Kania indira putri dipaksa menikah dengan anak Majikan yang sedang patah hati.
Padahal ia tahu sejak Awal bertemu Aran sangat membenci dirinya.
Dia kerap menjadi ajang pelampiasan kekasalan Aran.
Tapi apa hendak di kata karena hutang dan balas Budi Kania harus menerima takdir menjadi istri Seorang Aran Maheswara yang dingin dan angkuhnya tidak ketulungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lara hati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan belas, malas kerja
Aran tiba di depan kamar, Sebelum masuk, dia mengintip sebentar ke dalam, mencari tahu, apakah dia ada di sana?
Hening...
Tak ada pergerakan apa Pun.
Setelah merasa yakin kamarnya kosong, dia pun melangkah masuk, menghempaska tubuhnya di atas kasur, Seperti biasa, rebahan dengan mata menerawang menatap langit kamar.
Kepalanya masih terasa berat dan pusing akibat Alkohol semalam. syukurnya tidurnya cukup nyenyak.
Ceklek!
pintu kamar terbuka.
Aran menoleh kaget, merasa terganggu dengan kedayangan orang tersebut.
" Kau!?" tanyanya dengan mata menukik tajam
Kania yang tadinya hendak masuk ke dalam batal melakukannya, kini hanya berdiri mematung di depan pintu.
Aran pun menegurnya.
"kau sedang apa disitu?"
" Maaf. saya tidak tahu anda sudah pulang. lebih baik saya pergi..."
Kania menarik handle menutup pintu kembali.
" Tunggu dulu! " Aran. Bangkit dari ranjang, menghampiri Kania.
" Semalam, Kau tidak tidur di ranjangku, bukan?"
Tanyanya dengan tatapan penuh curiga.
Kania menggelengkan kepala tanpa ragu.
" Tidak! saya juga tidak suka tidur sembarangan di ranjang laki- laki. Terutama ranjang pria seperti anda." sahut Kania singkat dengan nada suara terdengar sinis.
Aran menyipitkan mata,
" Apa maksudmu...?".
" Nggak ada maksud apa- apa. Maaf sebaiknya saya pergi..."
" Hmmm..." Sahut Aran pendek. mengibaskan tangan mengusir Kania
Tapi belum sempat Kania menutup pintu dengan sempurna, terdengar suara Aran mengaduh pelan.
Kania berbalik, melihat Aran terhuyung memegangi kepalanya
" Tuan..! Anda baik- baik saja?" tanya kania cemas, menyentuh bahu Aran pelan.
"Jangan sentuh aku!" bentak Aran.
Meski kesakitan dia masih bisa memperlihatkan wajah buasnya pada Kania.
Kania segera melepaskan sentuhan, membiarkan Aran jalan sendiri ke ranjang.
Tanpa bicara, Kania keluar dari kamar itu.
Aran yang melihat Kania pergi, hanya bisa mendesah dengan hati yang sangat kesal.
" Dasar pelayan tidak guna.
Dia malah pergi..." umpat Aran.
Kania merasa Aran sedang tidak sehat.
Jadi langsung menuju dapur, berniat menyiapkan sarapan sederhana untuknya
" Nona sedang Apa? " Tegur Bi omah, sang juru masak keluarga Sanjaya. Melihat Kania sibuk menyusun makanan di nampan.
Kania terkekeh mendengar panggilan Baru Bi omah padanya.
" Issh! bibi kenapa jadi manggil Nona ke Aku" protesnya tak suka.
"Non, kania sudah jadi Istrinya Tuan muda, wajar jika bibi merubah panggilan juga." Bibi Omah tersenyum menggoda.
" Apaan sih, Bi....Udah dech, jangan godain Kania terus, Kania marah nih!"
Bi omah tertawa senang menyaksikan wajah cemberut Kania yang memerah karena malu.
" Kamu bikin sarapan itu untuk siapa!?"
"Tuan muda...Bi."
" Kelihatanya dia sakit, mukanya pucat, mungkin karena semalam mabuk juga kurang tidur, bahkan dia pulang pagi" jelas Kania.
" jadi, semalam Tuan muda pergi lagi, ke klub?"
Kania mengangguk.
" iya, Bi..."
Bi omah terdiam tak tahu harus berkomentar apa.
Tak pantas baginya mengkritik gaya hidup dan cara berpikir para majikan.
" Bi.." panggil Kania karena Bi omah diam saja.
" Eh, iya..Nia. Maaf Bibi melamun"
" Nia, mau anterin sarapan dulu, ke kamar tuan pemarah. Doain Nia nggak di terkam dia."
"Kamu, ini..." Bi omah terkekeh dan di ikuti Kania.
Bi omah menatap pungung Kania dengan iba.
