Korban Cinta Oppa

Korban Cinta Oppa

Bab 1. Kehaluan Ini

“Mina! Bangun!”

Suara ibu selalu membuat kebisingan di pagi hari. Betul, wanita yang sedang berteriak itu adalah ibuku. Meski mendengar, tubuh rasanya enggan bangun karena tidur adalah kesukaan nomor satu. Mengapa? Jelas karena tidur aku bisa bermimpi sepuas hati dong tanpa harus berusaha keras di luar sana. Mimpi ingin bertemu idola yang tidak mungkin karena kuota jajan terbatas dari ibu. Huhu ...! Sungguh menyedihkan. Baiklah, kembali ke suara bising itu, Kata ibu Arin, tetangga samping rumah yang juga adalah sahabat kecilku, suara ibu bahkan menembus ventilasi dapurnya. Huffthhh! Merepotkan memang punya Ibu cerewet namun sejujurnya sekaligus adalah ibu terbaik di dunia. Hanya maafkan kebandelan ini, soalnya aku orang yang sangat mencintai kasur empuk.

“Mina! Kalau tidak mau bangun ibu akan buang semua lukisan-lukisan tak berfaedah di dinding ini! Satu ...! Dua ...! Ti ...”

Hap!

Tidak bisa dibiarkan! Aku langsung bangkit menghalangi poster-poster kesayangan sambil membentangkan tangan sepenuh dinding, persis cicak mabuk karena di suruh bangun terlalu pagi. Sedangkan ibu menjadi gemas, no! Tidak akan kubiarkan ibu menjamah lebih jauh lagi.

“Semuanya adalah foto suami fiksiku ibu! Mana boleh kau buat janda putrimu ini bahkan sebelum dipinang pemuda di dunia nyata, itupun kalau bisa melampauinya,” Kulirik poster suami dengan jas setelan merah menyala namun tampak menakjubkan di bodinya yang sempurna.

“Ini namanya perebutan hak!”

“Kenapa setiap ibu mau merobek lukisan ini kau langsung bangun? Heee ... Bangun dari kenyataan Mina! Lebih baik mandi saja dan cepat bantu ayahmu ke toko!”

“Huweee ... Ibu tidak tahu rasanya patah sebelum disakiti kan? Di sini!” tunjukku di atas dada, “Kalau ibu mau merobek foto My Hot Kay, Mina minggat dari rumah!”

Wajah ibu melotot sampai menjadi bentukan mata ikan mas koki si Abang di dalam akuarium sana. Lidahnya melet-melet merajuk meminta pelet, padahal aku saja belum berhasil memelet si suami yang tidak menyadari istrinya sedang menunggu di bawa pulang. Haishhhh!

“Kau mengancam ibu karena foto lelaki cabe-cabean itu hah? Dasar anak tak tahu terima kasih, sudah dibesarkan malah lebih membela orang lain!”

Oh tidak! Sebelum macan dalam diri ibu terbangun, lebih baik mencari jalan aman supaya tidak kena imbas. I see, sebentar lagi aku bakal dicoret dalam daftar penerima warisan keluarga.

“Mau ke mana kau Mina? Minaaaaaaaaa!!!!”

Sumpah! Setiap pagi kejadiannya bakal seperti ini. Tunggu 15 menit kemudian, baru aku akan masuk ke dalam rumah. Pasti saat itu ibu sudah mereda, kemudian dengan santai bisa mengendap-endap masuk kamar tanpa mendapat omelan lagi. Yap! Indah kan hidupku? Menjadi anak paling bungsu dari dua bersaudara tentunya menjadi gadis paling manja buat si ayah. Lain dengan ibu, malah lebih sayang Abang di banding diriku, putrinya.

“Ah kalian mulai lagi.” Arin membukakan pintu setelah berhasil kugedor pintu depan ke -9 kali. Gadis itu sudah terbiasa, tak peduli malah! Setiap pagi jika ibu sudah marah-marah maka aku akan kabur ke tetangga samping ini melulu. Paling tidak bisa dapat minum gratis, atau paling hokinya dapat sarapan pagi dong.

“Kukatakan padamu yah Mina-ya! Menjadi pembangkang itu sangat tidak baik, kau bilang ingin belajar menjadi calon istri terbaiknya Kay, tapi dengan ibumu saja tidak pernah lulus! Bagaimana sih?”

