Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. PERTEMUAN DEVAN DAN EMBUN
Pagi yang begitu indah.
Mentari bersinar dengan penuh kehangatan. Membiaskan cahayanya dengan begitu sempurna di celah - celah kamar yang berjejer rapi di apartemen itu. Senyumnya mengembang tatkala melihat pantulan dirinya yang sempurna di depan cermin.
Dengan berbalutkan celana berbahan kain dan blouse berwarna pink menjadikan penampilan Embun tampak fresh pagi itu. Rambutnya yang hitam legam ia gerai dengan begitu indah. Manis dan imut. Itulah kesan yang mencerminkan penampilannya saat ini.
"Sempurna." ucapnya seraya memutar tubuhnya di depan cermin.
Perlahan ia berjalan menyusuri koridor apartemen itu. Langkahnya santai namun tetap penuh percaya diri. Itulah yang menjadi nilai lebih kepribadiannya. Optimis dan penuh percaya diri.
Pagi ini adalah hari pertamanya magang di perusahaan yang memberinya program beasiswa. Perlahan kakinya melangkah dengan penuh keyakinan menerobos gedung yang menjulang tinggi itu. Sebuah gedung dengan logo AZARA GRUP yang terletak di pusat kota Paris.
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di lobby gedung. Seorang pria berbalutkan jas warna navy dengan gaya maskulin tampak keluar dari dalam mobil itu. Hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas dan sorot matanya yang tajam menjadi daya pikat tersendiri bagi kaum hawa yang ada disana.
"Suruh semua orang berkumpul di aula." ucap Devan dengan nada tegas dan dingin.
"Baik tuan."
Hingga beberapa saat kemudian, seluruh karyawan telah berkumpul di Aula tempat itu. Pegawai wanita tampak antusias melihat kehadiran Devan di tengah mereka. Seolah mendapatkan berkah tersendiri bagi mereka untuk bisa menatap wajah Bos mereka.
"Selamat pagi semuanya dan selamat datang untuk para peserta magang sekaligus penerima beasiswa AZARA GRUP. Saya hanya ingin menyampaikan, disini ajang untuk kreatifitas, tempat untuk mengasah pengetahuan. Bukan tempat untuk ajang pamer. Jadi kalau kalian hanya ingin sekedar bermain - main disini, lebih baik kalian mundur."
"Siapa sih dia? Kaku banget mukanya. Wajahnya tampan tapi sikapnya dingin." ucapnya dengan lirih.
"Kamu tidak tau? Padahal dia terkenal di dunia mode. Dia pak Dev... CEO disini. auranya memang seperti itu.. Mencekam.. Tapi masih jomblo. Jarang ada slentingan kabar miring tentangnya. Mungkin di dunia mode dia sangat ditakuti, tapi di dunia percintaan cukup miris."
"Oh ya kenalin aku siska. Aku juga magang disini."
"Aku Embun. Salam kenal ya." ucap Embun sembari menyodorkan tangannya.
"Oh ya nanti malam ada pesta penyambutan anak magang. Kamu ikut kan? Kalau iya kita berangkat bareng aja."
Sejenak Embun berpikir. " Baiklah tidak ada salahnya juga. Itung - itung bisa sambil refreshing."
"Kita kumpul di club deket sini ya? Jam 8 malam."
Malam yang panas...
Alunan musik yang dibawakan disjoki menggema, memenuhi penjuru ruang club malam. Tarian erotis menjadi tontonan menarik bagi mereka. Suasana club yang dibuat gelap hanya dibantu lampu sorot yang berputar - putar dan beberapa lampu ambience yang menempel di dinding membuat mereka semakin menggila terbawa suasana.
Di sudut ruangan VIP tempat itu duduk seorang pria dengan sebotol minuman beralkohol. Penampilan sangat bertolak belakang dengan pagi tadi. Rambutnya acak - acakan, wajahnya kusut dan matanya sembab.
Dia adalah Devan.. CEO Azara Grup.
"Kamu dimana sayang ... " sorot matanya seolah menyimpan luka yang sangat dalam.
Perlahan jemarinya mengetuk gelas di meja. Tatapannya kosong. Hingga beberapa saat kemudian tatapan itu teralihkan oleh sosok bayangan yang melintas di depan pintu kaca ruangan itu. Sebuah bayangan yang sangat ia rindukan selama ini. Sebuah bayangan yang mampu memporak porandakan kehidupannya.
"Naya.." Panggilnya dengan suaranya yang serak.
Dengan cepat ia bangun dari duduknya dan berlari mengejar bayangan itu. Suara langkahnya menggema memenuhi lorong tempat itu. Hingga akhirnya tepat di ujung lorong tempat itu...
Brukkk...
Tubuhnya bertabrakan dengan seseorang dan terjatuh menindih seseorang. Seorang wanita dengan dress selutut berwarna maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih. Rambutnya yang diikat tinggi mengekspos lehernya yang putih dan mulus.
"Astaga...." teriak Embun dengan begitu terkejutnya.
"Ih berat banget. Main tabrak aja." ucap Embun seraya menyingkirkan beban berat yang menindih tubuhnya. Namun kedua matanya membulat tatkala melihat siapa pria yang menindihnya saat ini.
"Hah.. Pak Dev... Bukankah dia CEO tempatku magang? Apa yang terjadi dengannya? Kenapa bisa sampai mabuk seperti ini?" gumamnya lirih.
"Pelayan... Tolong bantu membawanya ke taksi." ucap Embun kepada salah satu pelayang yang kebetulan berpapasan melewatinya.
Dua orang pelayan memapah tubuh itu dengan sempoyongan menuju ke taksi yang sudah dipesan Embun.
Embun bergegas naik ke dalam taksi tersebut. "Pak Dev, alamat rumahnya dimana? Aku akan mengantarkan pulang." ucapnya seraya menepuk lengan Devan dengan pelan.
Namun nihil tidak ada jawaban apapun. Hanya gumaman lirih yang terdengar. "Aku sangat merindukanmu sayang. Kamu dimana?"
"Aku bawa saja ke apartemenku biar bisa istirahat disana."
Tanpa Embun sadari sebuah kisah bermula dari sini. Sebuah kisah yang saling terkait satu sama lain. Kisah yang menghubungkan masa lalu Naya dan masa depan Embun.
mereka perawat tapi sikapnya tidak mencerminkan pekerjaannya
tunggu balasan pedih dari orang yang disakitinya😬