Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 ~ Tersiksa
" Ayah ! " , ucap Bunda Zoya seraya melotot.
Ayah Syahdan hanya tersenyum manis dan mengedipkan satu matanya kepada bunda Zoya .
" Udah jangan dengarkan perkataan Ayah , mau laki-laki atau perempuan sama aja kok " , Ujar Bunda Zoya .
" Uhukh uhukh " , lagi-lagi Zira tersedak minuman .
" Dek pelan-pelan " , ucap Gaffi seraya mengusap punggung Zira lembut sementara Zira ia langsung meminum air yang ada didekatnya.
" Ayah sama bunda sama aja " , batin Zira menggelengkan kepalanya.
Bang Zidan dan Zulfa hanya tersenyum mendengarnya celoteh Ayah Syahdan dan bunda Zoya yang sepertinya sudah ingin punya cucu .
" Kode keras bro " , ujar bang Zidan seraya menepuk pundak Gaffi .
Gaffi hanya tersenyum .
Zira jangan tanya ia sudah sangat malu bahkan kedua pipinya rasanya panas sudah seperti udang bakar .
" Udah udah ayo makan lagi " , ujar Ayah Syahdan yang menyadari keadaan menjadi berbeda.
" Maaf nak kami becanda , kalian nikmati saja waktu berdua dulu saling mengenal dan saling memahami dengan baik satu sama lain " , ucap Ayah Syahdan panjang lebar .
Gaffi mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan ayah mertuanya.
Sekitar tengah malam semua baru masuk ke kamar masing-masing , begitu pun dengan Zira dan Gaffi .
" Loh sofa yang ada disini kemana ya ? " , tanya Zira yang baru menyadari tidak ada sofa dikamar nya .
" Udah gapapa dek Abang tidur dibawah aja " , ucap Gaffi yang seolah mengerti kegelisahan Zira .
" Tapi - ", jawab Zira bingung .
" Udah gapapa santai aja ", timpal Gaffi santai .
" Ya udah kalau gitu aku siapin dulu alas buat Abang tidur ", timpal Zira yang merasa kasihan dengan Gaffi .
" Makasih banyak dek ", jawab Gaffi tersenyum senang.
" Sama-sama " , jawab Zira seraya membuka lemari pakaian, mencari keberadaan bedcover dan juga selimut tebal .
Zira mulai kebingungan karena bedcover dan selimut yang ia biasa simpan dilemari tidak ada bahkan untuk alas tidur pun tidak ada dikamar nya .
" Kenapa dek ? " , tanya Gaffi yang melihat Zira kebingungan.
" Bedcover nya ga ada , selimut tebalnya juga ga ada padahal biasanya aku simpan dilemari ini kok " , jawab Zira menjelaskan .
" Ya udah gapapa ga usah bingung kaya gitu , sekarang kamu tidur aja ini udah tengah malam dek " , balas Gaffi lembut seraya tersenyum.
" Lalu Abang tidur dimana ? " , tanya Zira yang tidak bisa tidur begitu aja tanpa memikirkan Gaffi .
" Gampang Abang bisa tidur dikamar bang Ziddan atau disofa ruang tv juga gapapa " , jawab Gaffi santai .
" Jangan " , tolak Zira cepat .
Gaffi menatap bingung ke arah Zira .
" Jangan nanti orang rumah bertanya-tanya lagi , berabe ah " , tutur Zira frustasi.
" Lalu ? " , tanya Gaffi yang juga bingung.
Zira benar-benar bingung ia melihat ke arah tempat tidur dan seperti nya ukurannya lumayan besar untuk berdua.
Tak ada pilihan lain Zira akhirnya mau tidak mau harus berbagi tempat tidur dengan Gaffi .
Zira membawa bantal guling dan ia letakkan ditengah-tengah tempat tidur sebagai pembatas .
" Abang boleh tidur dikasur tapi ingat jangan melebihi batas bantal guling ini ya ! " , ujar Zira tak lupa ia pun memberi peringatan .
" Beneran Abang boleh tidur bareng kamu dek ? " , tanya Gaffi tak percaya .
" Iya mau gimana lagi ga ada pilihan lain kan ? " , jawab Zira seraya mengangkat kedua bahunya .
" Alhamdulillah " , senang Gaffi .
" Tapi ingat jangan melebihi batas ! " , peringatan Zira lagi .
