NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Laporan Naresha

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi, rona biru cerah mulai mendominasi cakrawala, mengusir sisa-sisa cahaya keemasan yang sempat menghiasi angkasa. Sang Surya telah bergerak secara perlahan, memancarkan sinar hangat yang menerpa pepohonan pinggir jalan, gedung pencakar langit, hingga wajah-wajah para pejalan kaki yang sedang terburu-buru ke tempat tujuan masing-masing.

Gumpalan awan putih mengambang pelan layaknya sebuah kapas yang tengah diangkut oleh hembusan angin, menambah kesan damai serta menenangkan pada pagi hari ini. Sesekali, kicauan burung terdengar samar di antara deru kendaraan bermotor dan langkah-langkah tergesa yang menyusuri trotoar kota. Jakarta, meskipun ramai dan tak pernah benar-benar sunyi, tetapi pada pagi ini terasa sedikit lebih lembut dari biasanya.

Di dalam sebuah kamar lantai dua rumah mewah nan megah, terdengar suara dering alarm pada handphone berbunyi, membuat Naresha yang masih terlelap di dalam alam mimpi secara perlahan-lahan mulai membuka mata dan menggerakkan tangan kanan dengan sangat lemas untuk mengambil benda pipih miliknya dari atas meja samping tempat tidur.

Naresha mengedipkan mata beberapa kali guna menormalkan kembali indera penglihatan yang masihlah sangat buram pada saat ini, kemudian segera mematikan dering alarm setelah melihat waktu di dalam sana.

Setelah alarm mati, Naresha menaruh kembali handphone ke tempat semula, sebelum pada akhirnya secara perlahan-lahan mulai bangun dari posisi tidurnya—bersandar pada headboard kasur—menguap pelan sambil menyibakkan rambut panjangnya yang sangat berantakan.

“Argh, pusing … kebanyakan minum aku kemarin malam,” gumam Naresha dengan suara serak khas orang baru bangun dari tidur, seraya tangannya refleks memberikan pijatan pada bagian kanan serta kiri keningnya.

Beberapa menit berlalu, begitu merasa rasa pusing mulai menghilang, Naresha pelan-pelan turun dari atas tempat tidur, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi berada—guna mencuci muka agar dirinya kembali menjadi segar di hari Sabtu ini.

Sekitar lima menit berlalu, Naresha keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah cantiknya terlihat lembab dan telah berubah menjadi sangat segar. Ia melangkahkan kaki mendekati tempat meja riasnya berada, mengenakan beberapa macam skincare sembari mengukir senyuman tipis penuh kebahagiaan ketika mengingat segala hal yang telah dirinya bersama kedua sahabatnya lakukan kemarin malam—mulai dari minum-minuman beralkohol, berdansa, serta berkenalan dengan beberapa cowok baru yang kemungkinan besar akan menjadi mainannya di masa depan nanti.

“Tadi malam aku benar-benar ngerasa bebas banget … kayak sebelum nikah sama Kaizen … rasanya aku bisa ngelakuin apa aja tanpa punya rasa takut sama sekali,” batin Naresha, merekahkan senyumannya sambil menaruh kembali beberapa skincare di tempat semula, setelah selesai mengenakannya di wajah cantiknya, “Sekarang waktunya turun buat sarapan.”

Naresha sedikit memperbaiki posisi rambutnya yang sedikit menutupi indera penglihatan, mengambil handphone dari atas meja samping tempat tidur sebelum pada akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kaki meninggalkan bagian dalam kamar.

Sepanjang perjalanan menuju lantai satu, Naresha membalas beberapa chat dari tiga orang cowok yang kemarin malam baru saja dirinya kenal, sembari bersenandung kecil guna menghilangkan rasa sunyi yang sedang menyelimuti tubuhnya saat ini.

“Kayaknya dua anak ini bakal aku tinggal … nggak asyik banget baru kenalan udah bahas hal-hal mesum … tapi kayaknya bakal aku bikin mereka ngerasa kalau aku terima … biar lumayan sakit nantinya,” batin Naresha, mengukir senyuman tipis penuh akan arti ketika membaca chat mesum dari dua orang cowok yang kemarin malam dirinya kenal.

