NovelToon NovelToon
Korban Cinta Oppa

Korban Cinta Oppa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Trii_e

Aramina Dwi Fasya, gadis yang menyandang gelar lulusan S1 Pendidikan Ekonomi namun masih mempertinggi angka pengangguran, beban keluarga. Menjadi seorang EXE-L di usia 20 tahun membuat kehidupan gadis itu diwarnai dengan drama serta kehaluan bakal bersanding dengan sang bias favorit, Kay. Berawal dari sebuah konser dan Fanmeeting di ibukota menyadarkannya pada kenyataan bahwa menyentuh sang idol adalah nyata!
Belum lagi sebenarnya banyak kejadian tak terduga yang terasa bagai mimpi melengkapi imajinasinya soal hal paling tidak memungkinkan di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trii_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Aku Suka Gayamu

Sebelum mas Juan dan Juna kembali ke tempat kami, ada baiknya bagi seorang perempuan memperbaiki riasan diri. Bukan perihal menambah tebal make up, lipstik, eyeshadow ataupun segala macam. Tetapi melihat-lihat hal ganjil yang nampak di pelupuk. Misal, ada upil nongol di lubang hidung, ihhhh kan gak bangetttt!!!

Arin sudah siap dengan kaca kecilnya membenahi anakan rambut yang acak-acakan. Lagian mereka tadi naik motor jadi pantas saja berantakan. Sementara aku memperbaiki letak topi, terlihat mas Juan dan Juna jalan berbarengan.

“Rin! Datang Rin!”

Alhasil semua kaca masuk ke dalam tas untuk bersembunyi. Ssttt!! Jangan bilang-bilang yah? Ini rahasia perempuan yang gak boleh diumumkan.

“Nah, ini dia!” Juna meletakkan empat cup boba di hadapan kami. Sedangkan mas Juan tak ketinggalan dengan seabreg jajanan ringan membuat kami berdua, para ciwik, mengangguk kegirangan. Ada cimol, cireng, burger, dan beberapa makanan daerah khas yang sering dijajakan di alun-alun setiap hari. Makanya ini tuh salah satu tempat favorit buat kita.

“Biasanya orang ke sini sore-sore.” Mas Juan membuka suara sambil mengecap rasa esnya dalam-dalam. Lihat! Mataku silau, masa kan dia yang minum boba sampe kelihatan mengalir di tenggorokannya. Jakun yang naik turun, duh! Mas kenapa jantan sekali, arghhhhh!!

“Itu Mina mas. Katanya pengen ketemu mas Juan cepat-cepat, jadi gak perlu nunggu sore.”

Whatt??? Arin pliss jaga mulut dong!

Meski yang kau bilang itu benar, tapi jangan katakan di depan mataku juga. Mau dikemanakan rasa malu ini?

“Ya tidak apa-apa ...”

Suer! Itu yang keluar dari mulut mas Juan kira-kira benar apa salah? Dia bilang tidak apa-apa guys!

“Mina bisa ajak mas kapan saja.” Tambahnya lagi semakin membuat hatiku meleleh. Mendadak perut yang tadinya terasa kosong menjadi begitu penuh oleh satu kata, saranghaeyo. Saranghaeyo! Saranghaeyo Oppa!

“jinjja? Wah mas! Mina bisa kesenangan loh.”

Lagi-lagi Arin memang sengaja menjatuhkan image baik ku di depan mas Juan dan Juna. Lihat saja, diri sudah tidak mau untuk diperdaya lagi olehmu.

“Ehmm mas, gimana nanti malam kalo jalan?”

Akhhhh!!!! Kau kan janji mau temani Kay Oppa live di ig sampe selesai gadis bodohh!!!!

Lagi kau mengajak lelaki berkencan lebih dulu? Itu sangat sangat menjatuhkan harga diri.  Entah ke mana lagi mau dibuat wajah ini, sekalinya bicara malah bicara omong kosong. Lebih baik kau tidak berbicara sama sekali Mina-ya!

