Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18: Jejak Cinta yang Menguatkan
Musim ujian semester telah tiba di SMAN 5 Buntok. Semua siswa bersiap-siap dengan belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih hasil terbaik. Namun, suasana di sekolah terasa berbeda. Jovan dan Sapina, yang kini menjalin hubungan lebih dekat, saling mendukung satu sama lain dalam persiapan ujian ini. Mereka sering belajar bersama di perpustakaan atau di taman sekolah, berbagi catatan, dan menjelaskan materi yang sulit.
“Jovan, kamu sudah siap untuk ujian fisika?” tanya Sapina sambil menyusun bukunya di meja perpustakaan.
“Belum sepenuhnya, tapi aku sudah belajar beberapa rumus. Kita bisa belajar bareng malam ini,” jawab Jovan, meraih buku catatannya.
Mereka kemudian merencanakan sesi belajar malam itu di rumah Jovan. Sapina terlihat bersemangat dan tidak sabar untuk membantu Jovan memahami rumus-rumus yang sulit. Ketika jam belajar tiba, mereka duduk berdampingan di ruang tamu Jovan, dikelilingi buku-buku dan catatan.
“Kalau kamu bisa menjelaskan rumus gerak lurus ini dengan cara yang gampang, pasti aku bisa ingat,” ucap Jovan, sambil tersenyum.
Sapina menatapnya dengan penuh percaya diri. “Oke, kita coba. Bayangkan kamu sedang mengemudikan sepeda. Ketika kamu mengayuh pedal dengan kecepatan konstan, itu adalah gerak lurus. Semakin cepat kamu mengayuh, semakin jauh jarak yang kamu tempuh.”
Jovan terkesan dengan penjelasan Sapina. “Wow, itu masuk akal! Kenapa aku tidak berpikir seperti itu sebelumnya?” Ia mulai merasa lebih percaya diri setelah mendengarkan penjelasan Sapina.
Waktu berlalu dengan cepat, dan tanpa disadari mereka sudah belajar selama berjam-jam. Di tengah sesi belajar, Sapina mengeluarkan camilan yang dibawanya. “Makan sedikit untuk mengisi energi, Jovan,” katanya, tersenyum manis.
“Terima kasih, Sapina. Kamu tahu cara memotivasi!” balas Jovan, merasa nyaman dengan suasana ini.
Setelah beberapa jam belajar, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak. Mereka duduk di balkon sambil menikmati angin malam. Bintang-bintang bersinar terang di langit, menciptakan suasana yang tenang. Jovan menghela napas, merasa bersyukur atas momen ini.
“Jovan, kamu yakin kita bisa menghadapi ujian ini?” tanya Sapina, melirik ke arah Jovan.
“Dengan bantuanmu, aku yakin bisa. Kita saling mendukung dan itu membuatku lebih bersemangat,” jawab Jovan, menatap Sapina dengan penuh rasa terima kasih.
Keesokan harinya, mereka mengikuti ujian pertama dengan semangat. Jovan merasa beruntung bisa belajar bersama Sapina dan merasa lebih siap dibandingkan sebelumnya. Ujian berlangsung dengan baik, dan setelah selesai, Jovan dan Sapina berkumpul bersama teman-teman di kantin untuk merayakan kelulusan ujian pertama mereka.
“Wah, aku merasa lega sudah menyelesaikannya,” ucap Yovaldi, teman dekat mereka, sambil mengambil minuman.
“Semoga hasilnya memuaskan! Kita semua sudah berusaha keras,” jawab Sapina optimis.
Jovan tersenyum dan menegaskan, “Betul! Kita harus terus belajar untuk ujian selanjutnya.”
Namun, saat mereka bercengkerama, Jovan memperhatikan bahwa Pak Yayan dan Bu Ribca terlihat lebih dekat dari biasanya. Mereka sering terlihat berdiskusi di sudut kantin, berbagi tawa dan candaan. Jovan merasa senang melihat kebahagiaan di wajah mereka.
