Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Digabrut Makhluk Berbulu
Yuli benar-benar berpegangan erat pada gagang pintu mobil, sesekali ia teriak saat Saras nyalip-nyalip motor atau truk di depan, "pelan Sit !! Pelaaaan ! Mati aku, Sit, kuliahku belum kelaaar, Emakku kepengen liat aku jadi guru, Sitiiiiii awas motoooor !!"
Saras tetap menyetir sebaik mungkin sebisanya. Untungnya jalanan malam rada sepi karena terguyur hujan. Hingga akhirnya keduanya sampai juga di kosan.
"Hosh hosh hosh, Alhamdulillah Ya Allah, Engkau masih memberi hamba kesempatan," ucap Yuli bergegas turun dari mobil.
Saat turun kaki-kaki Yuli lemes bukan main, sekujur tubuh banjir keringat. Saras juga turun dan mendahului Yuli masuk ke dalam, "ternyata Jordan dan teman-temannya itu semuanya brengsek, rugi aku susah pantesan aja gampang banget melet tuh cowok," ucap Saras.
" aku juga baru tahu kali ini, Sit, kira-kira pelet bisa dibatalin nggak ?" jawab Yuli menyusul masuk ke dalam kosan perempuan ini.
"Mana bisa, dih ! Pelet bisa bertahan lama juga tergantung tuh orang rajin ibadah apa enggak," kata Saras sembari merentangkan tangannya dan mulai melayang menaiki tangga ke lantai 2.
'Deg !'
Baru beberapa detik senam jantung di jalanan, kini Yuli melihat bagaimana anehnya seorang Siti naik tangga tanpa napak kakinya bak kuntilanak terbang. Yuli membelalak, wajahnya syok, pucat. Kepala Yuli pening sekali sekarang, sejauh ini Siti memang aneh sekali, tapi ini yang paling aneh. Saras sendiri lupa menyembunyikan tingkah silumannya, karena terlalu akrab dengan Yuli. Seseorang bisa melakukan akting, tapi tak bisa selamanya berakting, wajah aslinya cepat atau lambat akan terlihat.
'Tap tap tap tap,' dengan ragu-ragu Yuli melangkah mendaki tangga, sekujur tubuhnya merinding melihat sosok sahabatnya itu sedang ganti baju di kamar.
"Jordan itu tidak layak dijadikan suami, memang dia kaya, tampan, tapi perilakunya menjijikkan, aku tidak mau menjadikan orang seperti itu sebagai seorang suami," kata Saras menegaskan.
Yuli terbata-bata menanggapi, "yaa.. emm… kali aja, dia bisa berubah jadi baik klo udah nikah."
"Hmmm kau ini begitu bodoh, jika emak bapaknya saja tidak mampu merubah sikapnya, apalagi istrinya, laki-laki adalah pemimpin, dia tauladan istri, bibit bebet dan bobot harus dipikirkan," ucap Saras mengetuk-ketuk kepalanya sendiri.
"Cara ngomongnya, cara dia berdandan, cara dia bersikap, semuanya beda, dia bukan Siti yang pernah aku kenal, apa Siti punya kembaran atau… jangan-jangan di pemandian air panas waktu itu..," batin Yuli mulai memahami semuanya.
"Kamu kenapa diem aja, Yul ?" tanya Saras sembari membersihkan make upnya.
"Enggak, gak papa," jawab Yuli sembari masuk ke dalam kamar, berpura-pura biasa saja padahal ia ketakutan.
Saras membuka jaketnya, ia ingat ada sebuah surat yang ia pungud di jalan tadi, ia duduk di meja belajar dan membuka kertas lecek itu, ia temukan bunga mawar plastik yang indah tapi kusut di dalamnya.
"Surat cinta," ucap Saras.
"Itu apa, Sit ?" tanya Yuli berganti pakaian juga.
"Surat cinta, entah buat siapa, coba kubaca dulu," jawab siluman ular ini.
Amplop surat itu basah tapi isinya Alhamdulillah masih baik-baik saja. Tertulis di bagian atas pojok, 'dari Mekel Kusumaningrat, untuk wanita yang telah mencuri hatiku, Siti.'
"Ini surat untukku ? Dari Mekel tukang tabrak itu," pekik Saras. Yuli pasang telinga baik-baik menyimak.
Isi surat :
Tanggal 8 April 2025
Dari Mekel Kusumaningrat, untuk wanita yang telah mencuri hatiku, Siti.
