"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19.ttm
Akhirnya mereka tiba di taman yang di tumbuhi bunga warna warni yang sangat indah.
Air mata wanita itu hampir tumpah merasa terharu dengan keindahan di depan matanya.
Dia mulai berjalan beberapa langkah dan menghirup aroma harum dari setiap kuntum mekar itu.
Tanpa dia sadari, kini Jefan sudah ada disampingnya dan tanpa mengatakan apa apa dia menarik tubuh Jeslin agar menghadap ke arahnya.
Hanya senyuman hangat yang terpancar di bibirnya sambil menyingkap rambut Jeslin kebelakang telinganya. Belum selesai dengan itu, dia menaruh bunga di atas telinga Jeslin.
Tentu saja Jeslin merasa salting parah dengan perlakuan Jefan. Matanya menatap tanpa berkedip dengan degub jantung yang sudah tidak beraturan lagi.
"ah... oh my God.... apa apa an ini semesta... tolong sadarkan aku.... ini so sweet banget! " ucapnya dalam pikirannya mencoba menyembunyikan rasa saltingnya tapi malah bisa di tebak dari pipinya yang sudah seperti tomat matang.
"udah jangan lupa berkedip nanti kemasukan debu! " bisik Jefan sambil menyentil hidung mancung Jeslin untuk menyadarkannya.
"what?? " ucapnya tak bisa lagi berkata kata merasa sedang tercyduk mengagumi perlakuan tadi.
"Jes, kamu nikmati dulu aja yah aku lagi ada urusan sebentar. Tuh aku duduk di bawah pohon sebelah sana... kalau butuh panggil aja oke? " Kata Jefan tiba tiba.
"oke bos... " jawab Jeslin sambil melambaikan tangannya.
Jefan berjalan menjauh dan segera berbicara dengan seseorang di telponnya.
Jeslin yang melihat hal itu hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali menikmati keindahan itu.
Hampir setengah jam berlalu, Jeslin duduk di tengah taman dengan bayang bayang Alaska mulai menghantui pikirannya.
"Al.... lo memang bangsat!!! Kenapa lo lebih memilih Karolin ditimbang gua?? Kurang gua apa?? " teriaknya setelah memastikan tidak ada orang di dekatnya.
"aaa..... " teriaknya lagi sambil menahan air matanya.
"menangis aja kalo lo memang pengen nangis. " ucap Jefan yang ternyata sudah ada di belakangnya.
"lo?? sejak kapan lo disini? " tanya Jeslin kaget bukan main.
"Sejak tadi aku ngikutin kamu tapi kamu terlalu banyak pikiran kelihatannya jadi aku jaga jarak beberapa langkah. " jawabnya sambil duduk di sampingnya.
"Bukannya lo ada urusan... "
"Cuman urusan kecil udah ditangani orang orang ku! "
"hmm.. baiklah! " jawab Jeslin sambil terus menahan air matanya.
"Sini nangis!! Kalau kamu gak kuat nangis aja jangan ditahan. Itu sakit! " ucap Jefan sambil menarik kepala Jeslin bersandar padanya.
Jeslin tidak mengerti kenapa pria ini se peduli itu padanya. Yang dia lakukan hanya menangis tanpa berbicara apapun.
Setelah merasa tenang, Jefan baru membuka obrolan lagi.
"Jes, sakit hati karna putus cinta memang salah satu hal yang paling menyakitkan. Tapi... percayalah sesuatu yang sudah di haruskan menjadi milikmu pasti akan kembali. But... ketika sesuatu yang tidak seharusnya menjadi milikmu, walau sekeras apa kamu menahannya itu akan di ambil walau dengan cara paksa sekalipun. Itu terjadi bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik yang telah disiapkan untukmu! " Ucap Jefan sambil mengusap rambut Jeslin.
"i know... but... ini sakit you know? Wanita mana yang tidak akan hancur ketika kekasihnya di rebut saudari sepupunya sendiri Jef? " Jawabnya menunjukkan rasa kecewa yang teramat dalam.
"oke.. oke... i'm sorry. Tapi jika kamu datang ke kota ini hanya untuk menangisi pria itu, buat apa Jes? Buat menyembunyikan luka itu dari nya dan menunjukkan bahwa kamu baik baik saja tanpanya begitu? " Ucap Jefan terlalu nafsu dengan emosinya.
"Itu bukan urusan lo!! Sekali lagi gue bilang, itu bukan urusan lo! Lo terlalu ikut campur tau ga? " teriak Jeslin marah sambil mendorong dada Jefan menjauh darinya.
