu yang pasti. Ia akan lebih perhatian dengan putrinya ini.
Tidak akan ia biarkan Julia sendirian menghadapi hatinya yang patah. Ia akan menemani putrinya itu untuk bangkit kembali.
"Sebaiknya kamu tidur sayang. Ini sudah larut malam." Siena tersenyum dan mengelus puncak kepala Julia.
"Iya. Mama juga hrus segera tidur. Aku tidak mau mama kembali sakit lagi." Julia mengingatkan.
"Pasti sayang. Mama akan sehat untukmu." Siena akhirnya memilih bangkit dari ranjang Julia.
"Mama jangan ceritakan pada Jena dan Jeni jika aku menangis. Aku tidak ingin mereka berdua cemas." Julia meminta pada mamanya.
"Pasti. Mama akan diam soal ini."
Siena mengangguk sebelum berbalik keluar dari kamar Julia.
..........................
jadi strong woman Thor