Tangan ramping nan lentik milik Naresha dengan sangat lihai menari-nari di atas keypad handphone, mengetikkan beberapa kalimat godaan yang kemungkinan besar akan membuat dua cowok mesum itu akan galau setengah mati ketika dirinya tinggalkan pada nantinya.

Setelah mengirimkan chat itu, Naresha mematikan layar handphone ketika mendengar suara piring sedang bergesekan dengan sendok dari arah ruangan makan. Ia segera melangkahkan kaki ke sana, lantas mengerutkan kening ketika melihat sosok Kaizen tengah asyik menikmati tiga mangkuk mie instan yang dijadikan menjadi satu.

Naresha melangkah mendekat, kemudian mendudukkan tubuh di hadapan Kaizen sambil melipat kedua tangan di depan dada—menatap penuh akan arti ke arah sang suami.

Kaizen yang sedang asyik bermain game di dalam layar tablet sambil mengunyah mie instan spontan mengangkat kepala saat merasakan ada seseorang sedang mengawasinya. Ia spontan mengerutkan kening dan menelan mie instan yang berada di dalam mulutnya saat melihat tatapan dari Naresha.

“Kenapa lu? Mau makan mie juga?” tanya Kaizen, menyendok mie instan dan kembali memasukkannya ke dalam bibir merah muda miliknya.

Naresha memutar bola mata malas saat mendengar pertanyaan tidak berdosa dari Kaizen, sebelum pada akhirnya membuka suara. “Lu itu nggak bisa makan yang lain, ya? Perasaan gue lihat-lihat setiap hari lu pasti selalu makan mie instan, deh … mau pagi atau pun malam … kena gangguan pencernaan baru tahu rasa!”

Kaizen mengangkat kedua alisnya saat mendengar ucapan Naresha, menelan mie instan, lalu mulai mengukir senyuman tipis penuh akan godaan dan rasa percaya diri sangat mendalam. “Waduh, waduh, waduh … khawatir banget, ya, lu kalau gue kenapa-napa? Sesayang itu, kan, lu sama gue sekarang, Sa?”

Naresha berdecak pelan kala mendengar ucapan penuh percaya diri dari Kaizen, lantas sesegera mungkin membuka layar handphone miliknya untuk memesan makanan secara online. “Ngaco, tingkat kepedean lu gue lihat-lihat makin hari, makin gede, ya … pantesan aja nggak ada cewek yang naksir sama lu di sekolah.”

Kaizen terkekeh pelan saat mendengar hal itu. Ia kembali berfokus pada aktivitasnya, tidak ingin memperpanjang obrolan bersama Naresha yang berpotensi besar akan membuat kedamaian pada pagi hari ini menghilang.

Naresha pun tidak lagi mengeluarkan suara. Ia berfokus memilih menu makanan yang akan dirinya nikmati pada pagi hari ini di dalam layar handphone, hingga pada akhirnya memutuskan untuk membeli Chicken Croissant Sandwich yang begitu sangat menggoda serta minuman favoritnya.

Setelah memesan makanan itu, Naresha mengalihkan pandangan sejenak ke arah Kaizen, kemudian dengan penuh kehati-hatian mengambil beberapa foto suaminya itu dengan gaya candid, sebelum mengirimkannya kepada sang mama mertua.

Naresha:

“Ma, Kaizen makan mie instan terus-terusan … aku udah bilangi dia, tapi dia ngeyel dan malah bilang kalau aku nggak usah ikut campur sama urusan dia.”

Begitu foto dan chat itu terkirim kepada sang mama mertua, Naresha mengukir senyuman penuh akan arti sambil mematikan layar handphone, kemudian menaruh benda pipih itu di atas meja makan. Ia kembali menatap ke arah Kaizen sejenak, sedikit melebarkan senyuman penuh akan arti miliknya.

“Siap-siap, Kaizen … sebentar lagi akan dapat Omelan dan ceramah dari mama … gue nggak sabar lihat muka lu yang ngeselin itu berubah jadi murung.”

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!