RAYYAN hanya memiliki satu tujuan: balas dendam.
Setelah kehilangan ayahnya, misi hidupnya menjadi jelas: menghancurkan musuhnya dengan cara yang paling menyakitkan. Rencana itu dimulai dengan menculik putri musuhnya, menjadikannya tawanan dan alat pembalasan.
Namun, tidak ada yang menyiapkan Rayyan untuk pergolakan emosional yang terjadi selanjutnya. Di balik rencana kejam itu, ia mulai melihat tawanannya bukan lagi sebagai objek, melainkan sebagai seorang wanita yang ia ingin lindungi. Kebencian yang selama ini menjadi kompas hidupnya kini harus bertarung melawan rasa cinta dan sayang yang tiba-tiba muncul.
Terperangkap antara dendam berdarah dan hasrat terlarang, Rayyan menghadapi dilema yang menghancurkan jiwa: Apakah ia akan menuntaskan pembalasan yang telah merenggut segalanya darinya, atau memilih cinta yang bisa membuatnya kehilangan dirinya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
"Ayo nyonya saya akan antarkan anda kekamar tuan" ucap pelayan itu, seketika membuat Aira ketakutan dan cemas.
"Apa maksudmu? untuk apa aku kekamarnya! Aku akan pergi kekamar tadi" peringat aira
"Maaf, Nyonya," jawab pelayan itu, dengan nada yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. "Tuan sudah memberikan perintah. Jika Nyonya menolak, kami terpaksa harus membawa anda dengan paksa"
Mendengar itu, Aira semakin ketakutan. Ia tahu, ia tidak bisa melawan para pelayan itu. Mereka pasti akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Rayyan, tanpa mempedulikan perasaannya.
Dengan langkah berat, Aira mengangguk dan mengikuti pelayan itu dari belakang. Ia berjalan dengan lesu, seolah kakinya tidak lagi memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya. Ia merasa seperti sedang berjalan menuju neraka, tempat di mana ia akan disiksa dan dipermalukan, air matanya kembali lirih ia tahu untuk apa ia kekamar pria itu, apalagi dengan pakaian minim seperti ini.
Namun, saat mereka hampir mencapai tangga, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Aira. Ia melihat kesempatan untuk melarikan diri, meskipun kecil. Dengan sekuat tenaga, ia berlari menaiki tangga, meninggalkan pelayan itu yang terkejut dan kebingungan.
Aira berlari secepat mungkin, tidak mempedulikan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia hanya ingin menjauh dari Rayyan, menjauh dari tempat yang terasa seperti neraka baginya.
Sesampainya di lantai atas, Aira langsung menuju kamar yang pertama kali ia tempati. Ia membuka pintu kamar itu dengan tergesa-gesa, lalu masuk dan menguncinya dari dalam. Ia menyandarkan tubuhnya di pintu, mencoba mengatur napasnya yang tersenggal-senggal.
Aira kembali menangis dan terisak, melampiaskan semua ketakutan, kebencian, dan keputusasaan yang selama ini ia pendam. Ia merasa seperti sedang berada di dalam mimpi buruk yang tidak kunjung berakhir.
Aira duduk di lantai, memeluk kedua lututnya erat-erat. Ia menelusupkan kepalanya di antara kedua kakinya, mencoba mencari perlindungan dari dunia yang kejam ini. Ia mengenang kembali masa-masanya bersama Dimas, masa-masa yang penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan harapan.
"Apa dia tidak mencariku?" gumam Aira, suaranya lirih dan bergetar. "Apakah dia tidak peduli lagi padaku? Apakah dia sudah melupakanku?"
Aira semakin terisak, air matanya membasahi pakaiannya yang minim. Ia merasa seperti telah kehilangan segalanya, kehilangan cinta, keluarga, dan kebebasan. Ia merasa seperti tidak ada lagi yang peduli padanya, tidak ada lagi yang menginginkannya.
Tiba-tiba, suara pintu yang digedor dengan keras membuatnya tersentak kaget. Jantungnya berdegup kencang, dan napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tahu, siapa yang berada di balik pintu itu.
"Buka pintunya!" teriak Rayyan, suaranya mengerikan dan menakutkan. "Atau aku akan berbuat kasar padamu!" ancamnya, membuat Aira semakin ketakutan.
Aira mencoba menahan pintu itu sekuat tenaga, berharap pintu itu tidak akan terbuka. Namun, ia tahu, ia tidak akan mampu menahan Rayyan terlalu lama. Pria itu pasti akan mendobrak pintu itu, dan ia tidak akan bisa menghindarinya.
Aira merasa putus asa dan tidak berdaya. Ia tahu, ia akan segera kembali ke dalam cengkeraman Rayyan, dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya setelah itu. Ia hanya bisa berdoa, berharap ada keajaiban yang akan menyelamatkannya dari neraka ini.
Rayyan terus mencoba membuka pintu, sementara Aira pun terus berusaha menahannya dari dalam. Ia tak ingin tersentuh sedikitpun oleh pria yang kejam dan menyakitinya.
Bersambung...
Dont give up💪