Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Permohonan.
Di kediaman Putri.
"Kenapa Yang Mulia meminta saya untuk merobek baju anda. Itu baju Yang Mulia Putri paling bagus." Deana cemberut.
"Diah Na, pa ya." Putri memeluk Deana. Menenangkan sang pelayan darah, bahwa itu hadiah untuk merebut hati, dia ingin dekat dengan salah satu pendeta agar bisa mengetahui tentang penyihir Mike. Salah satunya mendekati dua, pendeta kecil itu.
"Baiklah, Jika Yang Mulia Putri ingin seperti itu."
Mereka kembali ke kediaman di hutan, bunga yang ditanam kemarin di pindahkan oleh Deana. Ada sebuah gubuk beratap daun yang dibuat Deana, semua tumbuhan dia letakkan di sana, walaupun musim gugur, Deana selalu merawat tanaman bunga, menyiramnya dengan air cadangan, sedikit demi sedikit agar tetap segar dan hidup.
"Nga mah!"
"Bunga ini?" tanya Deana. Putri mengangguk.
"Nga nting!"
"Baiklah." Deana memindahkan tiga pot bunga yang katanya sangat penting, bunga itu di masukkan ke dalam kediaman.
Hari demi hari terlewati, mereka selamat di musim gugur dan salju, stok makanan, minum dan tempat tinggal mereka aman. Dan kini, Putri berumur tiga tahun, beberapa hadiah telah di kirimkan ke kediamannya oleh para Selir terdaftar.
"Yang Mulia Putri, sang raja memberikan undangan untuk kita, atas memperingati hari kelahiran putri," kata Deana saat membuka surat undangan yang di kirim raja pada pengawal.
"Kalau begitu, ayo kita ke istana utama, Deana!" jawab Putri. Gadis kecil berumur tiga tahun itu sudah lancar dan bersih bicara.
"Baik, Putri ingin meminta hadiah apa?" tanya Deana.
"Nanti kamu juga Tahu, Deana."
Ngomong-ngomong perihal Jack, putri meminta anak laki-laki itu belajar dan tinggal di rumah orangtuanya untuk belajar memasak pada Kemal Lewis, ayah Jack. Jack akan kembali ke kediaman sekali seminggu. Jika dia tidak menemukan putri dan Deana di kediaman, dia akan pergi ke kediaman di hutan.
Putri memakai baju terbaik, memakai mahkota dan perhiasan terbaik. Pintu gerbang istana utama terbuka, Deana masuk bersama putri yang digendongnya.
"Putri Laeouya Aiziel Nerluc telah tiba!" seru penjaga pintu istana utama. Pintu utama pun terbuka, masuklah Putri bersama Deana.
Para prajurit, pelayan dan yang lebih rendah jabatannya memberikan hormat. Deana menurunkan putri, mereka berdua berjalan ke hadapan sang raja dan ratu.
"Putri Laeouya memberi salam hormat pada Ayahanda Yang Mulia Raja dan Ibunda Yang Mulia Ratu." Putri bersujud bersama Deana. Lalu berkata kembali, "Salam hormat kepada Kakanda Yang Mulia Putra Mahkota." Tubuhnya sedikit diputar ke arah putra mahkota yang berada di samping kanan, sedikit rendah kursinya dari raja dan ratu.
"Hari ini adalah ulang tahunmu, aku akan mengabulkan satu permintaanmu!" Sang Raja berkata.
"Baik, kabulkan satu permintaan saya Yang Mulia, saya punya tiga permohonan." Setelah berkata seperti itu, Putri kembali memberi hormat.
Semua tamu di sana bingung, bahkan Deana juga. "Maaf Yang Mulia Putri, apa maksudnya itu?" Jonkolin bertanya, dia berdiri di belakang Raja.
"Permintaan saya memang satu, tapi satu permintaan itu terikat tiga, jadi saya ingin tiga dalam satu permohonan," jelas putri.
"It—" Jonkolin hendak bicara lagi, namun sang raja mengangkat tangannya.
"Coba aku dengar, satu permintaan terikat tiga itu," kata Raja.
"Saya ingin memberi nama pada tanah warisan yang dimiliki ibu saya, menjadi Istana Bunga, namun tanah saya banyak kurangnya dan tidak seluas istana para Ibu Selir, oleh karena itu permintaan pertama saya, saya ingin meminta hadiah tanah di sebelah kanan, tanah berbatu yang luas itu hingga perbatasan kerajaan Pan."
