Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Azzam baru saja keluar dari ruang kerjanya, menyelesaikan beberapa perkerjaan yang tertunda karena seharian ini dia fokus menemani istrinya. ia tidak melihat wanita itu, setelah makan malam tadi Azzam langsung ke ruang kerjanya.
"Baru tdak melihatnya sebentar saja aku sudah rindu." lirih Azzam sambil berjalan menuju kamarnya.
Klik
Pintu kamar terbuka hal pertama yang Azzam lihat adalah istrinya yang tengah tertidur pulas di ranjang mereka,ya sudah seminggu lebih mereka tidur bersama. Bahkan selama itu pula insomnia Azzam tidak kambuh dirinya selalu tertidur nyenyak di samping Letta. Wanita ini memang banyak membawa perubahan dalam hidupnya adanya Letta membuatnya tak pernah mengkonsumsi obat tidur lagi.
Azzam melangkah mendekati tempat tidur dan mulai membaringkan dirinya di sebelah sang istri yang tampak tertidur pulas,wajar jam saja sudah menunjukan hampir pukul dua belas malam.
"Dingin." Azzam mengeratkan pelukannya pada tubuh sang istri yang berada di sampingnya,bahkan ia menjadikan tangannya sebagai bantalan wanita itu.
Letta yang tertidur nyenyak beberapa kali menggeliat karena rasa geli di lehernya, bagaimana tidak suaminya menempelkan wajahnya, bahkan beberapa kali mengecup leher jenjangnya. Hal itu membuat Letta bergidik geli.
"Zam, aku ngantuk," bisik Letta dengan suara seraknya tanpa membuka kedua matanya." Jangan usil!"
Azzam malah mempererat pelukannya itu," Zam, engap,"protes Letta." Udah gini aja meluknya." melonggarkan pelukan suaminya hingga membuatnya kembali nyaman.
Suara Letta barusan membuat sesuatu dalam dirinya menegang hebat. Suara lembut ada serak-serak basah membuat pikirannya traveling kemana-mana" Capek banget ya?" Azzam berbisik pelan sambil membenarkan rambut istrinya.
Letta tidak terganggu, tidurnya benar-benar nyenyak sekali, bahkan helaan nafasnya terdengar teratur, halus dan lembut terdengar di telinga.
"Mimpi indah sayang." kecupan di bibir Azzam berikan. Setelah itu ia ikut memejamkan matanya di tengah rasa dingin yang begitu kuat menusuk kulit.
Sudah hampir setengah jam Azzam mencoba untuk tidur, tetapi gejolak di dalam dirinya membuatnya tak bisa tertidur. Perlahan Azzam menarik diri. Sejak tadi, ia benar-benar menahan hasratnya.
Bagaimana tidak, ia pria normal. Mendekap wanita yang sudah halal ia sentuh. Terlebih, seumur hidup ia tidak pernah melakukan ini pada wanita manapun. Azzam merasa tubuhnya memanas. Ia mondar-mandir di dalam kamar, tidak tahu bagaimana cara untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia sudah mencoba melakukan push-up berkali-kali agar tubuhnya lelah. Tapi tetap saja itu tidak mempan.
Akhirnya Azzam memutuskan untuk mandi air dingin. Cara ampuh untuk menurunkan suhu tubuhnya.
*
*
*
Hacim!
Letta menoleh pada Azzam yang masih bergulung di dalam selimut, setelah sholat subuh tadi suaminya itu kembali tidur. Ia baru saja selesai mandi dan hendak membuka gorden
Namun, keadaan Azzam mengusiknya. Ia melihat Azzam terus bersin. Bahkan terlihat menggigil.
" Zam.."
Tak ada jawaban. Hanya gumaman yang terdengar. "Kamu kenapa?" Letta memperhatikan wajah suaminya yang terlihat merah sampai ke telinga. Letta mendekat,menempelkan punggung tangannya pada kening Azzam." Panas."
