Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 Berhasil Kabur
Satria baru saja berbicara serius dengan Herdi-Omnya- saat tiba-tiba Omnya itu mengusirnya begitu saja.
"Udah sana lo cabut, gue mau ketemu calon istri," ucap Herdi, mengusir Satria dari hadapannya.
"Lo serius mau nikah lagi Om? Gue takutnya cuma bertahan seminggu kaya yang udah-udah," sahut Satria yang masih enggan meninggalkan restoran tersebut.
"Udah sono Lo balik!" Herdi bahkan tak menghiraukan ucapan Satria, dan tetap menyuruh keponakannya itu pergi.
"Mana sih gue penasaran?" Satria ingin sekali melihat wanita seperti apa yang tertarik dengan Omnya itu. Apa wanita itu belum tahu seperti apa watak Herdi.
"Satria! Cabut gak Lo! Tuh mereka datang!" Herdi nampak kesal, sebab orang yang dia tunggu sudah datang, tapi keponakannya itu tak kunjung beranjak.
"Ck, gue balik." Kali ini Satria benar-benar beranjak dari sana, tapi baru saja dia melangkah beberapa kali, terlihat tiga orang sudah menghampiri Omnya.
"Bukannya tuh cewek yang pernah Ken bawa ke markas?" batinnya bertanya.
"Gak mungkin kan, Om Herdi mau nikah sama tu bocah. Gila aja kalau iya!" gumamnya, masih menatap gadis itu guna memastikan apakah yang dia lihat adalah orang yang sama dengan yang Ken bawa ke markas.
Setelah memastikan jika gadis itu memang benar-benar orang yang sama, tanpa berfikir panjang lagi Satria memilih keluar dari sana dan menghubungi Ken. Dia tahu bagaimana sifat Om nya, hingga tak akan membiarkan lelaki itu melukai seorang gadis yang di sukai temannya. Apalagi gadis itu terlihat masih sangat muda.
"Ken, Lo dimana?" tanyanya setelah sambungan telepon tersebut tersambung.
"Di markas Bang, ada apa? Lo perlu bantuan?" tanya Ken dari seberang sana.
"Cewek yang pernah Lo bawa ke markas itu, Lo tahu sekarang dimana?" tanya Satria memastikan.
"Ngapain Lo nanyain dia?" tanya Ken dengan suara yang sedikit berubah.
"Udah jawab aja, cepetan!"
"Dia bilang mau ketemu calon suaminya, makanya dia nolak ajakan gue," jawab Ken apa adanya.
"Ck, dia dalam bahaya. Lo datang ke hotel X sekarang, gue tunggu. Tuh cewek di sini sama Om Herdi," titah Satria tanpa basa-basi.
"Serius Lo Bang?" Ken terkejut, dia sedikit banyak tahu bagaimana Omnya Satria itu, meski mereka tak saling mengenal. Satria lah yang beberapa kali pernah bercerita.
"Kapan gue gak serius? Cepetan sebelum terlambat!" setelah mengatakan itu, Satria menutup panggilannya.
Ken yang sedang berada di markas langsung keluar dari markas, dia tak akan membiarkan Luna dalam bahaya. Tapi saat akan meninggalkan markas, Satria kembali meneleponnya.
"Kenapa lagi Bang?" tanyanya.
"Kita harus susun strategi dulu Ken, Om gue bawa beberapa bodyguard. Kita harus bahas ini di luar hotel, gue tunggu di sini, Lo jangan sendiri aja setidaknya ajak dua atau tiga orang," titah Satria membuat Ken langsung mengiyakan, sebab Satria yang mengetahui situasi dan kondisi saat ini.
Sesuai perintah dari Satria, Ken pun mengajak tiga anak buahnya menuju hotel tersebut. Dan mereka lebih dahulu menyusun strategi sebelum benar-benar masuk ke dalam hotel.