“Woww! Aku baru tau kalau Mina seorang yang berterus terang.” Juna yang masih terdiam menyaksikan akhirnya ikut angkat bicara. Kira-kira apa yah pikir mas Juan tentangku?

“Ayo. Mau ke mana dek?”

Hah??

“Mas? Be-betulan mau?”

“Yah kan tidak ada salahnya. Mau ke mana?”

“Eh ke-ke mana saja asal sama mas.”

OMG!!! Ini sangat shy shy shy! Kalimat barusan benar-benar lebih parah dari apa pun. Bisa-bisanya gue, sebagai gadis yang biasanya bomat sama hal apa pun terkecuali K-Pop, bisa merendahkan diri di hadapan lelaki yang hanya karena tampangnya mirip Jin BTA, rela ngajak jalan duluan!?

“Oke, nanti mas jemput yah.”

“Btw mas, mau jemput Mimin ke mana?” Arin mengeluarkan pertanyaan yang sama dalam hatiku.

Nah itu, aku juga bingung.

“Ke rumah lah, gak mungkin depan gang kan?”

Kalau kamu jadi pacarku, kamu itu tipe sempurna sekali mas Juan. Yang tidak membiarkan wanitanya naik depan gang. Tapi sayang ini bukan. Bang Sat akan mengajakmu main pedang-pedangan jika nekat datang ke rumah.

“Gak bisa mas.” Timpal Arin, “Saat keluar rumah nanti mas tinggal nama doang.”

“Pak Hermansyah itu orang baik. Jadi apa yang ditakutkan?”

“Bukan ayah mas. Tapi bang Sat itu lebih kejam dari Sun Go kong.”

“Mas dan abangmu berteman baik saat satu sekolah dulu, jadi tidak perlu khawatir.”

“Kali ini beda cerita mas.”

“Nanti lihat saja. Mas akan menaklukkan hati keluargamu.”

Sedang asyik nonton MV EXE selepas maghrib, belum lepas mukena sama sekali, dan asyik terhanyut dalam ketampanan para Oppa, tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk. Awalnya cuek saja, kalau bukan bang Sat pasti eomma atau appa. Tumbenan sekali mengetuk, bukannya biasa langsung terobos aja ke dalam. Ada perjanjian tak tertulis dalam keluarga ini, bahwa tidak ada satu hal pun privasi yang disembunyikan. Maksudnya, privasi bukan yang bukan-bukan.

Tok! Tok! Tok!

“Come on ... Ini bukan istana!” masuk saja tidak perlu di ketuk.

Tok! Tok! Tok!

“Arghh ... Kalau mau masuk yah masuk aja bang Sat!”

“Ini ayah Mina.”

Eh, astaghfirullahaladzim! Ayah tidak boleh salah sangka kalau putrinya ini suka ngomong kasar. Itu tentu bang Satria, tujuannya.

“Masuk saja yah.” Jawabku sedikit berteriak agar kedengaran.

Tak seberapa lama pun ayah masuk, melihatku dengan jengah sedang asyik bermain handphone.

“Maghrib-maghrib itu sholat Mina, ngaji, bukan langsung main hp.”

“Sudah kok yah, ini mau masuk waktu isya loh.” Appa menajamkan pendengaran. Dan benar saja, dari masjid yang tak jauh dari lokasi rumah terdengar kaji-kajian yang menandakan waktu isya akan segera dimulai.

“Appa mau tanya, kamu berteman dengan langganan ayah?” sekarang superheroku itu sedang duduk di pinggiran kasur seraya menatapku dengan pandangan lembut. Aku tak mengerti siapa maksud ayah, pelanggan yang berteman denganku rasanya tidak ada. Kan semua orang juga tahu, temanku hanya Arin seorang.

“Pelanggan siapa maksud appa?”

Ayah mendekat, mengelus kepalaku dengan lembut dengan penuh kasih sayang. Rasa nyaman ini tak beralasan, mengerti bahwa hanya appa yang sangat menyayangi sejak kecil. Rasa cintanya langsung terlihat dari dua bola mata tegas sekaligus tenang tertuju memaku daku di tempat. Soalnya aku juga sangat menyayangimu appa ...