Letta mendelik, pasalnya suaminya itu semalam baik-baik saja." Kamu sakit?"
kok bisa?
Letta langsung keluar kamar,tentu untuk mengambil kompresan. Para maid yang sedang menyiapkan sarapan memperhatikan Letta yang terlihat terburu-buru.
" Cari apa Nyonya?"
" Kompresan, Bik. Azzam demam!"
Mendengar itu maid itu pun langsung membantu Letta menyiapkan kompresan." Ini nyonya." ucapnya sambil memberikan kantong kompresan yang telah ia isi dengan air hangat tidak lupa juga menyiapkan air minum. Letta menerimanya." Terimakasih, Bik. Bisa tolong buatkan bubur untuk Azzam sekalian siapkan obat penurun demam."titah Letta
"Baik. Nyonya."
Letta kembali ke kamar, ia meletakkan sebotol minuman yang tadi ia bawa ke atas nakas samping tempat tidur, lalu duduk di samping Azzam mulai mengompres suaminya itu." Kenapa bisa demam begini? padahal semalam baik-baik aja."
Azzam menggelengkan kepala."Aku juga nggak tahu,"jawabnya.
Jelas! Mana mau Azzam mengaku. Kalau ini gara-gara Letta, ia harus berendam di air dingin dalam keadaan berkeringat karena hawa tubuh yang panas dan habis push-up yang tak kunjung membuat adiknya tidur.
Bisa-bisa Letta syok mendengarnya lalu mengatakan dirinya mesum. Ah, Azzam malu sendiri kalau teringat soal semalam.
Tok,tok,tok.
Ketukan pintu membuat fokus Letta teralihkan,ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Lalu membukanya.
"Buburnya, Nyonya!" ucap seorang maid dengan sebuah nampan di tangannya,tidak hanya bubur ada juga beberapa obat di nampan itu.
Letta menerimanya tidak lupa juga mengucapkan terimakasih, lalu kembali masuk.Letta membantu suaminya untuk duduk, dan menyender di kepala ranjang. Lantas mengambil mangkuk bubur yang tadi ia letakkan di nakas, perlahan Letta menyuapi suaminya.
Wajah Letta terlihat datar," Lain kali, jangan buat aku takut,Zam."
Azzam menatap wajah cantik Letta. Ia hanya mengangguk, hatinya menghangat dengan perhatian istrinya." Cukup, yang." perut Azzam mual. Mungkin karena masuk angin.
" Lancar banget manggil sayangnya, baru dua suap. Abisin terus minum obat."
" harus di biasain, kamu kan sekarang istri aku nggak ada salahnya kan kalau aku manggilnya gitu."
Letta hanya tersenyum,kemudian kembali menyuapkan satu suapan lagi pada Azzam. Azzam memaksakan diri membuka mulutnya lagi menerima suapan dari tangan istrinya itu.
Setelah makan dan minum obat Azzam tertidur kembali selama satu jam, saat ia terbangun ia tidak mendapati istrinya di kamar. Pria itu bangun lalu keluar kamar mencari keberadaan Letta, sampai akhirnya langkah Azzam terhenti di dapur mini yang terdapat di lantai tiga itu. Azzam memang membuat satu dapur kecil di lantai itu, untuk sekedar kalau ia malas turun malem-malem ke lantai bawah ia bisa membuat minuman atau makanan disitu.
Di lihatnya istrinya sedang berdiri menghadap meja kitchen set yang di depannya terdapat jendela kaca yang memperlihatkan kolam ikan dan taman bunga milik almarhum ibunya yang masih terawat dengan baik hingga sekarang. Azzam mendekat lalu merangkul istrinya dari belakang, tubuhnya sedikit membukuk untuk meletakkan dagu di bahu wanitanya.Letta sempat terkejut, namun saat tahu itu Azzam ia membiarkannya saja.
