Gadis 147 cm

Setelah mendapatkan izin dari Andre yang merupakan boss bohongan Faiha dan Andre juga bagian dari sandiwara mereka.Akhirnya kedua wanita cantik beda generasi itu pun bergegas menuju ke sebuah butik ternama langganan keluarga Jayendra.

Singkat cerita mereka kini telah berada di butik tersebut. Faiha sedang di ukur untuk pembuatan kebaya pengantinnya.Sedangkan Nyona Malika memperhatikan dengan seksama dan senyum bahagia yang tak lepas dari wajahnya.

"Tubuh calon menantu nyonya mungil sekali, ya. Cantik lagi.Pasti nanti dia akan menjadi pengantin tercantik sangat cocok mendampingi putra anda." Sang desainer memuji kecantikkan Faiha.

"Siapa dulu dong yang pintar mencari calon istri. Ya putra kesayanganku lah. Kamu memang benar-benar cantik, Faiha. Abi memang tak salah pilih." Nyonya Malika terus memuji Faiha membuat gadis itu malu.Pipinya bersemu merah.

Seusai dari butik karena jam telah menunjukkan pukul.13.00, sudah waktunya untuk santap siang. Nyonya Malika mengajak Faiha makan terlebih dahulu di sebuah restauran langganannya.

"Kita makan siang dulu ya, sayang."

"Baik, Ma."

Ternyata acara hang out mereka belum berakhir sampai disitu, mereka berkeliling dari satu toko ke toko yang lainnya di sebuah mall terbesar di Jakarta. Nyonya Malika membeli bermacam-macam kebutuhan wanita.Seperti dress-dress cantik dan elegan, sepatu, slop, tas, skincare serta perlengkapan kosmetik. Faiha tidak.berani untuk menolak semua pemberian dari calon mama mertuanya itu. wanita paru baya itu begitu baik kepadanya. Faiha tidak ingin membuatnya kecewa.

Sebenarnya Nyonya Malika sangat ingin mampir dan.berkenalan.dengan bulek Lastri namun, Faiha mengatakan kalau dia belum siap disamping itu karena.dia juga belum memberitahukan perihal hubungannya dengan Abiseka dan rencana keluarga Jayendra yang ingin melamarnya.

Nyonya Malika pun bisa memakluminya dan mengerti akan perasaan dari calon menantunya itu. Setelah memastikan Faiha masuk ke dalam rumah sederhananya, Nyonya Malika pun kembali melanjutkan perjalannya untuk pulang ke rumah.

Malam harinya, Faiha ingin memberitahukan segalanya pada bulek Lastri. Semoga saja sang buleknya tidak shock mendengarnya. Karena hal itu begitu mendadak dan tiba-tiba saja Faiha akan di persunting oleh seorang pria yang bahkan.buleknya saja belum mengenal laki-laki yang kini dekat dengan sang keponakan.

"Bulek–Faiha ingin mengobrol sebentar,boleh?ada sesuatu hal yang ingin Fai sampaikan pada bulek."

"Baiklah, ayo kita bicara di ruang tamu saja!"

Dan kini bulek Lastri sudah siap untuk mendengarkan apa yang ingin di utarakan oleh Faiha. Mereka duduk berdampingan di sebuah sofa dan Faiha pun mulai bercerita apa yang harus ia katakan. Dari awal hubungannya dengan Abiseka yang adalah Ceo di perusahaan tempatnya bekerja serta pertemuannya dengan keluarga Jayendra sampai akhirnya keluarga tersebut menerimanya yang tulus tanpa memandang bibit, bebet, bobot.

Bulek Lastri cukup terkejut dan tak menyangka kalau sang keponakan akan segera menikah dengan seorang pria yang cukup wah untuk kalangan bawah seperti mereka ini. Bulek Lastri sempat agak ragu untuk merestuinya.Namun, setelah Faiha berhaail menyakinkan dan bersungguh-sungguh akan keseriusannya untuk berumah tangga dengan pria pilihannya.

Walaupun kenyataannya tidaklah demikian. Bahkan calon suaminya sama sekali tidak menyukainya. Itu semua sebatas kerjasama yang saling menguntungkan.diantara keduanya. Faiha ibarat membayar hutang pada Abiseka, sedangkan Abiseka memang membutuhkan Faiha untuk bersandiwara menjadi calon istrinya agar bisa membahagiakan keluarga yang sangat di cintainya. Intinya Faiha hanyalan gadis sewaan sampai waktu yang tidak di tentukan kapan akan berakhir kontrak kerjasama mereka.

"Kalau memang itu sudah menjadi keputusan kalian berdua, bulek pun tidak berhak melarang dan mencampuri hubunganmu dengan boss mu itu,Fai. Hanya satu pesan bulek agar kamu bisa membawa diri dimanapun kamu berada. Apalagi keluarga calon suamimu itu dari kalangan atas. Otomatis kamu akan di tuntut untuk bisa mengimbangi gaya hidup mereka sehari-hari.Semoga saja mereka benar-benar tulus padamu,nak."