“Kau sudah dewasa Mina, ayah tak pernah melarangmu untuk menemukan pasangan hidup. Ayah juga senang jika seandainya di usia sebelum senja ini kami menikmati hidup dengan banyak cucu lucu-lucu dan menggemaskan.”

Yang ayah ucapkan itu tulus dari hati. Aku bisa melihat apa adanya yang priaku maksud. Memang bang Satria sudah waktunya memasuki usia pernikahan. Tapi tidak tahu apa yang salah darinya, setiap kali berkencan dengan cewek, hanya beberapa waktu sudah ghosting saja. Dan jangan tanya siapa yang paling menderita akibat kandasnya hubungan itu, bang Satria. Padahal dalam keluarga Hermansyah tidak ada tampang yang biasa aja, minimal ada manis-manisnya gitu loh. Hanya aku, ya aku ... Paling bontot dan paling bantet, alias gagal tinggi dan agak berisi.

“Harusnya ayah bilang ke bang Satria,” kugenggam tangan ayah dan mengusapnya lembut. “Atau gimana kalau kita jodohin aja dia sama keluarga di Medan?”

Agak sedikit lain kulihat raut wajah ayah. Antara terkejut dan gemas bersamaan, aku kan tidak salah jawab, jadi mananya yang salah?

“Maksud ayah itu kamu Mina.”

“Whatt?? Appa?!”

“Kenapa?” ayah terkejut melihatku terlalu histeris.

“Appa! Mina masih kecil, masih 24 tahun dan masih suka jajan boba. Suka cilok, suka cimol, suka basreng, telur gulung, dan es lilin. Mana bisa mengurus rumah tangga.”

Kaget dong woiii!!

Masa ia daku jadi ibu rumah tangga di usia belia? Dan jangan bilang itu jodohku bukan Kay Oppa! Aku sudah berjanji hanya akan menikah dengannya saja.

“Bisa. Siapa bilang tidak bisa? Appa yakin kalau kau menikah dengan dia pasti hidup Mina akan bahagia.”

“Dia siapa maksudnya? Ayang menjodohkan Mina?”

“Pelanggan yang ayah bilang. Bukannya kalian dekat?”

“Loh?” siapa sebenarnya yang ayah maksud, aku tidak kenal satu pun pelanggan ayah yang seingatku pasti udah berkeluarga semua. Secara orang ke toko batik kan karena keperluan keluarga toh.

“Tapi di bawah ...” ayah terhenti, “Katanya dia minta izin membawamu keluar, ayah kira kalian dekat sekali.”

Mataku langsung melebar. Yang benar saja wahai! Siapa yang berani datang dan menjerat tali ke leher sendiri. Aku takut bang Satria akan mengeluarkan sarung tinjunya dan menjadikan rumah sebagai ring. Wait, yang aku ajak jalan tadi sore kan ... mas Jin! Mas Jin beneran mau datang dan minta izin??? Oh my God!

Aku terlonjak, aku kaget, aku ingin melompat ke loteng-loteng rasanya! Tapi ada appa, jadi tidak berani.

“Maksud appa mas Juan datang? Beneran?”

“Iya, di bawah sedang bersama Satria. Mereka ternyata pernah satu sekolah juga dan jadi akrab. Asal Mina tahu, nak Juan itu jadi pelanggan tetap toko kita sejak beberapa tahun yang lalu. Ayah juga suka karena anaknya sopan, ramah, dan sering berbaik hati kepada mang Teja dan mang Sakti. Dan ayah dengar-dengar dia juga enterprenter muda.”

“Enterpreneur muda appa.”

“Iya ituh maksud ayah.”

Sepertinya ayah suka sekali dengan mas Juan. Aku suka, tapi ...

“Nah, kamu tidak mau segera keluar  Min?”

“Eh iya, Mina lupa. Yuk appa!”

Bergegas kuikuti langkah appa ke ruang tamu dan terdengar suara tawa dari mereka yang ada di sana. Tumben juga tawa ibu terdengar paling keras. Paling kalo sedikit lucu ketawa seadanya, paling banter mesem-mesem kayak minum es limun.

