Kenyataan pahit yang membuat hidupnya berubah. Tak ada lagi sifat manja dan lemah. Yang ada kini adalah sesosok gadis cantik tak tersentuh meski di bibirnya selalu tersungging senyum.
Keras hatinya membuat setiap orang segan bahkan tak ingin berurusan dengannya.
Namun, bagaimana dengan orang-orang yang menjadi sebuah bara dendam dalam hati nya terus berkobar?
Mampukah mereka selamat dari dendam seorang Arcila Damayanti yang merupakan titisan dari siluman penghuni kebun angker?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Takdir
Seorang gadis cantik turun dari pesawat, dengan kacamata hitam yang membingkai kedua matanya. Nampak anggun dengan segala yang dipakainya. Dari ujung kepala hingga kaki dapat semua orang lihat jika semua barang yang melekat di tubuhnya sebuah brand terkenal.
Gadis itu mengulas senyum kala melihat seorang pria paruh baya melambaikan tangannya. Menyambut kedatangan gadis itu dengan kedua tangan terentang siap memberi pelukan.
"Welcome sayang."
"Thanks dady."
"Bagaimana penerbanganmu, apa membosankan?"
"Begitulah dad, but is ok lah aku menikmatinya."
Keduanya melangkah meninggalkan bandara dengan diiringi obrolan ringan. Sementara itu di perusahaan tempat Derrick memimpin. Pangeran tampan tersebut sedang fokus pada berkas berkas yang baru saja di berikan oleh Ario.
Derrick yang memang mempunyai kelebihan sempat merasakan pusing di kepalanya tanpa sebab beberapa menit lalu. Namun dia mencoba untuk tetap tenang.
Leo yang berada di ruangan yang sama dengan Derrick memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi pada sahabatnya tersebut. Ya, persahabatan yang mungkin bagi sebagian orang dianggap tabu karena menyalahi kodrat. Dimana bangsa manusia bisa bersahabat dengan bangsa siluman yang menurut orang awam adalah setan atau iblis yang menyesatkan.
"Kau tak apa? apa ada yang terjadi atau kau rasakan?"
"Entahlah, aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi namun aku tak bisa menembusnya." Ucapnya seraya menyingkirkan berkas yang telah selesai dia kerjakan.
"Pangeran." Ario yang tiba-tiba masuk membuat kedua pemuda tersebut menoleh ke arahnya.
"Ada apa kak? sepertinya ada yang penting." Derrick mengernyitkan dahinya mendapati Ario
"Yang mulia mengirim pesan agar kita berhati-hati. Pangeran ingat dengan kalung liontin kembar milik putri yang hilang?. Yang mulia merasakan kemunculan benda itu dan beliau berharap kita semua berhati-hati."
"Pantas saja aku tak bisa merasakannya, ternyata benda itu." Derrick bergumam pelan.
"Terimakasih kak, Aku akan mengingatnya. Oh ya, bagaimana dengan adik? apa dia sudah mengetahuinya juga?"
Ario mengangguk. "Saya harap sudah, karena saya juga telah mengutus orang untuk menyampaikan tentang ini pada putri dan juga Arsen. Ada lagi pangeran, yang mulia mengatakan jika beliau akan kembali bertapa beberapa waktu ini. Untuk itu, beliau berharap pangeran dapat melindungi putri."
Derrick mengangguk mengerti, meski pikirannya masih melayang ke arah kalung berliontin kembar yang salah satu telah hilang yaitu milik Arcila. Setelah pertemuan dan terkuaknya kisah masa lalu keluarga mereka. Derrick menempati rumah mewah peninggalan keluarga Gerald, namun tidak dengan Arcila yang memilih tetap menyembunyikan identitasnya dan tetap memakai nama Sanca.
Bukan karena tak ingin, namun semua dilakukan demi keselamatannya sendiri. Arcila sadar jika dirinya belum lah mampu menjaga dirinya sendiri. Tak ingin semakin merepotkan sang kakak. Selain itu juga, cara itu dirasa cukup efektif untuk bisa menyelidiki semua yang terjadi berkaitan dengan pembunuhan yang menimpa sang mama.
