Adaptasi dari kisah nyata sorang wanita yang begitu mencintai pasangannya. Menutupi segala keburukan pasangan dengan kebohongan. Dan tidak mau mendengar nasehat untuk kebaikan dirinya. Hingga cinta itu membuatnya buta. Menjerumuskan diri dan ketiga anak-anaknya dalam kehidupan yang menyengsarakan mereka.
Bersumber, dari salah satu sahabat yang memberi ijin dan menceritakan masalah kehidupannya sehingga novel ini tercipta untuk pembelajaran hidup bagi kaum wanita.
Simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Curhat Lagi
Bab 33. Curhat Lagi
POV Author
Semenjak Jemin kerja di luar kota, sikap adik-adik Jemin kepada Lola perlahan-lahan mulai berubah. Ibu mertuanya pun sudah tidak perhatian seperti baru-baru dulu. Yah, walaupun wanita paruh baya itu tidak berkomentar apa-apa, tapi Lola merasa canggung dengan sikap ibu mertuanya yang lebih banyak diam.
Bagaimana tidak, perilaku Lola lah yang memicu sikap mereka seperti itu. Lola semakin hari semakin malas. Kebiasaannya sewaktu hidup sendiri dulu ia bawa ke rumah mertuanya. Alhasil, ia pun mendapat perlakuan yang kurang baik dari keluarga Jemin. Dan Lola semakin sering main ke rumah Airin karenanya.
"Kamu nggak nitip kue La? Kok jam segini udah nongkrong aja di rumahku?"
"Lagi nggak mood."
"Loh? Aneh kamu! Jualan kok pakai nggak mood segala. Emang duit bisa datang gitu aja kalau mood mu lagi jelek?"
"Yang nggak juga. Males ah...! Aku lagi bete di rumah."
"Kenapa lagi?"
"Sikap adik-adiknya Jemin itu loh, lama-lama bikin kesel."
"Kok gitu? Kamu ada buat salah sama mereka?"
"Nggak kok. Dasar merekanya aja yang nggak suka sama aku. Apalagi semenjak Jemin kerja di luar kota, semakin kelihatan sikap buruk merekanya."
"Tegas saja kalau mereka salah. Kamu kan lebih tua, dan juga kakak ipar mereka."
"Tetap saja, mana peduli mereka. Mama mertua juga bukannya menegur mereka malah dibiarkan begitu saja."
"Ya resiko tinggal di rumah mertua ya gitu. Makanya, dulu udah bagus kamu punya rumah sendiri. Eh malah dijual! Coba nggak nikah sama Jemin, mungkin rumah itu masih ada."
"Mulai deh."
"Hehehe... Habisnya aku kesel. Sayang banget rumah harus dijual gara-gara judi.
"Udah lalu, nggak usah dibahas lagi!"
"Kan, kamu juga suka gitu. Suka menghindar. Nanti giliran susah baru deh minta dinasehati."
"Hehehe, biarin!"
"Emang kamu tuh nyebelin dan keras kepala! Terus kapan Jemin pulang?"
"Seminggu lagi. Duh rasanya rindu setengah mati."
"Lebay!"
"Kamu nggak ngerasain LDR sih."
"Kamu nggak takut LDR? Nanti Jemin punya wanita lain di sana."
"Ih, jangan sampai deh! Nggak lah..., Jemin nggak begitu. Nih, dalam perutku ada anak keduanya."
"Biarpun ada anak kalau sudah tergoda bisa apa kamu?"
"Bisa stres! Hehehe... Udah ah! makin nggak bener aja bahasnya."
"Huh dasar."
Mereka berdua asik mengobrol. Anak-anak mereka pun asik bermain. Dan terkadang Ragil berbuat ulah merebut mainan Keysa sehingga balita kecil itu menangis. Kadang juga sebaliknya, Keysa tak mau mengalah hingga Ragil terpaksa berbuat sesuka hati dan akhirnya membuat Keysa lagi-lagi menangis.
Dan ketika menjelang sore, Lola pun pulang ke rumah mertuanya.
"Tapi hari jalan terus. Kayak di rumah ini nggak ada kerjaan aja!"
Sindir Suly begitu Lola melangkah masuk ke dalam rumah. Dan ia sendiri melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Maksudnya apa Suly?" Tanya Lola mulai geram.
"Kalau numpang tahu diri lah."
"Gara-gara siapa juga aku numpang disini?!"
Suly terdiam. Karena sedikit banyak, semua itu terjadi karena kesalahan kakaknya yang berjudi.
Betul kata Airin, meminta harus di tegaskan dan di lawan biar diam. Batin Lola.