“Kayaknya Pak Yayan dan Bu Ribca makin akrab, ya?” Jovan berkomentar, menarik perhatian teman-temannya.
“Memang, mereka terlihat serasi,” sahut Sapina, tersenyum. “Aku harap mereka bisa saling mengungkapkan perasaan.”
Jovan merasa terinspirasi oleh cinta yang tumbuh di antara mereka. Dia pun semakin termotivasi untuk menulis. Malam itu, setelah belajar, dia menghabiskan waktu menulis kisah baru di novel yang sedang ia garap. Dia menceritakan tentang bagaimana cinta bisa tumbuh di tengah berbagai tantangan, seiring dengan perjalanan Pak Yayan dan Bu Ribca yang dia lihat.
Dalam waktu singkat, ujian semester pun berakhir. Semua siswa merasa lega, dan saat hasil ujian diumumkan, mereka berkumpul untuk melihat hasilnya. Jovan merasakan campuran antusiasme dan ketegangan saat dia memeriksa hasilnya.
“Berharap yang terbaik!” ucap Sapina, menggenggam tangan Jovan.
Akhirnya, nama mereka dipanggil dan hasil ujian ditunjukkan. Jovan merasa bangga saat melihat nilainya. “Aku lulus dengan baik!” teriaknya, tidak bisa menahan kegembiraan.
Sapina juga terlihat bahagia dengan hasilnya. “Kita berhasil, Jovan! Ini semua berkat kerja keras kita!”
Mereka merayakan pencapaian ini bersama teman-teman, mengadakan pesta kecil di rumah Jovan. Musik mengalun, tawa, dan keceriaan mengisi ruang. Jovan merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.
Di tengah perayaan, Jovan melihat Pak Yayan dan Bu Ribca yang juga hadir. Mereka tampak bahagia, berbagi cerita dengan siswa-siswa lainnya. Jovan merasa senang melihat guru-gurunya bersenang-senang, dan sepertinya ada sesuatu yang berbeda di antara mereka.
Ketika malam semakin larut, Jovan memutuskan untuk mengajak Sapina keluar sebentar. Mereka berjalan di sekitar taman yang terang benderang oleh lampu. Suasana malam begitu indah, dengan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga.
“Jovan, aku ingin berterima kasih untuk semuanya. Belajar bersamamu sangat menyenangkan dan membuatku lebih bersemangat,” ucap Sapina, menatap Jovan dengan tulus.
“Aku juga merasakannya, Sapina. Kamu telah membuat perjalanan ini menjadi lebih berarti,” jawab Jovan, merasa nyaman dengan kehadiran Sapina.
Saat mereka duduk di bangku taman, Jovan berani mengungkapkan perasaannya lebih dalam. “Sapina, aku sangat bersyukur bisa memiliki kamu di sisiku. Aku ingin hubungan kita tidak hanya sampai di sini.”
Sapina tersenyum lebar, “Aku juga merasa hal yang sama, Jovan. Kita sudah melewati banyak hal bersama, dan aku ingin melanjutkan perjalanan ini bersamamu.”
Jovan merasa jantungnya berdebar. “Kita bisa terus saling mendukung dan menciptakan lebih banyak kenangan indah, kan?”
“Pastinya! Kita bisa saling memotivasi untuk meraih cita-cita masing-masing,” jawab Sapina, tidak sabar untuk melihat masa depan mereka bersama.
Sementara itu, hubungan Pak Yayan dan Bu Ribca juga mulai menunjukkan kemajuan. Mereka sering terlihat berdua di ruang guru, berbagi cerita tentang kelas dan kegiatan. Jovan, yang mengamati dari jauh, merasa bahagia melihat keduanya saling menghargai.
Suatu sore, Jovan mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan Pak Yayan. Dia mengajak guru fisika itu berbincang di luar ruang kelas setelah pelajaran selesai. “Pak, apakah Bapak dan Ibu Ribca memiliki rencana untuk kegiatan selanjutnya?” tanya Jovan, penasaran.
