"Membosankan sekali hidup ku, " ujar seorang wanita.
Siapa kah dia ini???
yuk kita baca cerita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-18. Mei Len Melawan Bandit
"Lindungi Nyonya kalian, jangan sampai sesuatu terjadi padanya, " ujar putra mahkota Rui memberikan perintah.
"Baik yang mulia, " jalan Jing dan Jeng.
Di kota Kekaisaran masih ramai di sore itu, tapi tidak dengan desa-desa kecil, apa lagi jalanan yang Mei len lalui kebanyakan adalah hutan yang masih rimbun, dan hari juga memang sudah mulai gelap, kalo waktu indo udah mau magrib.
Di jalanan sudah sepi, sudah tak ada orang yang berlalu lalang lagi, hanya gerobak paman Yas dan beberapa gerobak sapi lain, yang mengangkut barang belanjaan Mei len.
"Bibi.. jika di depan ada sesuatu, aku minta Bibi jangan turun dari gerobak sapi ini " ujar Mei len secara tiba-tiba.
"Apa maksud mu Nona, ?" tanya Chi lan.
"Nanti di hutan itu akan ada sesuatu, " jawab Mei len.
"Jika terjadi sesuatu, itu pasti karna kamu wanita pembawa sial, " ujar nenek tua Mo yang menyela pembicaraan Mei len.
"Diam kau nenek tua, jika ucapan ku benar maka aku tak kan menolong mu, dan apakah kau melupakan ucapan ku tadi pagi, " ujar Mei len.
"Aku tak takut akan ucapan mu itu, kau hanyalah gadis pembawa sial juga, sama persis seperti Chi lan, dan kau itu hanyalah putri palsu yang mengaku-ngaku sebagai anak jenderal Max, " ujar nenek tua Mo yang sama sekali tak mau kalah oleh Mei len.
"Baiklah.. jika seperti itu, tunggu besok atau lusa, akan ada orang pemerintahan untuk menangkap mu, " ujar Mei len dingin.
"Nona sudah berhenti, " ujar Chi lan menghentikan perdebatan antara Mei len dan nenek tua Mo.
Gerobak sapi itu terus melaju dengan perlahan, membawa mereka masuk ke jalan nan yang sunyi, jalan yang jauh dari keramaian, karna jalan itu di tengah-tengah hutan yang lumayan rimbun, dan jalan itu adalah jalan terpanjang yang harus mereka lalui.
"Berhenti, " teriak seorang pria yang berpakaian serba hitam, di ikuti oleh belasan pria lainnya menggunakan pakaian serupa, mereka juga membawa senjata tajam.
"Ya Tuhan.. mereka itu bandit, " ujar paman Yas.
"Serahkan barang-barang kalian, maka kalian akan kami lepaskan, " ujar ketua bandit.
"Kami tak punya apa-apa, tapi tangkap saja dua wanita itu, dan juga barang belanjaan nya yang ada di beberapa gerobak di belakang, " ujar nenek tua Mo menawarkan langsung Mei len dan Chi lan.
"Hahahaha... aku suka dengan kabar yang kau berikan nenek tua, maka kau bebas dari kami, cepatlah pergi sebelum kami berubah pikiran, " ujar ketua bandit pada nenek tua Mo.
"Nikmatilah detik-detik terakhir mu wanita pembawa sial, " ujar nenek tua Mo, dan bergegas pergi meninggalkan paman Yas dan para penumpang lain nya.
"Aku rasa, serangan ini sudah di rencanakan, Bibi, Paman, kalian tunggu lah disini, biar aku yang menghadapi mereka, " ujar Mei len.
"Jangan Nona, jangan gegabah, " ujar Chi lan.
"Paman aku titip Bibi sebentar, " ujar Mei len pada paman Yas.
"Tapi Nona, mereka membawa senjata tajam, " ujar paman Yas khawatir.
"Paman tenang lah, dan jaga para Bibi ini, " ujar Mei len segera turun dari gerobak sapi.
"Jeng ayo kita bantu Nyonya, " ajak Jing pada Jeng.
"Tanpa kau suruh aku akan melakukan nya, " jawab Jeng.
Wuuusss.. Jeng dan Jing tepat berada di depan Mei len, mereka menghalangi tubuh Mei len, agar tak melawan para bandit itu.
"Nyonya, biarkan kami yang menghadapi mereka, " ujar Jung.
"Kalian.. " ujar Mei len yang bingung harus bertanya apa.