“Mas Juan.” Sambutku antusias.

“Ma Shaa allah.” Bisiknya namun masih bisa terdengar. Apa yang dia kagumi dariku yah? Aneh sekali waktu malam ini.

“Tumben sholat dek.” Bang satria menguatkan suara sambil melirik mas Juan di sampingnya. OOO ... Jadi kau mau bilang kalau aku jarang sholat dan malas menunaikan perintah agama gitu bang? Kemarin aku tidak sholat kan karena lagi kedatangan  pesulap merah, eh lampu merah.

“Eh bang Sat! Aku Baru selesai mandi waj ...”

Ya Allah! Kelupaan ...

Huweeeee!! Ada mas Juan dan aku terlalu bar-bar untuk menjadi cewek yang diidamkannya. Hiks!

“Yaudah, mending pergi sekarang biar pulang jangan kemalaman.” Untunglah ibu mengerti apa yang kurasakan, sesama perempuan memang harus saling membantu toh. Dan lagi, aku mengerti kenapa jalan dengan mas Juan sangat mulus terkendali, karena ... Semua yang keluargaku inginkan ada padanya. Ini kesempatan emas bukan? Kapan lagi bisa jalan-jalan sama cowok tanpa bayangan bang Satria pegang pedang. Sepatu andalan hanya di rak belakang pintu, saat sangat senang sampai-sampai sudah mirip si Arin, menari-nari bagai film India. Rasanya ke tempat itu cepat sekali karena kayang, hehehe.

“Kok pake sepatu?” aku terlalu senang sampai buru-buru mengikat talinya secepat kilat. Eomma dan semua orang menatap penuh keheranan, bikin orang insecure saja.

“Kan mau pergi. Yuk mas!” (Ayok mas! Aku sudah bersemangat)

Aneh. Mas Juan tidak bergeming dan terlihat memendam tawa yang begitu ngakak. Sebenarnya niat tidak sih? Kalau tidak, ngapain harus capek-capek datang minta izin sama appa dan bang Satria layaknya pria gentleman? Aku sadar, mungkin ini karma setelah menghianati Kay Oppa.

“Wkwkwkwkwkww ...  Kocak bet adek gua!” bang Satria ketawa keras sampai badannya berguncang, menampar-nampar bahu mas Juan seringkali.  “Yakin Lo dek mau begitu aja?”

Semakin tidak mengerti, apa yang salah? Dan Paing memalukan ketika appa dan eomma ikut tertawa keras. Mas Juan masih tetap menahan namun memalingkan wajah ke area lain supaya tidak ikut menertawai.

Apa ada yang salah dengan penampilanku?

Akhirnya kuputuskan untuk meneliti lebih lanjut, sneakers favorit,  marsupilami ... Tunik, eh, emang kapan aku suka tunik? Kenapa juga ini tangan kagak keliatan macam digondol uwo-uwo, dan Cepol yang tadinya berantakan mana?

Kuteruskan meraba seluruh badan, hasilnya aneh.

“Ya Allah, ya Tuhanku, Allahu robbi!!”

Ternyata aku pake celana tidur gambar marsupilami dan mukena atasnya doang! Tambah aneh malah pake sneaker!! Ajaib banget tampilan ini ya tuhannn!!! Aku maluuuu ...

Pantas saja mereka tertawa, potongan gue absurd dan entah mungkin mas Juan jadi ilfeel sama gue, soalnya gue juga ilfeel sama diri sendiri kalau begini ceritanya. Bergegas aku berlari ke kamar di atas dan sialnya .... mati dua kali ahhh!! Kaki gue kesandung anakan tangga pertama dan jadinya ... Ah sudahlah!

“Adik!!! Begitu saja sudah bagus, aku suka gayamuuu!!!!” teriak bang Sat sengaja mempermalukan.

Blammmmm!!!

“Huwaaaaaa!!!!!”

“Arghhhhhhhhhh!!!!”

“Andwaeeeeeeeeeee!!”

Kegilaan yang sangat gilaaa!

1
Fatrie Gultom
❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!