Pak Yayan tersenyum dan menjawab, “Kami memang sedang merencanakan beberapa kegiatan untuk siswa. Tapi lebih dari itu, kami juga ingin lebih dekat satu sama lain.”
Mendengar hal itu, Jovan merasa gembira. “Itu bagus, Pak. Kalian berdua sangat cocok.”
“Terima kasih, Jovan. Kadang, cinta membutuhkan waktu untuk tumbuh,” ucap Pak Yayan, matanya bersinar penuh harapan.
Jovan kembali ke kelas dengan semangat baru. Dia merasa terinspirasi untuk menulis lebih banyak tentang perjalanan cinta Pak Yayan dan Bu Ribca dalam novelnya. Dia membayangkan bagaimana mereka bisa saling mendukung dan menjalani kehidupan bersama.
Ketika waktu berlalu, Jovan dan Sapina terus belajar dan berkembang bersama. Mereka berkomitmen untuk mendukung satu sama lain dalam setiap langkah. Selain itu, mereka semakin mengenal teman-teman sekelas dan merasakan kehangatan persahabatan yang tulus.
“Jovan, kamu punya waktu untuk belajar bersama minggu depan?” tanya Sapina saat mereka duduk di kantin.
“Tentu saja! Kita bisa belajar fisika dan kimia. Aku ingin memastikan kita siap untuk ujian selanjutnya,” jawab Jovan dengan semangat.
Sejak saat itu, mereka membangun rutinitas belajar yang menyenangkan. Mereka saling mengisi kekurangan dan membantu satu sama lain memahami materi yang sulit. Jovan merasa bahwa Sapina adalah mitra terbaik yang pernah ia miliki.
Menjelang akhir tahun ajaran, sekolah mengadakan acara tahunan, di mana semua siswa berkumpul untuk merayakan pencapaian mereka. Jovan dan Sapina ikut berpartisipasi dalam pameran seni dan pendidikan, menampilkan proyek yang mereka kerjakan bersama. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa.
“Jovan, kita harus memberikan yang terbaik! Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah kita pelajari,” kata Sapina, terlihat bersemangat.
“Setuju! Kita harus membuatnya menarik,” jawab Jovan dengan semangat.
Ketika hari acara tiba, seluruh siswa dan guru berbondong-bondong ke aula sekolah. Suasana terasa ramai dengan sorak-sorai dan tawa. Jovan dan Sapina telah menyiapkan presentasi yang menunjukkan hasil kerja keras mereka dalam proyek fisika dan kimia. Mereka mempersiapkan alat peraga dan menjelaskan konsep-konsep dasar dengan cara yang interaktif.
Saat giliran mereka tiba, Jovan dan Sapina melangkah ke depan dengan percaya diri. “Selamat siang, teman-teman dan para guru. Kami dari kelas XI MIPA ingin mempersembahkan proyek kami tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda,” kata Jovan, sambil menunjuk alat peraga yang telah mereka siapkan.
Sapina melanjutkan, “Kami akan menunjukkan bagaimana gaya memengaruhi kecepatan dan arah gerakan benda menggunakan beberapa eksperimen sederhana.”
Setelah menjelaskan, mereka melakukan demonstrasi. Semua siswa dan guru terlihat antusias menyaksikan eksperimen yang dilakukan. Jovan dan Sapina menjelaskan setiap langkah dengan jelas, dan sorak-sorai dari penonton semakin menambah semangat mereka. Mereka menjelaskan dengan cara yang mudah dimengerti, sehingga semua orang bisa mengikutinya.
Setelah presentasi, mereka mendapatkan tepuk tangan meriah dari teman-teman dan guru. Jovan merasa bangga, tidak hanya karena presentasi mereka sukses, tetapi juga karena bisa berbagi pengetahuan dengan cara yang menyenangkan.
Di tengah keramaian, Jovan melihat Pak Yayan dan Bu Ribca berdiri berdekatan, saling bercanda dan terlihat sangat akrab. Melihat kedekatan mereka membuat Jovan merasa senang. Ia berharap cinta di antara guru-gurunya dapat berlanjut dan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.
