Soul-verse Beast adalah sebuah game MMORPG yg populer tidak hanya gamenya yang asik, tapi juga game ini memberikan kesempatan akses bagi para player untuk bermain secara realtime!
Soul-verse Beast game yg memiliki 5 elemen yaitu; Api, Air, Tanah dan Cahaya. Juga elemen kegelapan yg bisa beresonansi menjadi elemen unik, seperti; Angin, Es dan petir.
Game Soul-verse Beast sudah berusia 2 tahun mengguncang dunia karena setiap update patch 2 bulan sekali mereka melakukan pemilihan bagi semua player yg beruntung dapat bermain game Soul-verse Beast secara realtime. Dan pemeran utama dalam cerita ini Wazeng dan Vogaz, mendapatkan keberuntungan itu!
Perjalanan dimulai, apa saja yang akan mereka lakukan disana? Dan, apa mereka akan mendapatkan kehidupan yg lebih berwarna dalam dunia game? Ikuti cerita mereka menjelajah dunia Soul-verse Beast!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MoonShape, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma dan kesempatan
...----------------...
...----------------...
Seperti biasa, ruangan Guild dipenuhi petualang dari berbagai latar belakang. Suara percakapan, tawa, dan dentingan armor bergema samar di ruangan. Di depan papan misi, Wazeng, Vogaz, Eimi, dan Hazuki berdiri memperhatikan daftar misi yg tergantung.
Wazeng membaca cepat misi-misi peringkat D dan C "Kalau kita ambil dua misi per tim lagi hari ini, kemungkinan besar kita tembus ke Rank-C sore nanti."
Hazuki mengangguk, mencoba tetap fokus "Jangan ambil yang ada hubungannya dengan hutan racun... itu membuatku jijik, rambutku jadi rontok."
"Iya! Aku juga tidak mau itu!" sambung Eimi.
Vogaz menunjuk papan misi bagian bawah "Lihat itu. Misi investigasi reruntuhan... mung—!"
*BRAAAK!!*
Tiba tiba, suara kursi terguling dan langkah tergesa terdengar dari arah pintu masuk. Seorang NPC pria paruh baya, berjubah coklat lusuh dan mengenakan topi usang, naik ke atas meja dan mulai berteriak lantang.
"AKU MENCARI PETUALANG YANG BERANI! Peti harta... milikku yg diwariskan keluargaku selama ratusan tahun— telah jatuh ke dalam Carnage Cavern! Siapa pun yang bisa mengambilnya akan mendapatkan:
...500.000 Gold...
...50.000 EXP karakter...
...50.000 POIN TIM!"...
Seidi guild menjadi ramai, beberapa petualang berbisik dan tertawa meremehkan tanpa mereka tau Carnage Cavern bukanlah dungeon sembarangan.
Detik itu juga, empat orang membeku. Ekspresi mereka berubah. Semangat yg mereka bawa seketika hilang menjadi ketakutan.
Hazuki seolah baru saja ditikam bayangan masa lalu. Kakinya melemas, matanya membesar, dia mencoba menahan kepalanya yg bergetar hebat "...carnage... cavern...?" lirihnya lemas.
Dunia seperti memudar di sekelilingnya. Suara gemuruh guild mendadak redup di kepalanya. Dalam pikirannya, kembali terputar, jeritan, kobaran api, percikan darah... dan tiga sosok yang tak pernah kembali. Hazuki perlahan merosot turun, tangannya reflek menutup mulut seperti akan muntah.
Eimi langsung menyadari perubahan Hazuki. Ia berjongkok di samping sambil memegang lengan Hazuki dengan lembut lalu berbisik ke telinganya "Hazuki... napas dulu. Kau bersamaku sekarang." Eimi kemudian memeluk lembut Hazuki.
Hazuki meremas kain lengan baju Eimi dengan tangan bergetar, menahan air mata yg sudah di ujung matanya "Kenapa... harus tempat itu lagi...? Di sana... semua orang... Kak Rei, Araki, Nesa... semua mati."
Eimi menguatkan pelukannya "Kita tidak akan mengulang kejadian itu, Hazuki. Kali ini... kau tidak sendiri."
"Dungeon yang seharusnya level 35... tapi kenyataannya adalah neraka yang disegel." gumam Wazeng. "Dungeon tempat kita menemukan... Fenrir." lanjut Vogaz dengan geram.
Wazeng sempat akan mengabaikannya. Namun, dia juga melihat satu hal lainnya yaitu angka poin tim yg di tawarkan "50.000 poin tim... Dengan itu, kita bisa langsung melompat ke Rank-A. Apa rank tim lebih penting daripada mental timku sendiri?" pandangannya sedikit berganti antara Hazuki dan NPC yg di atas meja.