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Dear Siti,
Sebenarnya gue bisa aja langsung ngomong ke elu, gue bukan cowok penakut sebenernya, cuman berkali-kali gue mau ngungkapin ini hati gue kayak deg deg gan gitu. Keberanian gue sebagai lakik sejati pun takluk akan pesonamu.
Pertama kali gue liat elu, sumpah deh gue kebayang-bayang terus, nyimak dosen di kelas dosennya berubah jadi elu, ketemu rektor berkumis eh rektornya jadi elu berkumis, scroll-scroll ig semua foto berubah jadi elu. Gue makin penasaran sama elu, gue coba lewat di fakultas IPS terus biar bisa ketemu elu, sorry gue selalu nabrak, gue cuman… yaaah bingung aja gimana caranya ngedapetin perhatian elu.
Ternyata baru gue sadari klo gue sayang banget sama elu. Gue orang keraton Jogja, gue suka gaya penampilan elu yang pake jarik, lu percaya diri, tangguh, mengepak sayap independen menantang dunia dan bangga akan budaya bangsa sendiri di tengah-tengah masyakarat pemuja budaya asing. Gue gak pernah ketemu cewek kayak elu, baru kali ini, dan gue suka.
Gue klo malem dateng depan kosan buat nyanyi berharap elu belum tidur dan bisa dengerin suara hati gue. Gue tebarin hadiah-hadiah di jalan dari kosan lu sampe ke kampus berharap ada manfaatnya buat elu. Dan akhirnya malam ini tiba, finnally gue bisa ngungkapin semua ini ke elu, Siti. I love you. Gue cinta sama elu.
Gue gak berharap apa-apa sih, gue juga gak terlalu baik, gak bisa menjanjikan apa-apa buat elu, kecuali 1, gue bakal berubah kalau elu mau jadi pacar gue. Dunia gue gemerlap foya-foya, gue udah niat sejak dulu buat pensiun dari dunia ini kalau gue nemuin cinta sejati gue, yaitu elu.
Gue tunggu jawaban surat ini.
Salam sayang,
Mekel
Wajah Siti memerah begitu tuntas membaca surat itu, air mata merembes jatuh berbulir-bulir mengalir di pipi. Yuli pun menangkup mulutnya dengan kedua tangan.
"Kata-katanya dalam surat ini indah sekali, kenapa baru sekarang dia bilang ? Hiks," ucap Saras memeluk surat itu di dadanya.
"Mana udah jadian ama Jordan lagi, duuh !" sesal Yuli menepok jidatnya.
***
Alam jin…..
Malam ini dalam tidurnya yang begitu panjang, Siti yang asli benar-benar bermimpi aneh, pada awalnya ia menggeliat di balik selimutnya senyum-senyum sendiri, bahkan tertawa cekikikan.
"Hihihihi hihi hehe, iya Be," ujar Siti ngelindur.
Entah mikir apa ia seharian, ia bermimpi sedang ada di pelaminan, ia adalah pengantin paling cantik memakai pakaian adat Betawi, sedang di sampingnya ada sosok laki-laki tinggi gagah. Siti tak begitu detail melihat wajah suaminya itu, tapi hatinya sangat mencintai pria ini.
"Selamat ye Sit, samawa lu," ucap tetangga menyalami.
"Iye, makasih udeh dateng ye," jawab Siti.
Sesekali foto bersama, kemudian makan. Ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Siti. Siti memotong kue pernikahan warna putih bersusun-susun, kemudian ia melahap sendiri dengan suapan besar kue itu bukannya menyuapi suaminya.
"Hmmmm kuenya enak, Nyak," puji Siti ke arah Nyaknya yang cantik.
"Makan yang banyak ! Hehe, bentar lagi kan lu malam pertama, kudu isi energi," jawab Nyak.
"Iye, Nyak," jawab Siti terus makan.
Babe mendekat kemudian memberi nasehat, "anak Babe, lu sekarang udah jadi bininye orang, elu kudu taat sama suami lu ye."
"Hehe, iye Be," jawab Siti.
Suami yang wajahnya masih misterius itu berdiri menggandeng istrinya yang belepotan kue, "eh ! Mau kemane ?" tanya Siti meletakkan piringnya.
"Udeh sono ! Layani lakik lu !" kata Babe mengibaskan tangannya.
"Tamu masih banyak pada dateng," kata Siti khawatir.
"Gak pape, biar Nyak yang nyambut," kata sang ibunda tercinta yang selalu bisa diandalkan.
Tiba-tiba tubuh riangan Siti digendong pria tinggi gagah itu. Siti melayang sekarang. Ia malu dilihatin para tamu dan orang tuanya, ia dibawa masuk ke dalam rumah, dibanting lembut di atas ranjang pengantin.