"Kak Lola, pakaian kotor jangan di tumpuk dong, bau tahu dapur. Mama mau pakai ember juga nggak bisa karena baju kakak yang numpuk!"
Kali ini si kecil Lily yang cerewet.
"Kan aku nggak letak di dapur."
"Tetap aja bau, hembusan angin dari belakang."
"Iya nanti aku cuci!"
Ck, pengen pergi aja dari rumah ini rasanya.
Belum jejak Lola duduk di tempat tidurnya, ibu mertuanya datang menghampiri.
"Cuci segera baju mu La, Keysa kehabisan baju nanti. Keysa biar di asuh Suly. Kamu bisa nyuci baju sekarang."
"Iya Ma."
Lola tak bisa membantah lagi. Padahal tubuhnya terasa sangat letih. Tapi mau tidak mau ia pun mencuci pakaiannya dan Keysa yang menumpuk di belakang.
Yang, cepet pulang... Aku tersiksa banget.
Sambil mengeluh dalam hati dan memikirkan Jemin, Lola menyelesaikan pekerjaannya dengan perlahan. Setelah itu, ia mandi karena sudah terlanjur basah. Barulah memandikan Keysa kemudian.
"Ayo makan!" Ajak Lily dengan ketus kepada Lola.
Bocah kecil itu di perintahkan ibunya untuk mengajak Lola makan malam bersama. Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap harinya begitu.
Waktu ada Jemin, Lola senang makan bersama. Tetapi selama tidak ada Jemin, ia berasa duduk dalam ruangan sidang tindak pidana.
"Keysa sudah kamu kasih makan?" Tanya ibu mertuanya.
"Tadi di tempat Airin dia makan banyak. Airin buat bubur untuk anaknya juga."
"Kalau mau main seharian itu, kerjaan jangan di tinggal. Beresin dulu!" Sindir Suly.
"Iya nih, kak Lola pemalas banget sih?! Bekas piring sendiri sama gelas sendiri malas sekali nyuci!" Protes Lily.
Sekarang Lola tahu, apa alasan adik-adik Jemin akhir-akhir ini memusuhi dirinya. Semua itu sebab dirinya yang pemalas. Dan kemalasannya itu lebih parah dari sebelumnya selama hamil anak ke duanya.
Bahaya kalau aku terus ngikutin mood begini. Bisa-bisa aku di tendang dari sini. Mau tinggal dimana aku nanti?! Walau sempit tapi disini nyaman. Aku nggak perlu sepenuhnya mengemasi rumah. Hanya perlu mencuci bekas ku dan Keysa saja. Juga pakaian kami. Makan pun di tanggung ibu mertua. Aku hanya perlu membelikan kebutuhan Keysa saja. Batin Lola.
"Iya, nanti aku langsung cuci." Jawab Lola tak ingin berdebat depan ibu mertuanya.
"Langganan kue mu sudah nanyain kenapa nggak nitip. Sayang loh, La."
"Iya Ma. Nanti aku buat untuk di titip besok."
"Ya sudah."
Mereka pun menghabiskan makanan mereka dan masing-masing mencuci piring mereka bekas makan. Terutama adik-adik Jemin.
Setelah makan, Lola pun mulai membuat oalah kue yang akan ia jual keesokan harinya.
Lola masih bisa di katakan beruntung karena ibunya Jemin bukan ibu mertua yang kejam. Wanita paruh baya itu masih mau membantu Lola membuat kue dan menjaga cucunya. Ia tahu bahwa anaknya Jemin tidak mengirimkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan menantu dan cucunya. Karena itu, ia berusaha membantu meringankan sebisanya. Ada rasa bersalah atas perbuatan anaknya kepada menantunya itu. Terutama prilaku Jemin yang berjudi dan menyebabkan Lola harus kehilangan rumah peninggalan orang tuanya. Karena itu ia tidak menegur Lola secara keras.
"Keysa sudah tidur?"
"Iya Ma."
"Nggak kamu kasih minyak serai, banyak nyamuk loh."
"Emm itu, Lola baru mau beli besok. Minyak serainya dah habis soalnya."
"Kalau malam lebih baik pakai kelambu saja tidurnya. Minyak serai untuk saat dia main. Ada kelambu yang nggak di pakai di lemari Mama. Tapi mau di jahit sedikit karena ada bagian yang sobek."
"Iya Ma. Lola bisa jahit sedikit."
" Ya sudah. Mama ambilkan dulu."
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
ni cirk org yg seenaknya sendiri.. klo di ingetin bebal.. tp klo terjadi masalah gk bisa seleseinnya....