Semua pelayan di rumah Wicaksono tahu. Pernikahan Kania dan Aran karena paksaan.
Sebelum naik ke lantai dua Kania sempat membawa beberapa butir obat pereda nyeri atau pusing yang ia ambil dari kotak P3K
Kania melintasi ruang makan, dan bertemu dengan Tuan dan Nyonya Sanjaya yang sedang menikmati sarapan pagi.
" Kamu tidak sarapan, sayang?" tanya nyonya Sanjaya mengernyitkan alis melihat Kania membawa nampan berisi makanan di tangannya.
" Apa itu, di tanganmu?"
" Sarapan...Nyonya."
" Sarapan...?"
" Iya, untuk Tuan muda. kelihatanya, dia sedang tidak sehat" jawab Kania pelan
" Aran, sakit?" Nyonya Sanjaya bertanya cemas.
"Bagaimana tidak sakit, setiap malam mabuk dan kerjanya pulang pagi."potong Sanjaya sebelum Kania sempat menjawab..
Nyonya Sanjaya melihat bingung pada suaminya.
"Maksud Papa, semalam dia mabuk-mabukan lagi?"
"Dia pergi ke klub dan tidak tidur di rumah semalaman." lanjut Sanjaya.
Kinasih menjadi geram.
" Apa!? jadi dia pergi ke klub lagi? artinya Kania tidur sendirian di kamar Aran?"
Kinasih beralih melihat Kania dengan tatapan sendu.
Kania diam saja.
Dia tidak bisa berkata apa- apa.
"Maafkan Aran, Kania. Mama mohon maaf sekali, Mama harap kamu tidak keberatan dengan sikap buruknya.Mama yakin suatu saat dia pasti berubah.
Tuan dan Nyonya melihat Kania sebagai gadis yang pembarani dan keras kepala.
Beberapa kali Aran sengaja membuat Kania kesal, Meminta Kania menyuapinya, bahkan sampai memaksa Kania membuka penutup kepalanya hanya karena Aran penasaran dengan penampilan Kania di balik hijabnya.
Apakah Aran pernah sebodoh itu dalam hidupnya.
Sikap kekanakan itu hanya dia tunjukan pada wanita yang sangat dekat dengannya, yaitu Kinasih dan Silvia.
Tapi tanpa sadar Aran sudah menunjukan watak aslinya di depan Kania.
"Pergilah. . beri makan dia..!" titah Sanjaya pada Kania.
" Setelah makan, suruh dia mandi dan pergi ke perusahaan untuk bekerja."
Kania menurut dan segera pergi menuju kamar Aran.
Aran terkejut karena Kania membawakan sarapan untuknya.
" Bangunlah, ini sarapanmu. Jangan lupa juga, minum obatnya.."
Kania meletakan Nampan itu di atas nakas.
Aran tertegun, baru saja dia berburuk sangka pada Kania yang acuh dengan kondisinya yang sedang sakit.
Ternyata gadis itu pergi untuk menyiapkan sarapan untuknya.
Karena perut lapar, Aran tidak menolak untuk.menyantap saraapn yang di bawa kania.
"Saya pergi..jika butuh apa- apa, panggil saja"
kata Kania beranjak.
" Apa Mama Yang memintamu, mengantarkan serapan untukku?"
Aran mendongak menatap lurus wajah Kania.
"Apa bedanya? di suruh atau tidak oleh Mama. Yang perlu anda tahu, semua yang ada di rumah ini menyayangimu...harusnya anda bisa bersikap baik. pada semua orang."
Sahut Kania.
Sambil menuangkan segelas Susu hangat kedalam gelas Aran.
"Cepatlah sarapan, lalu minum obatnya. Kata Tuan besar, eh! maksudku Papa, hari ini, anda di minta pergi bekerja"
Tring!
Aran membanting sendok kesal.
" Kau terlalu banyak bicara, Aku sudah tidak *****. bawa semua makanan ini keluar!"
Kania menggelengkan kepalanya.
Aran kembali rebahan dan memejamkan mata
" Anda merajuk? " Tanya Kania mengejek
Terkejut dengan pertanyaan Kania, Aran kembali membuka mata dan duduk tegak
"Siapa yang merajuk.l?
pergi sana, Jangan ganggu aku. Jangan lupa
bawa sekalian makanannya.
Katakan pada Papa, aku tidak mau pergi ngantor...Paham!" tegas Aran.
Dia langsung berbaring dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.
" Pemalas" gumam Kania dengan suara nyaris berbisik.
Kania tidak bisa berbuat apa- apa dengan patuh dia keluar kamar, sambil membawa seluruh makanan lezat itu bersamanya.
Lanjut thor
Lanjut thor
Semangat thor