Siti masih samar-samar tidak bisa melihat wajah suaminya, seperti ada cahaya yang menutupi. Lelaki itu membuka pakaian pengantin Siti dengan gerakan cepat agak kasar. Kemudian menghisap-hisap bagian leher.
"Uuh ahhhh geli, Abang," keluh gadis itu meringis.
Pria itu berhenti kemudian berdiri membuka pakaiannya sendiri, begitu baju pengantin dibuka, bulu lebat belang-belang oranye putih hitam terlihat. Siti kaget sekali, suaminya ternyata bukan manusia. Ia hendak kabur dari ranjang tapi makhluk rupa campuran manusia dan binatang itu menindihnya lagi.
"Aaaahhh enggaaaak ! Jangaaan !" jerit Siti.
Saat tidur juga Siti mulai gelisah, menggeliat ke kanan dan ke kiri, meremas guling dengan cakarnya. Keringatnya mengucur dan kakinya menekuk.
Makhluk berbulu itu menjilati tubuh Siti dengan lidahnya yang agak kasar. "Aaaahhh !! Ooh ! Lepasin gue ! Jangan ! Gue gak mau hamil anak lu," jerit gadis ini.
Tapi makhluk itu tak peduli, ia buka celananya, juga sisa pakaian yang melekat di tubuh Siti. Tampak sesuatu di sana, jantan dan tidak bisa dibilang sekecil burung pipit sama sekali.
Ranjang pengantin ini seperti punya lem saja, Siti mengelak tapi kesusahan, ia tak bisa kemana-mana. Saat makhluk itu menggeseknya, ia hanya bisa menjerit-jerit geli, malu dan takut.
"Sssshh awalnya semua akan menyakitkan, tapi besok dan seterusnya kau malah yang akan memintanya sendiri padaku, istriku," ucap makhluk itu dengan suara dalam.
'Kreek,' tertembuslah penghalang alam, anak Babe langsung terdiam pasrah, semua sudah berakhir, melawan hanya akan menambah rasa sakitnya.
Saat makhluk berbulu itu mulai bergerak, hanya desahan yang keluar dari mulut seorang Siti. Makhluk itu bahkan lebih buas lagi, ia hentikan sementara percintaan, menggendong istrinya yang ringan di pinggang kemudian membawanya keluar kamar.
"Ehhh heiii ! Koplak ni orang, banyak tamu ! Malu sama Babe !!!" pekik Siti.
Namun makhluk itu tak peduli, ia bawa Siti ke atas meja makan keluarga, ia singkirkan semua perabotan di atas meja, 'pyaaar pyaaar klontang.' Siti melirik mug favoritnya ikut pecah.
"Yaaah, cangkir susu souvenir nikahannya temen SMA gue," ucap Siti sedih, tapi dimana-mana barang pecah belah pasti akan pecah.
Makhluk itu bergerak lagi. Siti mendongak melihat sekitar, para tamu semuanya hilang, Nyak Babe juga tak ada. Bahkan terop pernikahan tak ada, ini seperti rumah yang sepi dan hanya ada ia dan suaminya yang berbulu aneh ini.
"Uuh uuuh uuuh."
Gerakan makhluk itu sangat cepat. Dalam tidurnya Siti pun semakin mencak-mencak, selimut, bantal dan gulingnya berjatuhan dari atas kasur.
Makhluk itu cari sensasi lagi, ia tarik tubuh Siti, ia bawa keluar rumah. "Huwaaaaaa gilaaak ! Eh elu siape ? Kagak beres lu !! Lu bukan suami gue !! Lu sarap ! Masuk nggak, gue malu, bisa digerebek hansip klo begini," ucap Siti memberontak memukuli dada suaminya yang aneh ini.
Makhluk itu membisu tak mau menjawab, ia masih ada di dalam tubuh istrinya itu, keduanya masih terus bersatu saat ia berjalan membawa ke sebuah tanah lapang yang luas. Siti pun bingung dengan tempat ini, ia tak mengenalinya, ada pepohonan jarang-jarang, rerumputan luas, bunga-bunga, biri-biri gemuk yang sedang asyik makan rumput. Ini mirip perbukitan terbuka, padahal rumahnya ada di tengah-tengah perkampungan padat penduduk.
"Ini dimana ?" ucap gadis itu sebelum tubuhnya dibalik.
Makhluk di belakangnya itu melakukannya lagi. "Aaaahhh aaaaah stop !! Gaaaaak !!!"