“Hehe ...” sambil nyengir kuda, aku juga menggaruk dahi yang gatal akibat menjadi cicak dadakan tadi, debu yang melekat banyak menempel di tambah semakin di perekat oleh keringat pagi ini. “Habisnya ibu selalu mengancam akan merobek semua poster Oppa!”

“Makanya jangan cari gara-gara tahu!”

Eh? Aku tidak setuju dengan apa yang dia katakan, emang tidur di waktu pagi adalah kesalahan? Lama-lama Arin juga akan mirip seperti ibu. “Coba saja kau yang rasakan sendiri! Nah, semisal Sehan-mu itu dicopot sama tante dan di bakar gimana? Masih bisa bilang tidak cari gara-gara begitu?”

Mata Arin melotot hebat, tuh kan! Mirip ibu. Jangan-jangan kami adalah putri yang tertukar di rumah sakit tepat saat ibu dan ibunya Arin melahirkan? Bisa jadi. Mereka 80 persen lebih mirip ketimbang diriku dengan tingkat ke bar-baran mencapai level maksimum.

“Kenapa malah Sehan-ku yang kau bahas? Selamatkan saja visual suamimu yang terancam punah karena perbuatanmu sendiri sana!”

“Nah loh? Marah kan?”

Arin hanya menggerutu. Ya, kami berdua adalah EXE-L garis keras. Kerasnya, gak keras-keras amat. Cukuplah adu mulut dan main tojos-tojosan kalau ada seseorang yang berani menghina idola kami. Terutama biasku, My Hot Kay. Ah rasanya tidak cukup sebait kata-kata untuk menggambarkan betapa sukanya aku padanya. Wajah tampan berkarisma, rahang tegas, bibir tebal sensual, mata indah, bodi yang sempurna dengan tinggi dan berat badan proporsional. Dan yang paling tidak bisa membuat mataku beralih adalah ... Roti sobek! Delapan kotak roti sobek melekat manis dan parahnya pikiran ini membayangkan lebih! Aku juga ingin menyentuhnya walau sebentar saja. Apalagi sifatnya terkesan cool menambah aura keseksian yang membuat tubuhku menggelepar bak ikan kekeringan.

“But, cukup! Hayalanmu terlalu jauh Mina-ya! Kay tidak akan membiarkan siapapun menyentuh dirinya yang berharga itu. Sudahlah! Menyerah menjadi bibit sasaeng fansnya, dan jadi fans yang bijak saja. Lihat itu encesmu terlalu banyak jatuh!”

Baru tersadar bahwa kerah baju tidur memble yang kupakai terasa sedikit lembab, mungkinkah aku membayangkan dengan sangat menghayati? Hummm ...

“Pulang sana! Emangnya tidak ke toko pagi ini?”

Oh ya! Aku kan sudah berjanji membantu ayah dengan rajin selama sebulan ke depan. Dengan syarat, bulan depan uang jajan naik 3 kali lipat demi membeli sebuah tiket konser! Kyaaaaaaaaa ....! Tahu tiket apa? Tentu saja tiket untuk konser EXE! It’s EXE! That’s so excited for Arin and me!

“Yes, i need to take a bath baby!”

“Cyahhh! Hentikan bicara omong kosong! Sok-sok berbahasa Inggris segala padahal aslinya tahu berkat google translate! And don’t forget baby ... Uri EXE bakal datang! Kyaaaaaa!” soraknya tak karuan, mirip kesurupan sih iya.

Eleh, padahal dia lebih heboh dari aku!

“Oke, jangan lupa siapkan semua perlengkapan yang kita butuh. Kamu tau kan? Pokoknya jangan sampai Kay ku merasa bahwa dia tidak diperhatikan.”

Arin membulatkan jarinya membentuk huruf O. Beres sudah. Tinggal menunggu sebulan lagi kedatangan idol kesayanganku itu dan menikmati bertemu Kay secara langsung! Bukan dalam poster dinding yang sering jadi tempat pup cicak sembarang, tidak bermoral. Lihat saja nanti, bakal kubasmi pakai alat paling ampuh di dunia hasil temuan si Abang, Yaitu karet gelang dan lidi. Tiba-tiba mulut menyeringai jahat, biar saja, biar mereka tahu rasa sakitnya hatiku melihat Kay dibuat tak berkutik. My Hot Kay, wait for me!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!