Nadia Zahira Wijaya (16th) baru saja menyelesaikan MPLS di sekolah barunya di jenjang SMA. Selama MPLS, Nadia mendapat perlakuan istimewa dari kakak kelasnya bernama Reno dan membuat kakak kelasnya cemburu. Di masa itu juga Nadia mendapat banyak teman baru, hingga memiliki teman akrab tiga orang bernama Widya, Dewi dan Riska. Mereka juga berada di kelas yang sama. Awal masuk semua baik-baik saja, dan masalah muncul ketika Riska naksir teman sekelasnya bernama Farhan, sedangkan Farhan naksir Nadia. Masalah itu pula menyebabkan perpecahan di antara mereka berempat. Sementara Nadia memiliki perasaan spesial pada Faizar, seorang mahasiswa yang sedang PPL di sekolahnya. Bagaimana Nadia mengatasi masalahnya di sekolah? Apakah dia memilih salah satu diantara mereka untuk meredam suasana atau tetap menjomblo hingga lulus sekolah? Apakah Faizar memiliki perasaan yang sama dengan Nadia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Nadia
Nadia menghabiskan banyak waktunya di dalam kamar sambil memijit kakinya yang diinjak oleh Selly. Ia bahkan meminta tolong pembantunya untuk membawakan makan malam ke kamarnya.
TOK TOK TOK
"Non, ini makan malamnya," teriak pembantu rumah tangga keluarga pak Harun dari balik pintu.
"Masuk," jawab Nadia.
Ceklek
Pembantu rumah tangga keluarga pak Harun masuk dan mengantar makanan dan meletakkan di atas nakas.
"Makasih ya bi," ucap Nadia.
"Sama-sama, Non. Saya tak keluar dulu, kalau sudah selesai telfon saja ke nomer bibi ya."
"Iya, Bi."
Selepas pembantunya pergi, Nadia melahap makanannya dengan cepat. Setelah habis Nadia tidak segera menelepon pembantunya, ia kembali memijat kakinya dan merasa jauh lebih baik. Setelah dirasa bisa berdiri dan berjalan dengan normal, Nadia menelfon pembantunya.
Tidak lama kemudian pembantu datang. Nadia membukakan pintunya dan memberikan nampan yang di atasnya piring-piring dan gelas kotor. Nadia menutup pintunya dan duduk atas kasurnya sambil memainkan ponselnya.
TOK TOK TOK
Nadia menurunkan kakinya dan memakai sendal. Kakinya yang sudah lumayan jauh lebih baik membuatnya mampu berjalan seperti biasanya. Kemudian ia membuka pintu dan mendapati bundanya berdiri di hadapannya.
"Kog tumben Nadia ga turun?" Bu Dena menautkan kedua alisnya
"Eum, aku capek bunda habis jalan-jalan sama temen-temen di mall. Jadi pengen di kamar aja." Nadia tertawa kecil dan berusaha berdiri dengan tegak agar bundanya tidak curiga.
"Tapi Nadia baik-baik aja, kan?" tanya Bu Dena penuh selidik.
"Baik kog bunda, ada apa?"
Bu Dena mengusap lengan putrinya dan tersenyum. Lalu menggeleng pelan, ia pergi dan turun kembali setelah memastikan putrinya baik-baik saja. Setelah bundanya pergi, Nadia menutup pintu dan menguncinya. Dan berjalan perlahan menuju kasurnya.
Saat bersantai sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, Nadia menerima beberapa pesan masuk sekaligus di ponselnya. Ia membukanya satu demi satu dan membacanya.
"Nadia, besok Farhan ulang tahun. Dia ingin undang kita semua ke rumahnya. Kamu bisa ikut, kan?" tulis Riska.
"Bisa," balas Nadia singkat.
"Nadia, PR dari Bu Santi sudah kamu kerjakan belum? Besok dikumpulkan loh," tulis Dewi.
"Belum, Dew. Makasih ya sudah ingetin aku," balas Nadia.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat malam Nadia. Ini aku Yusuf. Simpan nomerku ya," tulis Yusuf.
Kedua bola mata Nadia membulat sempurna. Nama orang yang sudah membuat dirinya mendapat perundungan dari kakak kelasnya tiba-tiba mengirim pesan padanya.
"Jangan hubungi aku lagi, kak. Sudah cukup ini saja pesanmu. Dan jauhi aku!!" balas Nadia.
Setelah membalas pesan Yusuf, Nadia memblokir nomernya dan berdecak kesal. "Gara-gara kamu aku jadi kaya gini, suka aja nggak malah kena hajar terus," gerutu Nadia.
Malam itu Nadia segera menyelesaikan PRnya dan sholat isya', lalu berdoa di dalam kamarnya. Setelah itu mengganti bajunya dengan piyama. Menguncir rambutnya dan memakai bando flanel untuk melakukan perawatan wajah rutin tiap malam dan bergegas tidur setelah selesai.
...PAGI HARI...