"Kami adalah orang yang di utus untuk melindungi Nyonya, " ujar Jeng.
"Kalian jangan menggangu Nyonya kami, sebab kalian akan menyesal, " ujar Jing dingin pada para bandit itu.
"Cuih, Justru kalian lah yang akan menyesal, " ujar ketua bandit di barengi meludah mengejek kepada Jeng dan Jung.
Hiiiaaaa... buugg.. buugg.. krekk.. bruuuk..
Jleb.. jleb.. bruuuk.. krekk..
Jing dan Jung menghajar para bandit itu dengan buas, mereka seakan tak mempunyai hati, karna menyerang para bandit tanpa perasaan.
Namun tanpa di sadari oleh mereka, ketua bandit dan beberapa orang menuju ke arah grobak paman Yas.
"Kalian mau kemana, ?" tanya Mei len santai.
"Kamu.. kamu jalang, sebaiknya ikut saja dengan ku, untuk hangatkan ranjang ku, " ujar ketua bandit pada Mei len.
"Ikut dengan mu, ?apa kau yakin bisa membawaku, walau hanya dalam mimpi mu" ujar Mei len meledek pada ketua bandit.
"Kurang ajar kau jalang, sarakan lah pukulan ku, " ujar ketua bandit lalu menyerang Mei len.
"Aku ingin celurit, " ujar Mei len, dan dengan tiba-tiba di tangan nya sudah ada satu celurit tajam.
"Kau akan mende..
Siiutt.. krekk.. gedebug.. belum juga selesai kata-kata ketua bandit itu, tapi kepalanya sudah jatuh menggelinding di tanah yang kering, sontak saja para anak buah dari ketua bandit itu terlonjat kaget, sang ketua yang terkuat dari mereka, kalah oleh seorang perempuan, bahkan hanya dalam satu tebasan saja.
"Apa kalian masih ingin menyerang ku, jika iyah.. ayo kalian serang aku bersama-sama, karna aku ingin segera pulang ke rumah, " ujar Mei len sambil menyeka darah yang terciprat ke wajah nya.
"Ampun Nona ampun.. " ujar para bandit serempak dan bersujud.
"Pergi lah, dan bawa mayat ketua kalian, dan ya.. sampai kan pada orang yang membayar kalian, jangan pernah mengusik ku, " ujar Mei len dingin.
Sementara Jeng dan Jung diam berdiri bagaikan patung, yang mereka lihat barusan sungguh menakjubkan, mereka belum pernah melihat wanita setangguh itu.
"Dia.. memang cocok jadi Nyonya kita, " ujar Jeng.
"Kau benar Jeng, " ujar Jing.
"Kalian.. apa mau tetap berdiri diam disana, " ujar Mei len menyadarkan Jeng dan Jing.
"Tidak Nyonya, " ujar mereka serempak.
"Maka segeralah kembali, " ujar Mei len.
"Baik Nyonya, " jawab mereka serempak.
………………………
"Tuan, Nona muda di serang bandit di jalan, " ujar Ang memberikan info yang dia dapatkan.
"Apa??? lalu bagaimana keadaan putri ku sekarang, " tanya jenderal Max.
Nona baik-baik saja, selain ada bawahan putra mahkota, Nona sendiri balik menyerang bandit-bandit itu, " ujar Ang.
"Menyerang bagaimana Ang, ?" tanya jenderal Max.
"Nona menyerang para bandit itu, bersama-sama dengan pengawal putra mahkota, dan Nona juga membunuh ketua bandit itu, " jawab Ang.
"Sehebat dan seberani itu kah putri ku, ?" tanya jenderal Max tidak percaya.
"Ya Tuan, Nona sekuat itu, bahkan bawahan putra mahkota di buat terdiam dengan perlawanan Nona, " jawab Ang.
"Ya Tuhan.. begitu banyak hal yang tak ku ketahui tentang putri ku ini, " ujar jenderal Max yang kembali menyesal akan perbuatan nya, karna membiarkan Mei len jauh dari jangkauan nya.
………………
"Tuan, Nyonya di serang para bandit, " ujar Jun memberikan info pata putra mahkota Rui.
"Sekarang dia bagaimana, ?" tanya putra mahkota.
"Sekarang Nyonya baik-baik..
UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.
sekarang kalau dirimu bertranformasi ke dalam novel ,terus mengalami semua yang tertulis di novel,bagaimana caramu untuk bisa kembali ke masa kehidupan real mu?