"Maaf, Hazuki, tapi kau harus melawan rasa itu." langkah Wazeng mendekat pada NPC dan menanyakan rincian misi. Setelah merasa cukup, ia kemudian kembali menghadap timnya dengan matanya yg tenang tapi tajam "Kita akan terima misinya. Kita tidak akan menyentuh boss dungeon itu. Kita hanya masuk untuk mencari peti harta milik NPC itu. Setelah kita menemukannya, Eimi akan segera menggunakan Teleport untuk keluar."
Wazeng menatap Hazuki dalam "Kalau pun tempat itu masih menyimpan kutukan... kali ini, kita yang akan menginjak kutukan itu sampai habis. Dan kau bisa mempercayaiku."
Hazuki terdiam "A-apa maksudnya...? Percaya? Dia bahkan tak menyelamatkanku saat diserang Skarnazard..." Hazuki menelan ludah dengan paksa. Tangannya mengusap air mata yg hampir jatuh "...aku tidak mau..."
Sunyi sejenak, Wazeng hanya pasrah dia hendak melajutkan melihat papan misi namun... "...kalau kita benar benar masuk... bantu aku... bantu aku untuk menutup masa laluku." lirih Hazuki gemetar. "eh...? kenapa? Apa aku tidak takut...?" kepala Hazuki terangkat, matanya bertemu dengan Wazeng "ah... Matanya... mata itu tulus seperti mengajakku untuk maju."
"Aku janji. Kita akan menyelesaikannya dengan sempurna..." balas Wazeng penuh percaya diri. Dengan senyum tipis Wazeng berbalik dan mengangkat rendah tangannya "Aku terima misi itu."
NPC mendekat dan menyerahkan gulungan informasi misi; wujud peti dan catatan bahwa dibutuhkan obor untuk kelanjutan misi "Selama lima bulan ini tidak ada yg kembali hidup dari sana. Tapi aku rasa... kalian berbeda."
"Tenang saja, Kami sudah pernah keluar dari dungeon neraka itu." gumam Vogaz.
Eimi sedikit merasa ragu, ia membantu Hazuki berdiri lalu berbicara sendiri "Kalau begitu... kita benar-benar kembali ke titik awal, ya?"
"Bukan kembali. Kita hanya... menagih balas. Juga untuk perkembangan Hazuki." balas Wazeng dengan tegas. Hazuki hanya tersenyum tipis walau sedikit gemetar.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Jalan setapak menuju dungeon Carnage Cavern dipenuhi akar akar pohon tua, kabut tipis dan tanah basah yg lembab.
"Formasi tetap sama. Hazuki di depan. Aku dan Vogaz di samping kiri dan kanan, dan Eimi di tengah..." Wazeng berhenti sejenak, lalu menoleh ke belakang "Tapi kalau kamu tidak sanggu—"
"Aku bisa! Aku akan melawan masalalu-ku!" Hazuki menyela dengan tegas. Dia menatap Wazeng dengan mata yang tetap bergetar tapi tidak menyerah.
"Akhirnya dia mengerti..." seyum bangga membentuk pada wajah Wazeng.
"Aku tahu ini tidak mudah. Tapi... kalau kamu bisa melangkah ke dalam dungeon ini lagi, dan keluar hidup hidup..." Eimi tersenyum kecil sambil meraih tangan Hazuki "...itu berarti kamu sudah menang dari masa lalu!"
"Kalau kau ragu satu detik saja... langsung katakan. Kita keluar secepat mungkin." ujar Wazeng.
"Aku sudah menyiapkan sihir teleport. Jadi tak perlu khawatir." sambung Eimi ceria.
Vogaz menyengir sambil membuka inventori hologram "Dan aku membawa satu kantong penuh snack. Bahkan kalau kita mati setidaknya kita bisa mati dengan perut kenyang."
Suasana mencair sejenak tawa kecil mereka memenuhi hutan kosong disana. Hazuki menghela napas dan menggeleng pelan "Dasar... orang gila." senyum tipis terbentuk di ujung bibirnya.
Akhirnya, mereka tiba. Gerbang batu besar setengah hancur berdiri di hadapan mereka. Aura suram keluar dari sela retakan batu. Tanah di sekitar lembab dan gelap, seakan belum pernah terkena matahari.
Wazeng mengeluarkan obor dari inventori hologram. Begitu obor itu dinyalakan, simbol tersembunyi pada gerbang merah gelap menyala terang... lalu perlahan, pintu batu itu terbuka, gemeretak berat dan menggema, angin dingin menyeruak menghempaskan jubah mereka dengan keras.
...[Special Quest: "Legacy in the Depths"]...
...----------------...
...----------------...
"Dunianya (sera) terhenti......"
Gimana tuu kak, kalo emang gitu sorry udah kasih kritik hehe