Nadia terbangun tidurnya dan merasakan kakinya sudah semakin membaik setelah mengurutnya sebelum tidur semalam. Ia menyibakkan selimut dan segera mandi. Selesai mandi dan sholat subuh, Nadia berganti pakaian seragam dan berdandan sederhana layaknya anak sekolah.
Setelah siap dengan penampilannya Nadia turun dan makan di ruang makan. Bu Dena tersenyum lega melihat putrinya sudah seperti biasanya. Ia memasukkan kotak bekal ke dalam tas Nadia dan mengambilkan makanan untuk sarapannya.
"Nadia, bunda beri beberapa cemilan. Nanti kalau ga doyan jangan di buang ya, bawa pulang lagi aja," ucap Bu Dena.
"Siap bunda!" ucap Nadia sambil memberi hormat dan tersenyum pada bundanya.
Nadia melahap sarapannya hingga habis, lalu memakai tasnya dan mencium tangan Bu Dena. Setelah itu pergi ke ruang kerja pak Harun dan mencium tangan ayahnya, "Ayah, Nadia berangkat ke sekolah dulu ya," ucap Nadia.
"Iya sayang, tunggu sebentar Nadia," ucap pak Harun mengambil dompetnya dalam laci dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan, lalu memberikan uang itu untuk jajan Nadia hari itu.
"Terimakasih, ayah," ucap Nadia sambil mengecup pipi ayahnya dan mengambil uang dari tangan ayahnya.
"Sama-sama sayang," jawab pak Harun sambil tersenyum.
Nadia keluar dari ruang kerja pak Harun dan berjalan menuju mobilnya di depan. Setelah Nadia masuk ke mobil, pak Agung bergegas masuk dan melajukan mobilnya perlahan. Nadia mengambil ponselnya dan membalas beberapa pesan dari sahabatnya.
Sepanjang perjalanan seperti biasa, Nadia sibuk menatap keluar jendela pintu dan menikmati hiruk pikuk jalanan di pagi hari. Sesekali Nadia mengambil ponselnya dan membalas teman-temannya.
"Pak, jangan lupa nanti jemputnya jangan telat ya," ucap Nadia sambil membalas pesan temannya.
"Iya, Non, siaap!!"
Sampai di sekolah, Nadia keluar dari mobil dan melihat beberapa mahasiswa memperhatikan dirinya dari parkiran depan.
"Pasti mereka disuruh sama kak Faizar," gumam Nadia.
Nadia berjalan santai saat melewati gerbang sekolah. Saat ia mengedarkan pandangannya, Nadia melihat Selly dan gengnya melihatnya dari lantai dua gedung sekolahnya. Selly mengacungkan jari tengahnya dan melotot ke arah Nadia. Begitu juga dengan teman-teman gengnya.
Nadia segera mengalihkan pandangannya dan berjalan seolah-olah baik-baik saja. Baru berjalan beberapa langkah dari gerbang, Nadia mendengar namanya di panggil.
"NADIA!!"
Nadia menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia melihat Yusuf memanggilnya dan berjalan mendekat padanya. Seketika semua ingatannya tentang Selly dan gengnya di toilet bermunculan di kepalanya.
"Nadia, tunggu!" teriak Yusuf saat melihat Nadia mempercepat langkahnya.
Yusuf mengejar Nadia dan Nadia berlari dan Yusuf mengerutkan dahinya melihat reaksi Nadia yang ketakutan saat melihat dirinya mendekat.
"Kenapa dia malah lari, emangnya apa yang sudah terjadi padanya. Perasaan aku ga pernah memaksa atau menakut-nakutinya," gumam Yusuf sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Saat Yusuf akan berlari mengejar Nadia, dua orang mahasiswa teman Faizar menahan Yusuf. "Jangan kejar Nadia. Biarkan dia pergi." ucapnya.
"Maksud kakak apa? Kalian disini cuma PPL, jangan sok ikut campur urusan kamu," ketus Yusuf.
"Kamu ga lihat dia ketakutan melihatmu?" bentak mahasiswa PPL.
Faizar yang baru saja datang mendekati temannya yang sedang bicara dengan Yusuf. "Ada apa ini?"
"Ini Zar, dia ngejar siswi dan anaknya tuh takut melihat dia," lapor teman Faizar.
Faizar mengajak Yusuf ke pinggir dan berbicara dengannya. Setelah beberapa saat Yusuf dibiarkan pergi oleh Faizar. Kemudian Faizar mencari Nadia. Dia mencoba menyusul Nadia ke arah kelasnya.
...Kalau kalian jadi Nadia, apa yang akan kalian lakukan guys? Jawab di kolom komentar yah......
...Jangan lupa Like, Komen, Dan Subscribe ya ......
...Dan...
...Follow akun author untuk mendapatkan update karya terbaru😊🙏...
...TERIMAKASIH...
cieeee disapa duluan lagi/Joyful/
haiiiii.....✋
nanti tak tungguin dipinggir gang trus aku tumbuk KLO Lwat