Acara itu diakhiri dengan pengumuman penghargaan untuk proyek terbaik. Jovan dan Sapina tidak sabar menunggu hasilnya. Ketika nama mereka dipanggil sebagai pemenang untuk kategori proyek terbaik, Jovan dan Sapina melompat kegirangan.
“Terima kasih kepada semua yang telah mendukung kami!” teriak Sapina, melambaikan tangan ke arah teman-teman dan guru yang bersorak.
Jovan merasakan kebahagiaan yang mendalam. Dia tidak hanya merasa bangga atas pencapaian mereka, tetapi juga berterima kasih kepada Sapina yang telah bersamanya selama ini. Momen itu menjadi semakin spesial ketika mereka menerima trofi dan sertifikat dari Kepala Sekolah, Pak Diano.
“Selamat kepada Jovan dan Sapina! Kalian telah menunjukkan kerja keras dan kreativitas yang luar biasa. Teruslah belajar dan berprestasi,” ucap Pak Diano sambil memberikan penghargaan.
Di tengah keramaian, Jovan merasakan tangan Sapina menggenggam tangannya. “Kita berhasil, Jovan! Aku sangat bangga padamu,” katanya, mata mereka saling bertemu dalam kebahagiaan.
“Dan aku bangga padamu, Sapina. Tanpamu, semua ini tidak mungkin terjadi,” jawab Jovan, merasa bersemangat untuk terus maju bersama Sapina.
Malam itu, mereka merayakan kemenangan bersama teman-teman dengan makan malam di sebuah restoran. Tawa dan cerita penuh kebahagiaan mengisi suasana. Jovan merasakan kebersamaan yang luar biasa, bukan hanya dengan Sapina, tetapi juga dengan teman-teman lainnya.
Ketika kembali ke rumah, Jovan memikirkan semua pengalaman yang telah dilalui bersama Sapina dan teman-temannya. Dia merasa bersyukur untuk semua momen berharga yang telah dilalui dan bertekad untuk terus berusaha lebih baik lagi.
Sementara itu, hubungan Pak Yayan dan Bu Ribca juga semakin berkembang. Mereka mulai melakukan kegiatan bersama, baik di sekolah maupun di luar. Jovan sering melihat mereka menghabiskan waktu bersama, dan ini membuatnya yakin bahwa cinta sejati bisa tumbuh di tempat yang tak terduga.
Beberapa minggu kemudian, Jovan dan Sapina mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba sains di tingkat provinsi. Mereka bersemangat mempersiapkan diri dan membuat proyek yang lebih menarik. Sepanjang waktu, mereka terus belajar dan mengasah kemampuan mereka.
“Jovan, kita harus membuat presentasi ini lebih menarik agar juri tertarik,” ujar Sapina saat mereka berdiskusi.
“Bagaimana kalau kita tambahkan video dan eksperimen langsung?” Jovan mengusulkan, merasa bersemangat.
Sapina mengangguk. “Itu ide bagus! Kita bisa merekam eksperimen kita dan menjadikannya bagian dari presentasi.”
Setelah berjam-jam bekerja, akhirnya mereka siap untuk lomba. Di hari perlombaan, Jovan dan Sapina tiba di lokasi dengan penuh percaya diri. Mereka melihat banyak peserta lain yang juga bersemangat, dan suasana terasa menegangkan.
“Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan apa yang telah kita pelajari,” kata Jovan, memberikan semangat kepada Sapina.
“Ya! Kita bisa melakukannya,” jawab Sapina, senyum di wajahnya.
Ketika tiba gilirannya untuk presentasi, Jovan dan Sapina maju ke depan dengan keyakinan. Mereka mempresentasikan proyek mereka dengan antusiasme dan kejelasan, dan reaksi penonton sangat positif. Jovan merasa senang melihat Sapina begitu percaya diri dan bersemangat.
Setelah semua peserta selesai mempresentasikan proyek mereka, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Juri mengumumkan pemenang lomba. Jovan dan Sapina merasa deg-degan saat nama mereka disebut sebagai juara kedua.