" Iya iya " , jawab Gaffi tersenyum manis.
Keduanya tidak langsung tidur melainkan membersihkan diri dulu dikamar mandi dan Gaffi mempersilahkan Zira untuk menggunakan kamar mandi lebih dulu baru setelah itu dirinya .
Jam 1 malam keduanya baru berbaring ditempat tidur dengan pembatas bantal guling yang berada ditengah-tengah mereka.
Gaffi melihat ke arah langit-langit kamar entah ia tidak bisa tidur, lalu pandangannya teralihkan karena Zira yang merubah posisi tidurnya menghadap Gaffi .
" Ya Allah ternyata dia udah tidur , pasti kamu cape ya dek " , gumam Gaffi pelan seraya perlahan mengubah posisi tidurnya berhadapan dengan Zira.
Gaffi tersenyum memandangi Zira yang sudah tertidur pulas.
" Selamat tidur dek , mimpi indah " , Gumam Gaffi lagi pelan.
Lalu ia pun mulai menutup kedua matanya untuk menyusul Zira ke alam mimpi.
Bugh...
" Astaghfirullah " , kaget Gaffi .
Baru aja menutup mata nya tiba-tiba saja ada yang menindih tubuhnya.
Gaffi kembali terjaga dan ia sedikit kaget ternyata yang menindih badannya adalah kaki Zira.
" Ya Allah dek " , gumam Gaffi pelan seraya menggelengkan kepalanya.
Dengan hati-hati Gaffi memindahkan kaki Zira namun bukannya berpindah Zira malah kembali menindih tumbuh Gaffi dan kini tangannya pun ikut memeluk tubuh Gaffi .
" Astagfirullah hal'adzim ya Allah kamu benar-benar menguji Abang dek " , batin Gaffi yang sudah ketar-ketir .
Gaffi mencoba memindahkan tangan Zira namun Zira malah semakin erat memeluknya.
" Hah Abang pasrah dek kalau ada apa-apa Abang gak tanggung jawab ya " , gumam Gaffi lagi dan ia seolah pasrah berada diperlukan Zira .
Gaffi bukan tidak senang dipeluk oleh Zira namun ia takut tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang sudah susah payah selama ini ia tahan-tahan.
Gaffi mencoba mengatur nafasnya dengan pelan takut mengganggu Zira , ia pun dengan susah payah mencoba kembali memejamkan kedua matanya namun niat hati ingin istirahat ternyata yang dibawah malah kebangun.
" Aduhhhh " , keluh Gaffi .
" Sabar bro belum waktunya " gumam Gaffi pelan .
Gaffi akhirnya terjaga dan ia hanya bisa diam pasrah tidak bisa berbuat apa berada diperlukan Zira , hanya bisa menikmati aroma wangi tubuh Zira .
Hampir satu jam Gaffi berada diperlukan Zira bahkan ia sampai engap , Zira benar-benar tertidur pulas memeluk dirinya dan disaat Zira mengubah posisi tidurnya Gaffi segera melepaskan diri , sekali lagi bukan Gaffi tidak senang namun karena Zira melakukan nya tanpa sadar dan Gaffi pun tidak bisa berbuat apa-apa , justru itu yang membuat dirinya tersiksa.
Gaffi segera bangun dari berbaringnya seraya mengatur nafasnya , lalu ia menatap jam dinding yang terpajang rapi dikamar , jarum jam menunjukan pukul 2 lebih 30 menit .
Gaffi memutuskan untuk membersihkan diri dikamar mandi , lebih baik ia mengguyur tubuhnya dikamar mandi dan bersiap untuk shalat malam .
Kali ini Gaffi cukup lama berada dikamar mandi , entah apa saja yang ia lakukan dikamar mandi .
Sekitar jam 3 lebih 20 Gaffi baru keluar dari kamar mandi , ia langsung menggelarkan sajadah dan kali ini Gaffi memutuskan Shalat sendiri karena ia tidak tega membangunkan Zira yang baru tidur beberapa jam lalu .
Seperti biasa untuk menunggu waktu adzan subuh tiba setelah berdoa dan berdzikir, Gaffi langsung membaca ayat suci Al-Qur'an .
Dan ketika mendengar suara adzan subuh berkumandang Gaffi pun menyudahi nya dan segera membangunkan Zira untuk shalat subuh .
~