Ario kembali melangkah keluar meninggalkan kedua pemuda yang kembali tenggelam dalam pekerjaan mereka.
"Ternyata menjadi manusia itu tidak gampang ya. Pantas saja banyak diantara kalian yang menggunakan cara licik demi bisa mencapai tujuan. Ternyata untuk mendapatkan kekayaan begini sulitnya. Padahal di istana aku tak perlu melakukan semua ini."
Leo tersenyum tipis mendengarkan gerutuan Derrick yang merasakan kepalanya mau pecah melihat banyaknya berkas yang harus dia periksa.
"Sebaiknya aku pergi melihat dunia luar. Leo kamu tetap disini ya, ingat langsung panggil aku begitu kakak datang mencariku nanti."
"Eh, tapi.. Astaga dia ini." Leo menggerutu sambil menatap Derrick yang telah menghilang dari hadapannya.
*
*
*
Arcila tersenyum legah melihat restoran milik Arsen yang kini dia pegang semakin hari semakin ramai pengunjung. Masih di bantu oleh Pak Sandro, gadis itu sedikit demi sedikit menguasai ilmu management.
Sementara Arsen memilih untuk tetap menjalankan bisnis properti yang sedang di gelutinya. Keduanya sepakat untuk tetap menutup identitas masing-masing hingga waktunya nanti barulah mereka sendiri yang akan mengungkapkannya.
Arcila juga terus berupaya untuk melatih kekuatan dalam dirinya agar bisa dia gunakan paling tidak untuk melindungi diri. Sang ayah, Gara. Memberinya beberapa bekal jurus yang setiap hari selalu dilatihnya bersama Arsen.
Untuk kepekaan dan insting, Arcila sudah sedikit lebih baik. Dia bisa merasakan kehadiran dengan jarak 20 meter dirinya tanpa perlu menoleh. Bahkan Arcila kini bisa menggunakan pikirannya untuk membaca gerak gerik orang lain.
"Astaga kak. Kau mengagetkan ku saja." Derrick tergelak menatap wajah sang adik yang cemberut. Nampak lucu baginya melihat gadis yang seluruh wajahnya mirip dengannya itu.
"Sedang melamun apa sih? sampai tidak konsen begitu. Harusnya kan kamu bisa merasakan kehadiran kakak bahkan sebelum kakak datang."
Arcila memicing, menatap sang kakak dengan tatapan horor.
Dia lupa atau bagaimana? bukankah sudah di bilang jika kekuatan nya hanya bisa ditandingi oleh sang ayah.
"Kakak kesini mau menemuiku karena kangen atau memang mau meledekku."
Masih dengan gelak tawanya, Derrick mendudukkan dirinya di sofa panjang yang terdapat dalam ruangan Cila.
"Bosan sekali di kantor. Kamu tahu, kakak harus memeriksa berkas begitu banyaknya dari pagi. Rasanya kepala kakak mau pecah, ternyata menjadi manusia tidak semenyenangkan bayangan kakak selama ini. Sangat ribet dan harus urus banyak hal." Pemuda tampan itu kembali menggerutu.
"Hahaha, rasain. Emang kakak pikir hidup manusia itu serba gampang. Tapi kak, harusnya kita bersyukur dengan semua ini. Setidaknya, kakak masih diberi kesempatan untuk merasakan bagaimana menjadi manusia bukan. Sama sepertiku."
Derrick menarik Cila dalam pelukannya. Dirinya tak tahu betapa pedihnya harus melewati kenyataan seperti yang Arcila jalani saat ini. Menjadi manusia dengan kekuatan siluman yang tersembunyi dalam dirinya. Sementara dirinya lebih beruntung karena gen siluman yang melekat padanya lebih kental dibanding gen sang ibu. Bahkan Derrick tidak perlu merasakan yang namanya sakit hati atau berdebar karena di dunianya hanya ada dua pilihan. Bertahan atau mati.