“Selamat kepada Jovan dan Sapina! Proyek kalian sangat mengesankan dan menunjukkan kerja keras yang luar biasa,” kata salah satu juri.
Mereka berdua melompat kegirangan. Jovan tidak bisa berhenti tersenyum. “Kita berhasil, Sapina! Kita harus terus berusaha untuk yang lebih baik di masa depan,” ungkapnya, sambil memeluk Sapina dengan bahagia.
Malam itu, mereka kembali merayakan pencapaian mereka di restoran favorit. Di tengah perayaan, Jovan merasakan perasaannya semakin dalam terhadap Sapina. Mereka terus berbincang, berbagi impian dan harapan untuk masa depan.
“Jovan, apa impian terbesarmu setelah lulus?” tanya Sapina, serius.
“Aku ingin menjadi fisikawan dan berkontribusi pada sains. Bagaimana denganmu?” jawab Jovan.
“Saya ingin menjadi ilmuwan dan menemukan hal-hal baru yang bisa membantu orang lain. Dan, aku ingin melakukan itu bersamamu,” kata Sapina, matanya berbinar penuh harapan.
Jovan merasa terharu mendengar pernyataan Sapina. “Aku ingin kita selalu saling mendukung. Kita bisa melakukan banyak hal bersama.”
“Ya, kita pasti bisa,” jawab Sapina dengan senyum hangat.
Semakin mereka berbicara, semakin kuat pula ikatan di antara mereka. Saat malam semakin larut, Jovan dan Sapina sepakat untuk tidak hanya menjalin hubungan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai mitra yang saling mendukung dalam mencapai cita-cita mereka.
Sementara itu, Pak Yayan dan Bu Ribca semakin dekat. Mereka sering melakukan kegiatan bersama di luar sekolah, dan Jovan merasa senang melihat hubungan mereka semakin kuat. Keduanya sering saling memberikan dukungan, baik dalam karir maupun kehidupan pribadi.
Dalam suatu kesempatan, Jovan dan Sapina melihat Pak Yayan mengantarkan Bu Ribca pulang setelah berkunjung ke acara sekolah. Jovan berbisik kepada Sapina, “Mereka terlihat sangat bahagia bersama.”
Sapina mengangguk. “Cinta itu indah, ya? Semoga kita bisa seperti mereka suatu hari nanti.”
“Pasti! Kita bisa menciptakan cinta yang kuat dengan saling mendukung dan memahami,” jawab Jovan, merasa bersemangat untuk masa depan mereka.
Di tengah kebahagiaan dan pencapaian yang terus mengalir, Jovan dan Sapina berkomitmen untuk saling mendukung, tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam perjalanan cinta yang indah. Mereka menyadari bahwa dengan dukungan satu sama lain, tidak ada yang tidak mungkin.
Ketika ujian akhir tahun semakin dekat, Jovan dan Sapina fokus pada persiapan mereka. Mereka kembali belajar bersama, menggali semua yang telah mereka pelajari sepanjang tahun. Momen-momen berharga dalam perjalanan ini semakin menguatkan cinta mereka dan memberikan motivasi yang tak terbatas.
Hari-hari berlalu, dan saat kelulusan semakin dekat, Jovan merenungkan semua pengalaman yang telah dilaluinya. Dia merasa bersyukur atas semua yang telah mereka capai, dan yang terpenting, cinta yang semakin tumbuh antara dirinya dan Sapina. Momen-momen kecil bersama Sapina adalah hal terindah yang pernah dia alami.
Menjelang kelulusan, mereka merencanakan untuk membuat kenangan indah bersama teman-teman. Di sebuah malam yang cerah, mereka mengadakan pesta perpisahan di taman, merayakan semua pencapaian dan persahabatan yang telah terjalin.
...----------------...
Wah wah Guys.... Kisah Ini semakin Panjang ya Tapi itulah yang membuatnya Seruuu Kann....!!!
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/