Tanpa memperdulikan pria itu lagi, Jeslin berlari tanpa tujuan meninggalkan nya. Sementara Jefan merasa sangat menyesal dengan kata katanya yang mungkin menyakiti hati wanita itu.
"agh.. Bodoh!!apa yang lo lakuin Jef? " ucapnya geram sambil memukul kursi tempatnya duduk dengan kedua tangannya.
Dia mengambil arah jalan lain untuk meredakan amarahnya.
Hari mulai malam, akhirnya Jefan sampai di penginapan. Dia mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Dia menunggu mengira Jeslin sedang tertidur karna kelelahan di depan pintu.
"Maaf tuan, kenapa anda di luar? " tanya seorang petugas kebersihan yang kebetulan lewat.
"yah.. sepertinya dia sedang ketiduran dan mengunci pintu! " ucapnya sambil berdiri.
"Siapa tuan... istri anda? Tapi saya belum melihat ada orang yang masuk kesini sejak siang tadi! " Jawab petugas itu dengan ekspresi meyakinkan.
"Apa maksud anda? Jangan macam macam! " ucap Jefan sedikit marah sambil mengangkat kerah petugas itu.
"Tuan tenang dulu... Aku tidak bohong, saya bertugas membersihkan penginapan hari ini dan belum ada yang memasuki kamar anda. Jika tidak percaya boleh cek CCTV. " petugas itu mencoba menjelaskan dengan nada agak gemetar ketakutan.
"Ah... maaf maaf! " jawab Jefan melepaskannya segera berlari keluar untuk melihat ke arah jalan. Dia ingat kalau kunci ada di tas nya dan tambah panik saat ingat kalau Jeslin belum tau jalan jalan kota itu.
"Duh Jes... kamu dimana? " Ucapnya gemetar sambil mencoba menghubungi wanita itu.
Beruntungnya, langsung di respon cepat.
"halo.. Jef... Gua tersesat ini gua gak tau ada dimana... please help me... " ucapnya sambil menangis ketakutan.
"oke.. oke... lo tenang dulu... Sekarang share lock aku langsung kesana. "
"Ini gua tersesat di jalan gelap penuh dengan pepohonan, dan batre gua tinggal satu persen... bantuin g..... " suara nya kepotong karna HP nya tiba tiba mati.
"halo... halo Jes... Halo... Agh.. Jeslin lo dimana?" teriaknya.
Jefan mulai menenangkan dirinya dan mulai berpikir tentang kata kata tersesat di jalan gelap penuh pepohonan sebelum telpon itu mati.
"oke... kayaknya gua tau tempat ini! Semoga aja gak salah! " gumamnya sambil berlari sekuat tenaga secepat mungkin ke tempat itu.
Setengah jam mencari tak menemukan jejak, dia hampir putus asa. Hingga dia melihat bayangan kecil diantara pepohonan di terangi cahaya bulan.
Dia mendekat untuk memastikan.
"Jefan.... its you... " teriak wanita itu dengan nada sangat senang.
"Jeslin.... Are you oke? kamu gak kenapa napa kan? " tanya Jefan langsung memeluk tubuh itu dengan erat.
"i'm okay... please aku gak bisa napas! "
"ah maaf... " melepaskan pelukannya.
Jefan menggenggam tangan Jeslin dan membawanya ke penginapan.
"Kamu cerita setelah kita sampai di rumah yah! " pinta Jefan lembut.
Dia mengangguk sambil mengeratkan pegangannya.
Tapi Jefan menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan kaki wanita itu. Tanpa aba aba, dia langsung menunduk membelakangi Jeslin tepat di depannya.
"lo mau ngapain Jef? " tanya nya agak kaget.
"Ayok naik! gua tau kaki lo terkilir, gak usah pura pura kuat! "pintanya tanpa basa basi.
"Gua gak kenapa kenapa Jef... "
"Jes.. please!!! nurut kali ini! " potong Jefan.
Akhirnya, mau tidak mau Jeslin nurut juga karna memang benar pergelangan kaki kirinya sangat perih seperti terbakar karna gelap dia tidak memperhatikan ada lobang di depan hingga terjatuh.
"Jef... lo hangat!! " Ucap Jeslin lalu tertidur di gendongan pria itu.
"hmm" jawabnya tersenyum sangat senang dengan kata kata singkat itu sambil terus menyusuri jalan menuju penginapan.