"Permintaan kedua, tolong berikan saya pelayan budak laki-laki 30 orang, pelayan budak wanita 30 orang, prajurit darah kavaleri 3 orang, prajurit darah sniffer 3 orang, prajurit darah infanteri 3 orang, koki darah 3 orang."
"Permintaan ketiga saya, berikan saya tiga kotak hadiah besar dan banyak, satu kotak kepingan emas, satu kotak koin, dan satu kotak besar kain serta alat-alat tukang. Itulah satu permintaan saya yang terikat tiga Yang Mulia Ayahanda. Mohon kabulkanlah keinginan hamba yang tak punya kekuasaan, kekuatan dan kekayaan ini."
Beberapa saat Raja dan semuanya diam. Setelah berpikir, kemudian Raja bertanya kembali. "Bisakah putri menjelaskan tiga keinginan itu yang katanya tiga serangkai yang tak bisa di pisahkan? Bukankah itu permintaan yang saling berbeda satu sama lain."
"Permintaan pertama adalah tanah. Saya anak selir dari rakyat jelata, tak memiliki wilayah kekuasaan, tak ada harta dan kekuasaan, oleh kareta itu, saya ingin memiliki tanah kekuasaan yang luas, tanah berbatu di sebelah kanan tanah saya adalah tanah yang luas sampai perbatasan kerajaan Pan."
"Hubungannya dengan permintaan kedua adalah tenaga, saya tidak memiliki apa-apa kecuali Deana, oleh karena itu butuh pelayan budak yang tak perlu saya gaji, karena mereka hidup demi diri saya sebagai budak, Ayahanda. Sementara prajurit darah agar mereka bisa melatih dan memimpin para pelayan untuk menggarap tanah berbatu itu dan Koko darah adalah orang yang akan memasak untuk mereka yang bekerja dan tak perlu saya gaji karena koki darah."
"Sementara permintaan ketiga, saya tak memiliki kekayaan, jadi saya harus memberi pelayan dan prajurit makan, pakaian, serta tempat tinggal, agar mereka memiliki tenaga untuk mengelola tanah itu."
"Hamba mohon belas kasihan Yang Mulia dan pengertiannya, mohon kabulkan permintaan hamba sebagai hadiah ulang tahun ke tiga." Putri bersujud sebanyak tiga kali.
Sang raja mengangguk, tak menyangka putri kecil yang berumur tiga tahun akan memikirkan ini, biasanya pangeran atau putri yang berumur tiga tahun tidak memikirkan semacam itu, sang raja melirik Deana, mengira pelayan darah itulah yang telah mendidik dan mengajarkan putri tentang ini.
"Jonkolin."
"Ya, Yang Mulia Raja," jawab Jonkolin, lalu mendekat satu langkah maju ke depan.
"Catat dan kabulkan permintaan Putri," katanya menoleh pada bawahannya itu.
"Selamat bertambah usiamu, Putri Laeouya," ucap Raja mengalihkan pandangan pada Putri.
"Terimakasih banyak Ayahanda."
"Yang Mulia Raja telah mengabulkan permintaan anda Putri, kalau begitu saya juga akan mengabulkan satu permintaan anda, silahkan," kata Ratu.
"Terimakasih Ibunda Ratu. Saya ingin memiliki seluruh bunga yang ada di istana ratu, jadi bisakah saya memiliki anak atau bibit dari bunga-bunga itu, saya ingin menanam bunga-bunga cantik itu di wilayah baru saya."
Sang Ratu tersenyum. "Kau yakin hanya menginginkan itu Putri? Apa tidak ada hal lain?"
"Tidak yang mulia, yang paling saya inginkan adalah bunga cantik yang berharga itu," jawab Putri.
Sang Ratu terdiam beberapa detik. "Baiklah, aku akan memberikan anak-anak bunga di taman istanaku padamu, dan tambahannya, aku juga akan memberikan kamu 3 peti keping emas serta 3 gulung kain dasar, semoga wilayah impianmu segera terwujud, selamat bertambah usia Putri."
Sang Putri bersujud bersama Deana beberapa kali di hadapan Raja dan Ratu. "Terimakasih banyak Yang Mulia Raja, Terimakasih banyak Yang Mulia Ratu."
Putri dan Deana keluar dari istana utama dengan senyum bahagia. "Hahaha, lihat Deana aku punya surat wilayah. Ahahaha!" Putri memamerkan surat wilayah kepemilikan yang telah di cap sah oleh Ratu dan Raja.
"Huh, dasar bodoh! Kenapa kau meminta tanah berbatu itu!" Putri Arunika menghadang langkah putri dan Deana bersama pelayan dan pengawalnya.