"Sekarang Lo telpon tu cewek dulu, dia di mana!" titah Satria setelah mereka membahas bagaiamana strategi menyelamatkan Luna.
Ken pun segera menghubungi Luna, dan gadis itu mengatakan sedang berada di toilet.
"Lo berdua ikut Ken ke toilet, gue ke ruang CCTV, dan Lo tetap di depan gerbang, seperti kesepakatan kita. Ingat jangan sampai menimbulkan kecurigaan," Satria memperingati, meski dia sering keluar masuk hotel tersebut tetap saja harus hati-hati, mengingat banyak sekali penjaga di sana.
"Lo serius aman ke ruang CCTV sendiri?" tanya Ken sedikit mengkhawatirkan Satria.
"Aman, gue udah biasa, penjaganya juga udah hapal sama gue. Sekarang kita gerak!" jawab Satria sangat yakin.
Mereka secara bersamaan masuk ke dalam hotel bintang lima itu, hotel milik keluarga Satria, tapi kini dikelola oleh Herdi.
Mereka pun menjalankan perannya masing-masing sesuai tugas yang diberikan Satria.
☘︎☘︎☘︎
Luna berjalan dengan santai keluar dari area hotel tersebut. Dia cukup deg degan saat melewati pos satpam, pasalnya tadi salah satu satpam disana mengenal Papanya dan menyapa mereka saat masuk. Tapi untung saja saat ini dia mengenakan topi dan masker, hingga membuat satpam tersebut tak mengenalinya.
Akan tetapi setelah melewati post satpam, dia dibuat makin deg degan, pasalnya ada dua lelaki berbadan kekar dengan pakaian serba hitam berdiri di luar. Sepertinya mereka anak buah Herdi.
"Mampus kalau mera sampai kenal gue!" batinnya.
Dua lelaki berbadan kekar itu ternyata memperhatikan dirinya, hingga membuatnya salah tingkah. Untung saja tepat saat itu sebuah taksi berheti di dekatnya.
"Dengan Mbak Aurel ya?" tanya sopir taksi tersebut.
Luna langsung mengangguk, "Iya Pak, saya Aurel." Tanpa disuruh dia langsung masuk ke dalam taksi tersebut, membuat dua bodyguard itu hanya memperhatikan saja, apalagi setelah mendengar nama wanita itu.
Tak lama setelah Luna pergi, Ken menyusul di belakangnya. Dia sengaja berjalan seorang diri, meninggalkan Satria yang masih di dalam hotel. Sebab, tak ingin menimbulkan kecurigaan.
Satria pun tadi mengatakan ingin mengembalikan CCTV yang tadi sempat dia matikan. Sekali lagi, dia tak ingin jejaknya diketahui oleh Herdi.
Baru saja Ken melewati post satpam, dua bodyguard yang berjaga di luar gerbang terlihat panik setelah menerima telepon dari bosnya. Ken masih bisa mendengar percakapan bodyguard tersebut dengan satpam.
"Serius tidak ada yang mencurigakan Pak! Dari tadi tidak ada yang keluar dari hotel ini dengan spesifikasi seperti itu!" jawab Satpam saat ditanya apa ada yang keluar.
"Bukannya bapak juga berjaga di luar?" tanya satpam satunya lagi.
"Dia pasti masih di dalam!" seru salah satu bodyguard.
Ken tersenyum menyaksikan perdebatan mereka, setelah itu dia meninggalkan hotel tersebut, guna menyusul Luna.
Sedangkan Luna yang berada di sebuah mobil menghela napas lega.
"Lo harus berterimakasih sama gue!" celetuk orang di depan sana yang duduk disebelah kemudi, dan Luna baru menyadari keberadaannya.
"Lo siapa? Dan sejak kapan Lo ada di mobil ini?" tanya Luna panik.
"Iyalah, ini mobil gue." sahut pemuda itu yang ternyata salah satu teman Ken.
"Maksudnya?"
"Dia sopir pribadi keluarga gue, bukan sopir taksi. Lo nanti boleh tanya sama Ken, tuh orangnya di belakang," jawab seseorang itu.
Luna menatap ke belakang, ternyata Ken mengikuti mereka hingga tepat berada di belakang mobil tersebut.
Luna mengangguk, "Ok! Thanks atas bantuannya, tapi untuk saat ini gue gak bisa bales," ucap Luna.
"Lo gak perlu bales apapun, pesan gue cuma satu, jangan pernah Lo kecewakan sahabat gue yang udah melakukan banyak hal buat Lo," pesan pemuda itu.
"Hm, gue gak bisa janji kalo itu," sahut Luna yang memang tak bisa berjanji untuk tidak mengecewakan Ken.
"Asal Lo tahu, Ken itu sulit jatuh cinta, bahkan selama gue kenal dia, Ken hanya pernah jatuh cinta sekali sama seorang gadis dan gadis itu buat Ken kecewa, setelah itu Ken tidak pernah mau mengenal yang namanya perempuan apalagi jatuh cinta, dan baru sekarang dia mau membuka hati buat Lo. Gue kasih tahu ini biar Lo mikir berulang kali buat ngecewain Ken," jelas pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah Raka.
"Dan sekarang Lo turun, udah sampai." Raka menyuruh Luna untuk turun dari mobilnya.
Luna menatap sekeliling, ternyata mereka berada di area apartemen milik Ken. "Makasih ya Bang," ucapnya sebelum turun.
"Naik!" titah Ken menyuruh Luna naik ke atas motornya.
"Ngapain, udah sampe juga!" tolak Luna.
"Lo mau jalan kaki sampai basement?" bukannya menjawab, Ken justru mengajukan pertanyaan.
"Kan bisa lewat sini, ngapain ke basement segala?"
"Ck, nurut dulu untuk sekarang bisa gak sih?" kesal Ken.
"Iya, iya!" Luna menyerah, dia akhirnya naik ke atas motor Ken.
Perdebatan mereka disaksikan oleh Raka dan sopirnya yang ternyata masih berada di sana. Raka hanya menggelengkan kepala melihat tindakan dua manusia itu.
"Mereka aneh ya Den," celetuk sopir Raka.
"Udah Pak biarin aja, sekarang kita balik. Ke markas dulu, saya mau ambil motor!" setelahnya Raka meninggalkan tempat tersebut menuju markas.
Di tempat lain, tepatnya di hotel X, suasana makin gaduh saat Luna sudah tak ada di sana. Bahkan seseorang yang ditugaskan menjaga Luna sudah pingsan tak sadarkan diri, dengan beberapa luka di wajahnya. Hal itu membuat Herdi murka.
"Cepat periksa CCTV!" titah Herdi pada anak buahnya.
"Pak Anton, kalau putri anda tidak ditemukan, saya akan batalkan semua rencana kita, saya tidak terima anda meremehkan saya!" murka Herdi pada Anton.
"Saya yakin Luna tidak bisa kabur Pak, dia bahkan tidak membawa hp dan tas. Mana mungkin dia kabur, apalagi sampai melukai anak buah Pak Herdi," sanggah Anton yang sangat yakin jika Luna tidak akan bisa kabur dari sana.
"Maaf Bos, CCTV di toilet dan sekitarnya sempat mati hampir satu jam lamanya, jadi kita tidak bisa mencari keberadaan gadis itu," seorang bodyguard datang dan menjelaskan semuanya.
"Sial! Siapa yang berani-beraninya bermain dengan saya?" murka Herdi.
"PAK ANTON! ANDA PASTI COBA-COBA BERMAIN DENGAN SAYA, KAN? INI SEMUA RENCANA ANDA KAN?"
"Bu-bukan saya Pak, saya tidak tahu apa-apa," nyali Anton menciut melihat Herdi murka.
"BAWA DIA! KASIH PELAJARAN BUAT LELAKI TUA INI!" titah Herdi pada anak buahnya.