"Jadi, kapan keluarga bossmu itu akan datang untuk melamar?"

"Lusa, Bulek."

"APA–lusa! Kenapa cepat sekali. Tidak terjadi suatu apapun kan, sama kamu? Kamu pasti mengerti apa yang bulek maksud."

"Ya–tidaklah Bulek, Faiha masih sadar akan dosa dan tak akan pernah melanggar norma agama. Faiha masih suci dan tidak ada seorang pria pun yang pernah menyentuh tubuh Faiha. Faiha bicara yang sejujur-jujurnya.Bulek jangan khawatir, Fai bisa menjaga diri."

"Syukurlah kalau begitu, maaf ya bulek sempat berpikiran negatif. Habis ini terkesan begitu tergesa-gesa. Apa boss mu itu sudah tidak tahan ingin segera menikahimu? Berapa memang usianya?"

Wanita paru baya itu pun bisa menghela lapas lega karena apa yang di perkirakannya itu tidaklah terjadi. Sang keponakan memang gadis yang baik. Ia percaya Faiha tidak akan pernah melakukannya. Tapi, bulek Lastri juga penasaran dengan sosok Abiseka.

"Emm–dia berumur 36 tahun, bulek." Faiha ragu-ragu untuk mengatakannya dan benar saja dugaannya,bulek Lastri langsung terpekik kaget.

"Apa—36 tahun? Apa tidak terlalu tua untukmu,Fai. Ah, akan tetapi sudahlah. Soal umur bukanlah jadi masalah yang terpenting laki-laki itu benar-benar sayang sama kamu. Itu sudah membuat hati bulek tenang untuk melepasmu."

"Fiuhh—aku kira bulek akan keberatan akan hal itu. Syukurlah bulek Lastri bisa menerimanya. Lagi pula kan pernikahan kami nanti hanyalah formalitas dan hanya sebuah sandiwara. Hubungan kami hanya sebatas take and gift. Sama-sama saling menguntungkan. Kamu harus bisa,Faiha.Semangat!"

"Fai, kamu sedang melamuni apa? semua baik-baik saja,kan. Apa ada sesuatu yang masih kamu tutup-tutupi dari bulek."

"Oh, tidak kok bulek.Semua baik-baik saja." Faiha memasang senyum bahagia yang palsu.

"Baiklah, katakan pada mereka kalau keluarga kita siap menerima kedatangan mereka untuk acara lamaranmu.Sekarang ayo kita tidur, besok kamu harus bekerja kan!"

"Nggih bulek.Faiha kekamar duluan ya, bulek."

Keesokkan harinya di gedung Jayendra Group, tepatnya di ruangan Ceo. Abiseka tengah berbicara dengan Faiha. Ya, pagi-pagi sekali Faiha di panggil keruangan Abiseka.Laki-laki itu ingin menanyakan soal rencana acara lamaran esok lusa.

"Bagaimana hasilnya? Apa keluargamu sudah siap menerima kedatangan kami untuk acara lamaran itu."

"Iya, semua berjalan seauai rencana walaupun saya harus kembali melakukan kebohongan pada keluarga saya. Tapi, itu tidak jadi masalah." Faiha menjawab dengan raut wajah datarnya seakan cuek dan tidak perduli pada sang boss.

"Mengapa ekspresimu seperti tak suka begitu? Harusnya kamu itu bersorak gembira karena akhirnya bisa menjadi menantu di keluarga terhormat.Dan juga bisa memperbaiki taraf hidup keluargamu itu,bukan."

"Maksud anda apa?" Faiha merasa kalau Abiseka tengah mengejeknya dan merendahkan keluarganya. Memang benar keluarganya bukanlah dari kalangan berada.Tapj, apa pantas seorang Abiseka Jayendra yang terhormat berbicara sejahat itu. Faiha jadi semakin illfeel pada pria arogan yang kenyataannya akan segera menjadi suaminya kelak.

"Loh, Semua yang aku katakan itu benar adanya, bukan. Kenapa kamu malah sewot. Sudahlah, ingat...semua ini hanyalah sebuah sandiwara dan pernikahan kita tidak akan pernah berlaku seperti kehidupan perkawinan yang sebenar-benarnya."

"Ya ya ya, saya sangat paham dan mengerti Tuan Abiseka yang terhormat. Jangan khawatir, saya tidak akan pernah baper dalam menjalaninya nanti. Karena anda bukanlah tipe pria idaman saya.Sama seperti anda yang juga berkata kalau saya bukanlah tipe ideal anda,bukan.Jadi, saya rasa semua akan aman-aman saja."

Abiseka sedikit kesal dengan ucapan Faiha dan ada rasa tersinggung. Memangnya Faiha itu cukup wah...sampai mengatakan kalau dia bukanlah pria idaman baginya.

"Sombong sekali kamu,ya.Kita lihat saja nanti siapa yang akan lebih dulu kalah dan bertekuk lutut."

"Maksudnya–?"

"Maksudnya adalah ini—."

Grepp

Kyaaa–

BRAKKK

Bersambung

Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.