"Whaaaaaaaa !" Siti terbangun histeris dari tidurnya.
'Kukuruyuuuk,' kokok ayam jago terdengar bersahut-sahutan.
Gadis itu terdiam sesaat, memandang sorot cahaya fajar yang menerobos dari ventilasi dan celah jendela kamarnya. "Haaaah haaah haaah ! Cuman mimpi," ucapnya lega.
Siti meraih air di kendi samping tempat tidurnya, menuang ke dalam gelas keramik China dan meneguknya rakus, 'glek glek glek glek.' Kemudian ia duduk diam bersandar di bantal.
"Mimpi gilak, eh !! Kok basah ?" tanya Siti merasakan ada sesuatu mengalir di pahanya dari bagian di atasnya.
Siti menaikkan kain jarik yang ia pakai kemudian meraba cairan itu dengan jarinya, ia amati warna dan teksturnya, kemudian ia cium dengan hidungnya sebentar, 'snif snif snif.'
"Oh, cuman keputihan biasa," gumamnya lega lagi.
"Ciaaat hiaaak huh haaah ! Satu dua tiga satu dua tiga !" suara pasukan kerajaan terdengar lagi. Mereka selalu latihan tiap subuh begini.
Siti bangun, membuka jendela dan gordennya kemudian pergi menuju sungai. Semua tampak normal dan baik-baik saja. "Kayaknya gue overthinking semalem mikirin Bang Rakha," gumamnya.
Setelah cuci muka, pipis sekalian wudhu Siti kembali ke kamar menunaikan ibadah sholat. Ia ingat kemarin sebelum tidur ia lupa tidak sholat, juga tidak berdo'a, "makanya gue mimpi buruk gak wajar begitu," batinnya sambil berdzikir menggunakan ruas-ruas jari sebentar.
Setelah itu Siti dandan dikit kemudian datang ke meja makan. Pelayan menyajikan menu sarapan, perutnya terasa sangat lapar dari biasanya, tapi ia masih ingin menunggu Rakha untuk menghormati yang punya rumah.
Setengah jam lamanya menunggu barulah Pangeran Rakha datang dengan badan wangi dan fresh. Siti tersenyum menyapa, "tumben lama."
"Abang tadi pergi mandi dulu di petirtaan," jawabnya.
Siti mulai menyuap makanan ke mulutnya dan mengunyah. Namun buru-buru ia telan menyadari rambut itu, "lho, Abang abis keramas ?"
"Iya emang kenapa ? Kan seger keramas pagi-pagi," jawabnya mengusap rambut.
Rakha bersikap biasa saja, ia mulai makan dengan tangan begitu tenang dan semangat. Siti masih kepikiran mimpinya semalam. "Apa gue ceritain aja ya mimpi gue ke Bang Rakha ? Ah jangan lah, malu, gak usah diinget-inget lagi lah," batinnya.
Rakha memandangi kalung yang Siti gunakan, belum ia beritahu wanita ini bahwa dalam dunia jin, pernikahan sangatlah sederhana. Semua jin punya mustika, bentuknya mirip batu tapi punya energi khusus. Jika mau menikah, kedua jin hanya harus bertukar mustika satu sama lain. Ia berencana akan menjelaskannya, tapi tidak sekarang.
"Kau cocok pakai kalung itu, kau kelihatan cantik, Siti," ucap Rakha sebelum mencuil telor ceplok.
Siti tersenyum mendengarnya, "makasih, gue sebenernya gak suka sama akik, tapi ini lumayanlah," jawabnya.
"Ini bukan akik, ini mustika, ini berharga banget, gak bisa dibuang, gak bisa dihancurin, ini… sudah seperti bagian dari diriku sendiri, dijaga ya, Sit," pesan Rakha.
"Iya," jawab Siti menghargai setiap pemberian orang padanya. Karena tak semua benda bisa gampang ia beli, Siti bukan berasal dari keluarga kaya, keluarganya menengah ke bawah, mau beli laptop saja Babenya nabung setahun.
Saat sedang menikmati hidangan penutup, seorang prajurit bernama Sugeng menghadap, "Bhre, saya mau melaporkan perkembangan pembangunan sangkar ular," katanya.
Rakha meletakkan sendok bubur sruntulnya sejenak dan menaruh perhatian, "oh iya, sudah sampai mana ?"
"Alhamdulillah, pembangunan sudah mencapai 50% jadi," jawabnya.
'Braaak !' meja langsung digebrak. Sendok bubur milik Siti meloncat karena kaget.
"APA KATAMU ?!! Kok cepet ?" pekik Rakha.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit