NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Duniahiburan
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, jangan dijadikan keyakinan atau kepercayaan. Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 : Bayangan Mengintai

Bayangan Mengintai

Bisikan dingin itu menusuk tulang, membuat Agni dan kedua putrinya terkesiap. Angin yang bertiup melalui pepohonan yang membatu membawa serta bau logam yang semakin menyengat, hampir membuat mereka sulit bernapas. Kristal ungu di tangan Agni berdenyut semakin cepat, cahayanya kini memancarkan warna ungu yang lebih gelap dan mengancam.

"Kita harus pergi dari sini," bisik putri sulung Agni, menarik lengan ibunya.

Namun, Agni merasa terpaku di tempatnya. Ada sesuatu dalam bisikan itu, dalam hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti mereka, yang membuatnya merasa bahwa mereka tidak sendirian. la merasakan kehadiran yang mengawasi mereka dari kegelapan hutan yang membeku.

Tiba-tiba, bayangan gelap bergerak di antara pohon-pohon yang membatu di kejauhan. Bayangan itu besar dan berbentuk aneh, dengan mata merah menyala yang tampak mengawasi mereka dari balik kegelapan, Itu adalah makhluk yang sama persis dengan yang mereka lihat di gambar buku kuno.

Ketakutan mencengkeram hati Agni. la segera menarik kedua putrinya mendekat, melindungi mereka di belakang tubuhnya. Kristal ungu di tangannya terasa semakin panas, seolah-olah bereaksi terhadap kehadiran makhluk itu.

"Itu dia," bisik putri bungsu Agni dengan suara bergetar. "Makhluk yang ada di buku itu."

Makhluk itu bergerak perlahan mendekat, langkahnya tidak menimbulkan suara di atas debu abu-abu. Udara di sekitar mereka terasa semakin dingin, dan bisikan-bisikan itu semakin keras dan mengancam.

"Kalian telah mengganggu tidurku..." suara itu bergema di hutan yang membeku, meskipun tidak ada mulut yang terlihat pada makhluk itu. "Sekarang kalian akan membayar akibatnya."

Agni tahu mereka dalam bahaya besar. Makhluk ini pasti sangat kuat, mampu mengubah seluruh hutan menjadi batu. Mereka harus melakukan sesuatu, dan cepat.

la melihat buku kuno di tangan putri sulungnya. Mungkin ada petunjuk di dalamnya tentang cara mengalahkan makhluk ini. Dengan cepat, ia mengambil buku itu dan membalik-balik halamannya, mencari gambar makhluk itu lagi.

Di halaman yang sama dengan gambar makhluk itu, mereka melihat gambar lain: sebuah pohon yang sangat tinggi dengan batu bercahaya di batangnya, dikelilingi oleh sosok-sosok kecil yang mirip dengan Kurcaci Hutan.

Di atas pohon itu, ada gambar makhluk bersayap yang mengingatkan mereka pada peri Aila, memegang sebuah tongkat yang ujungnya bercahaya.

Tiba-tiba, Agni teringat akan bulu burung yang mengkilap yang ia temukan sebelumnya. Bulu itu juga memancarkan cahaya redup, mirip dengan batu-batu yang tertanam di pohon. Mungkinkah ada hubungan antara bulu itu, batu-batu bercahaya, dan makhluk bersayap dalam gambar?

Saat Agni sedang berpikir keras, makhluk itu semakin mendekat. Mata merahnya menatap mereka dengan penuh kebencian. Kristal ungu di tangan Agni mulai bergetar hebat, dan cahaya ungunya semakin terang, seolah-olah memanggil sesuatu.

Tiba-tiba, dari arah langit, terdengar suara kepakan sayap yang kuat. Sesaat kemudian, sesosok makhluk bersayap yang sangat cantik muncul di antara pohon-pohon yang membatu. Itu adalah peri Aila. Di tangannya, ia memegang sebuah tongkat yang ujungnya memancarkan cahaya putih yang terang benderang.

"Pergilah, makhluk kegelapan!" seru Aila dengan suara yang penuh kekuatan. "Hutan ini dilindungi!"

Makhluk gelap itu berhenti bergerak, matanya yang merah menyipit marah menatap Aila. Pertarungan antara cahaya dan kegelapan tampaknya baru saja dimulai di hutan Lakuk Kandang yang membeku ini. Agni dan kedua putrinya hanya bisa menyaksikan dengan napas tertahan, berharap peri Aila mampu melindungi mereka dan mengembalikan kedamaian di hutan ini.

Waktu menunjukkan pukul 19:43 WIB, Minggu, 13 April 2025, dan di tengah hutan yang membeku di Agam Regency, pertarungan magis sedang berlangsung.

Ketika Tawa Menggema di Antara Batu

Makhluk kegelapan itu mendesis marah mendengar seruan Aila. Matanya yang merah menyala semakin terang, memancarkan aura kebencian yang pekat, la menggeram rendah, suaranya seperti batu yang bergesekan, sebelum akhirnya menjawab dengan nada mengejek.

"Dilindungi katamu? Lihatlah sekelilingmu, peri kecil! Hutan ini sudah menjadi monumen bisu bagi kegagalanku!" Makhluk itu mengulurkan tangannya yang bercakar, dan beberapa pohon yang membatu di dekatnya retak dan hancur menjadi debu.

Aila tidak gentar. Tongkat di tangannya bersinar semakin terang, memancarkan gelombang energi putih yang hangat. "Kekuatanmu tidak akan bertahan di sini, di tanah yang dulunya penuh dengan kehidupan dan kebaikan!"

Pertarungan pun pecah. Aila melesat cepat di antara pohon-pohon yang membatu, meninggalkan jejak cahaya di belakangnya. Makhluk kegelapan itu mengayunkan cakarnya yang besar, mencoba meraih Aila, tetapi peri itu terlalu lincah untuk ditangkap.

Setiap kali tongkat Aila menyentuh makhluk itu, asap hitam mengepul dari tubuhnya, dan ia meringis kesakitan.

Agni dan kedua putrinya menyaksikan pertarungan itu dengan napas tertahan. Mereka bersembunyi di balik salah satu pohon yang membatu, merasa kecil dan tidak berdaya di tengah pertarungan kekuatan magis yang dahsyat ini.

Tiba-tiba, saat Aila sedang menghindar dari serangan cakar makhluk itu, peri itu tersandung akar pohon yang membatu dan hampir jatuh. Makhluk kegelapan itu tertawa terbahak-bahak, suaranya yang mengerikan bergema di seluruh hutan.

"Hahaha! Peri yang ceroboh! Ternyata kau tidak sehebat yang kubayangkan!" ejek makhluk itu sambil bersiap untuk menyerang Aila yang sedang berusaha berdiri.

Namun, sebelum makhluk itu sempat mendekat, putri bungsu Agni, yang tidak tahan melihat Aila dalam bahaya, tiba-tiba berteriak dengan lantang, "Woy, makhluk jelek! Sini lo kalau berani sama kita!"

Makhluk kegelapan itu terhenti dan menoleh ke arah suara itu. Matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah Agni dan kedua putrinya, la tampak bingung sesaat, sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak lagi, kali ini dengan nada yang lebih mengejek.

"Hahaha! Manusia kecil yang bodoh! Apa yang bisa kalian lakukan? Melemparku dengan batu?" Makhluk itu kembali mengayunkan cakarnya, kali ini ke arah mereka.

Agni dengan sigap menarik kedua putrinya untuk menghindar. Mereka bertiga berlari zig-zag di antara pohon-pohon yang membatu, mencoba menghindari serangan makhluk itu.

Saat mereka sedang berlari, putri sulung Agni tiba-tiba berteriak, "Ma, lihat! Kakinya!"

Agni melihat ke bawah dan terkejut melihat bahwa kaki makhluk kegelapan itu tersangkut di akar pohon yang membatu. Makhluk itu berusaha keras untuk melepaskan diri, tetapi kakinya tampak benar-benar terjepit.

Melihat kesempatan itu, putri bungsu Agni dengan cepat mengambil beberapa batu kerikil yang berserakan di tanah dan melemparkannya ke arah makhluk itu. Batu-batu itu memang tidak menimbulkan luka yang berarti, tetapi cukup untuk membuatnya terkejut dan kehilangan keseimbangan.

"Hei, mata empat! Dasar clumsy!" teriak putri bungsu Agni lagi, kali ini sambil menjulurkan lidahnya.

Makhluk kegelapan itu menggeram marah, berusaha melepaskan kakinya yang terjepit sambil berusaha meraih mereka dengan cakarnya. Namun, karena posisinya yang tidak stabil, gerakannya menjadi lambat dan tidak efektif.

Melihat makhluk itu kesulitan, Aila segera mengambil kesempatan itu. Dengan cepat, ia mengarahkan tongkatnya ke arah makhluk itu dan melepaskan gelombang energi putih yang sangat kuat.

Energi itu menghantam tubuh makhluk kegelapan itu dengan keras, membuatnya menjerit kesakitan dan terlempar ke belakang, menabrak salah satu pohon yang membatu hingga hancur berkeping-keping.

Makhluk itu terbaring lemah di tanah, asap hitam mengepul dari tubuhnya. Aila mendekatinya dengan tongkatnya yang masih bersinar.

"Ini adalah akhirmu, makhluk kegelapan," kata Aila dengan tegas.

Tiba-tiba, makhluk itu tertawa terbahak-bahak lagi, kali ini dengan nada yang aneh dan histeris. "Akhir katamu? Kalian benar-benar bodoh! Aku tidak bisa dihancurkan semudah itul Aku hanya... aku hanya... keseleo!"

Makhluk itu kemudian mencoba berdiri, tetapi kakinya tampak benar-benar terkilir. la meringis kesakitan sambil memegangi kakinya.

Melihat tingkah makhluk itu, Agni dan kedua putrinya tidak bisa menahan tawa mereka. Suasana tegang yang tadinya mencekam tiba-tiba berubah menjadi tawa riuh yang menggema di antara pohon-pohon yang membatu. Bahkan Aila pun terlihat sedikit tersenyum melihat kebodohan makhluk kegelapan itu.

"Keseleo katamu?" kata Aila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Baiklah kalau begitu. Mungkin sedikit istirahat akan baik untukmu."

Aila kemudian mengarahkan tongkatnya lagi ke arah makhluk itu, dan kali ini, cahaya putih yang keluar dari tongkat itu berubah menjadi tali cahaya yang kuat. Tali itu melilit tubuh makhluk kegelapan itu dengan erat, mengikatnya hingga tidak bisa bergerak.

"Sekarang, mari kita pikirkan apa yang harus kita lakukan denganmu," kata Aila sambil menatap makhluk yang kini tampak tidak berdaya itu. Pertarungan yang menegangkan tiba-tiba diwarnai dengan humor yang tak terduga, memberikan jeda komedi yang menyegarkan sebelum babak selanjutnya.

1
HARJUANTO
😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!