" Kalau malem, di depan sana lampu- lampunya cantik banget di antara bunga-bunga dan kolam ikan." bisik Azzam.
Azzam memberikan satu kecupan di leher mulus Letta hingga wanita itu merinding.
" Katanya kalau orang baru bercinta bakalan laper,"
Kalimat yang membuat mata Letta mengerjap beberapa kali." Kamu masak, aku temenin disini sambil lihat ke depan sana." Azzam mengeratkan pelukkan dan lidahnya mulai menggoda belakang telinga Letta.
" M-masak sambil kayak gini m-mana bisa, Azzam..."
Dorongan Azzam ke depan membuat Letta berpegangan erat pada sisi meja.
" Bisa, mau di coba?"
"Nggak!"
Azzam tersenyum di balik leher, ya, Letta menyadari itu dan membuatnya semakin gugup.
" Sekalian aku mau kasih tahu kamu kalau aku sudah benar- benar jatuh hati padamu." tangan Azzam yang semula di pinggang Letta kini bergerak naik meraba lengan lalu leher depan. Hingga kepala Letta reflek mendongak dan memejam.
Kini Azzam menegakkan tubuhnya, dia juga membawa wajah Letta menyamping ke arahnya.
Bibirnya mendekat dan berbisik."Dengar, cuma kamu Letta. Cuma kamu yang aku mau. Aku mencintaimu."
Ungkapan cinta itu sontak membuat Letta menatap mata Azzam yang hanya berjarak beberapa senti saja darinya, tidak ada kebohongan yang ia tangkap dari mata itu. Azzam berkata jujur.
Letta merasa jantungnya berdegup kencang ia yakin dalam jarak sedekat ini suaminya itu dapat mendengar suara degup jantungnya,senyum manis tersungging di bibir lelaki itu membuat Letta semakin terpaku dan tak tahu harus berbuat apa.
Azzam sudah memiringkan wajahnya, Letta pun tak menolak. Jarak di antara mereka tinggal satu tarikan nafas dan keduanya sudah menutup mata. Makin dekat dirasa makin panas tubuh mereka. Dan tepat saat bibir keduanya bersentuhan Letta merasakan hawa panas menjalar di seluruh tubuhnya. Melihat Letta sama sekali tidak menolak Azzam semakin memperdalam ciumannya. Perlahan tangan wanita itu naik dan melingkar di lehernya. Dalam ciuman itu mereka menyalurkan perasaan satu sama lain. Rasa cinta dan sayang yang perlahan tumbuh di antara mereka.
Ini ciuman kedua mereka,Letta dapat merasakan seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, Azzam melepaskan pangutan bibirnya setelah dirasanya Letta hampir kehabisan nafas. Di lihatnya wajah cantik istrinya yang sudah tampak memerah itu. Letta sangat malu ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya itu. Azzam terkekeh melihat tingkah sang istri.
"Sore nanti jadi ketemu teman-teman kamu?"
Letta mendongak menatap wajah suaminya,yang saat ini juga sedang menatapnya posisi mereka masih berpelukan."Hmm" Letta mengangguk mengiyakan.
" Bersenang-senanglah, Aku akan menjemputmu setelah selesai."
Senyum Letta melebar, ia pikir tadi ia tidak akan bisa pergi mengingat suaminya sedang tidak enak badan, tapi Azzam mengizinkannya dan tampaknya pria itu sudah lebih baik dari sebelumnya. Letta mengangkat tangannya menyentuh kening Azzam,sudah tidak ada panas yang dia rasakan disana sepertinya suaminya hanya masuk angin saja.
" Aku tidak apa-apa, hanya masuk angin saja."ucap Azzam yang tahu istrinya itu tengah mengkhawatirkannya.
"Jadi aku boleh pergi?"
"Tentu, tapi biarkan supir yang mengantarmu."
"oke!"
Azzam kembali mendaratkan satu kecupan di kening Letta, wanita yang berhasil mengambil hatinya itu.