"Pak jangan! Jangan bawa suami saya Pak! Kami benar-benar tidak tahu apa-apa soal ini Pak! Saya janji akan bawa Luna ke hadapan bapak!" Dania bersimpuh di kaki Herdi, tak peduli harga dirinya terjatuh, yang penting suaminya selamat.
Herdi terdiam menatap wanita yang bersimpuh di kakinya. Istri Anton itu masih terlihat cantik, meski usianya sudah tidak muda lagi, tapi dia yakin usia wanita itu lebih muda darinya.
"Baiklah, sebagai ganti anda temani saya malam ini, dan saya akan melepaskan suami anda, bagiamana? Bagaimana Pak Anton?" Herdi menatap Dania dan Anton secara bergantian.
"Silahkan Pak, anda boleh bawa istri saya, asalkan saya di lepas," sahut Anton tak peduli dengan keselamatan istrinya.
"Anton! Kamu gila!" umpat Dania.
"Lepaskan Anton dan bawa istrinya ke kamar saya!" Herdi pun tak peduli, yang terpenting malam ini dia mendapatkan mangsa.
"Ingat Pak Anton! Anda harus bawa puteri anda kembali jika anda mau bisnis ini tetap berjalan!" setelah mengatakan itu Herdi mengikuti langkah bodyguardnya yang sudah membawa pergi Dania.
☘︎☘︎☘︎☘︎
"Untuk sementara Lo tinggal di sini, tenang aja gue gak tinggal di sini, gue tinggal di markas," ucap Ken.
Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang makan apartemen milik Ken. Sedang menikmati makan malam bersama, karena Ken tadi sempat membeli makanan sebelum sampai di apartemen.
"Gak gue besok pulang," sahut Luna menolak.
Ken menatap gadis itu, lalu menggelengkan kepala, "Lo mau jadi santapan Herdi? Si bajingn itu gak akan lepasin Lo gitu aja, asal Lo tahu," sahut Ken. Dia tentu tak akan membiarkan Luna berada dalam bahaya.
"Ck, gue gak takut. Mungkin gue lebih baik dijual ke om-om itu daripada di rumah yang seperti neraka," celetuk Luna tanpa sadar.
Ken kembali menggelengkan kepala, "Lo bakalan mikir seratus kali kalau tahu seperti apa Herdi itu," ucapnya.
Luna menatap Ken, "Emangnya dia kenapa? Iya sih, tatapannya mesum," tanyanya.
"Bukan cuma mesum, dia punya kelainan seksual," jawab Ken tanpa menjelaskannya lebih detail.
"Maksudnya?" ternyata Luna sedikit penasaran.
"Hm, menurut cerita Bang Satria, Herdi punya kelainan seksual. Dia bakal nyiksa pasangannya sampai puas sebelum berhubungan," jelas Ken.
Luna terkejut tentu saja, tak menyangka ada orang yang memiliki kelainan seperti itu.
"Dan gue gak akan biarin Lo mati konyol di tangan si brengsek Herdi. Lo tetap di sini sampai situasi aman," putus Ken tidak dapat di ganggu gugat.
Luna tak merespon, dia masih terkejut dengan kenyataan yang baru saja dia terima. Ternyata orang tuanya tidak hanya menjual dirinya saja, tapi ingin menghabisinya dengan menyertakan dia pada Herdi. Kenapa rasanya sakit sekali?
"Dah, lanjut makannya, gue udah selesai. Setelah ini gue balik ke markas." Ken beranjak dari duduknya membuat Luna menatap pemuda itu.
"Ken!" panggil Luna saat Ken akan keluar dari area ruang makan.
"Kenapa?" tanya Ken sambil berbalik menatap gadis itu.
"Lo bisa tetap di sini aja? Gu-e takut di sini sendiri," Luna menundukkan kepalanya, tak ingin menatap Ken, terlalu malu dengan permintaannya sendiri.
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri